cucu?

53 3 0
                                    

"Jangan bandingkan hidupmu dengan orang lain.
Tidak ada perbandingan antara matahari dan bulan karena mereka akan bersinar saat waktunya tiba"

Alaska_

.

.

.

.

.

Happy reading!

Alaska terus meringkuk kesakitan, tangannya mencengkram sangat kuat tangan Amora. Amora hanya menggigit bibir bawahnya, dan airmatanya sudah semakin deras.

"Dokter bangsat! " Teriak Aldi.

Alaska meringkuk seperti ulat bulu, ia tak lagi bisa menahan rasa sakit dipinggangnya. Darah kembali merembes, dan mengotori baju dan kasur yang Alaska pakai.

"Sa-sakit..." Alaska merintih.

Aldi yang mendengar rintihan Alaska yang begitu lirih itu langsung berlari keluar.

Aldi berlari mengabaikan kakinya yang kaku dan berat, ditengah perjalanan aldi melihat aldo.

Aldo  yang melihat aldi berlari dengan wajah paniknya, langsung berlari menuju kamar rawat Alaska. Hatinya tidak tenang, aldi tidak pernah mengabaikannya kecuali terjadi sesuatu.

"Alaska baik-baik saja, însyaallah. " Aldo menepis pikiran negatif.

Ruangan Alaska semakin dekat, dan ia bisa mendengar rintihan yang membuatnya tercekat. Suara panik Amora yang menyuruh Alaska untuk tenang membuatnya semakin yakin bahwa Alaska tidak baik-baik saja. Aldo membuka pintu secara perlahan, suara Alaska semakin terdengar jelas ditelinga aldo.

Pintu sudah dia buka begitu lebar dan dia terdiam saat melihat wajah Alaska yang begitu berkeringat serta bibir yang begitu pucat. Tangan Alaska yang mencengkram tangan Amora begitu kuat membuat darah mengucur.

"Alaska kenapa, Amora?" Tanya aldo.

"A- aku tidak tahu, do. Tadi dia baik-baik saja, tapi tiba-tiba dia begitu kesakitan."

"A-do... Sa-sakit."

Aldo mendekati Alaska dengan langkah yang lemas, selain lemas karena capek dan kekurangan darah. Ia juga begitu lemas melihat Alaska yang begitu kesakitan, ia lemah melihat Alaska rapuh.

Aldo mengambil alih  tangan Alaska. Dingin, tangan Alaska begitu dingin dan putih.

"Lu kuat, laska... Lu kuat!"

Dor Dor Dor

Suara tembakan menggema, Aldo menggeram. Disaat seperti ini kenapa ada kucing yang bermain.

"Wah... Ada yang lagi sekarat, gimana kalau gue tembak saja?" Ucap seseorang diluar ruangan Alaska.

Amora langsung menoleh kearah asal suara yang familiar ditelinga nya.

Deg

Jantungnya berdetak kencang, suasana menjadi dingin. laki-laki yang membuatnya trauma, dan membuatnya putus asa kini ada disini.

"Fa-Fahmi?"

Pria itu memasuki ruangan dengan angkuh. Seringai mulai terlihat jelas, Amora memundurkan

tubuhnya sampai mentok ke tembok. "Stop! Ja-jangan mendekat. "Teriak Amora ketakutan.

Fahmi tertawa.

"Padahal aku merindukanmu, sayang."

ALASKA Where stories live. Discover now