Rapuh

80 3 0
                                    

"Yang susah itu bukan nahan emosi,tapi nahan diri untuk tidak mati di tangan sendiri"

_Alaska

.

.

.

.

.

.

Happy reading !

Alaska masih syok dengan perkataan kakek- kakek gagah didepannya. la menatap lekat kakek gagah itu dari ujung kepala, sampai ujung kaki. Yang Alaska bisa lihat cuma satu, mewah. Barang-barang yang kakek gagah itu pakai adalah barang branded, Alaska mangap, ia tak mampu menutupi jiwa misqueennya.

"Wow, jiwa misqueenku meronta-ronta."Cicit Arya pela.

Plak

Rion menggeplak tangan Alaska pelan, Alaska meringis kecil. Setelah itu, ia pun menatap Rion sedikit tajam.

Zirco yang menatap kedua cucunya itu hanya berdehem kesal karena merasa terabaikan. Selama ini ia tak pernah diabaikan oleh siapapun, tapi kali ini cucu bungsunya berani mengabaikannya meskipun ia sedang mode serius dan mengeluarkan aura intimidasi yang kuat.

"Berani mengabaikanku, baby Alaska?" Ucap Zirco dengan suara beratnya.

Alaska menatap Zirco dengan tatapan polosnya. la kembali menatap serius Zirco, Rion yang melihat wajah Alaska yang begitu serius mengamati opa nya itu hanya terkekeh ringan. Gemas sekali, seperti panda kecil yang sedang mengamati bambu manis.

Zirco yang ditatap itu salah tingkah, dan menggigit bibir bawahnya. Dan dia menutup semua rasa gemasnya dengan wajah datar andalannya.

"Kakek siapa? Kenapa kenal sama laska? Rion? Perasaan gue bukan artis, tapi kenapa kakek gagah ini kenal gue, ya?"

Zirco masih mencerna ucapan Alaska yang menyebutnya kakek gagah' dengan mata yang dikerjap-kerjapkan. Entah dari kapan Alaska menjadi seperti anak kecil berumur enam tahun. Wajahnya yang babyface, dan pendek tubuhnya yang seperti anak SD itu membuat siapa saja akan menyangka bahwa dirinya anak SD yang sedang cosplay jadi anak SMA.

"Panggil saya opa, jangan kakek!" Alaska langsung memajukan wajahnya,menelisik dengan alis yang bertaut satu sama lain.

"Кепара?"

"Biar keren aja, alaska. Kalau kakek, tidak terlalu gaul malah terkesan sudah tua banget." Ucap Zirco dengan nada dinginnya.

Rion yang mendengar opanya berkata dengan nada lembut disertai ekspresi memelas itu hanya mampu menahan kekehannya. Selama ini Opa nya sangat jarang berekspresi, apalagi ekspresi memelas adalah ekspresi yang terlarang bagi opa nya. Tapi, lihatlah opanya yang bisa takluk dengan sosok remaja kecil yang merupakan cucu bungsunya.

"Kakek... Kenapa bisa kenal sama Alaska, padahal aku tak pernah kenalan sama kakek.." Zirco meringis karena lagi-lagi Alaska
memanggilnya kakek.

Argh! Cucu bungsunya melebihi anak kecil, tapi dia juga gemas sendiri dengan sifat dan sikap Alaaka yang sekarang lebih memiliki warna. Selama ini Zirco selalu mencari keberadaan Alaska, namun, nihil, ia tak pernah menemukan Alaska dimanapun. Dan setelah mengetahui bahwa Alaska ada di rumah sakit bersamanya, ia tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang Allah berikan kepadanya.

ALASKA Where stories live. Discover now