Perhatian Anggara

112 9 0
                                    

HALLO GUYS, BAGI KALIAN PEMBACA SETIA KANALA SENENG GAK SIH KALAU AKU UP TIAP HARI?

SEMOGA AJA CERITA AKU INI BISA MENGHIBUR KALIAN ❤️

Happy Reading guys

8. Perhatian Anggara

Nala menatap sendu kedua orangtuanya yang sekarang sedang bertengkar dihadapannya, rasa laparnya seakan-akan lenyap setelah menyaksikan itu semua, padahal mereka baru saja akan melaksanakan sarapan pagi bersama. Memang beberapa bulan terakhir keluarganya mengalami banyak masalah, entah itu perusahaan papahnya yang mengalami kerugian atau bisnis makanan ibunya yang sepi, itu semua membuat kedua orangtuanya sering bertengkar seperti sekarang.

"KAMU KENAPA GAK PERNAH  MAU NGERTIIN AKU SIH MAS?" teriak Lina, ibu dari Kanala.

BRAK

Sang ayah Firman menggebrak meja makan dengan cukup keras membuat Nala terlonjak kaget dari duduknya.

"KAMU JADI ISTRI KENAPA GAK MAU NURUT SAMA SUAMI HAH!!" balas Firman menunjuk-nunjuk wajah Lina.

Sedangkan Kanala hanya diam menatap lurus ke depan dengan pemikiran yang berkecamuk, lagi dan lagi seperti ini.

PRANG

Lina melempar piring yang ada di hadapannya ke lantai sehingga menciptakan suara nyaring yang memekakkan telinga.

"AKU CAPEK HIDUP SAMA KAMU MAS, AKU CAPEK!!"

Dada Firman bergemuruh hebat, tangannya mengepal erat dengan sorot mata tajam yang memerah menahan amarah.

"KAMU PIKIR AKU GAK CAPE NGEHADEPIN KAMU TERUS?"

"UDAH PAH, CUKUP!!!" Nala berdiri dari duduknya, dia berteriak kencang sembari menutup kedua telinganya.

"Aku mohon pah, mah, udah cukup, Kanala takut," ujarnya lirih dengan badan yang gemeteran.

Kanala terduduk di lantai dengan kedua tangan terus menutupi telinganya, ketakutan dan kegelisahan menyelimuti pikirannya sekarang.

Firman jongkok memeriksa keadaan putrinya, "sayang kamu gapapa? Maafin papah ya," ucapnya melembut.

Lina menarik nafasnya panjang kemudian ikut berjongkok disamping Nala, "maafin mamah juga ya sayang," tuturnya mengusap kepala putrinya.

Kanala menatap ayah dan ibunya secara bergantian, sorot matanya meredup, bibirnya bergetar menandakan sebentar lagi dia akan menangis.

"Udah ya berantemnya, aku takut kalau kalian kayak gini terus," tuturnya sendu.

"Ini semua salah papah kamu yang gak mau ngertiin mamah," ujar Lina berusaha membela diri.

"Bisa-bisanya kamu nyalahin aku, padahal kamu sendiri penyebab semua masalah di keluarga kita," balas Firman tak mau kalah.

"Maksud kamu apa hah?" Lina mulai tersulut emosi kembali setelah mendengar perkataan suaminya.

KANALA (Berharganya Sebuah Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang