'Saya akan menikahinya!'

540 38 0
                                    

Ketika tubuh itu sudah lelap dalam tidurnya, Novalee perlahan bangkit dari kasur yang nyaman itu. Ia berniat untuk menemui orang tua Hael.

Ia membuka dan menutup pintu kamar dengan hati hati, di ruang tamu kedua orang tua Hael sudah berada disana, ia berjalan untuk menemui mereka.

"Saya akan menikahinya, dengan persetujuan atau tidak persetujuan kalian" Ucap Novalee mutlak, melihat kejadian hari ini Novalee pikir ia harus menggunakan caranya untuk bisa menikahi Hael. Ini demi kebaikan Hael juga, pikirnya.

"Saya ga--"

"Baiklah" Ucapan Bunda Hael dipotong oleh laki laki disebelahnya. Ia menatap Novalee dengan tatapan pasrah.

"Ayah?!"

"Ini demi kebaikan Hael bu, Ayah juga gamau kehilangan anak ayah satu satunya.. Ini cara satu satunya yang kita punya" Bunda Hael kembali menangis di pelukan pria itu.

"Saya restui dengan satu syarat, jika anak saya sudah sembuh.. Kembalikan dia" Novalee tertegun, namun kali ini tanpa pikir panjang dia langsung mengangguki syarat dari ayah Hael.

Prioritasnya adalah kesembuhan Hael dan kebahagiannya, maka dia harus memfokuskan pada hal itu saja.

Novalee langsung kembali ke kamarnya takut jika Hael terbangun dan tidak melihat Novalee di sisinya.

Novalee duduk di pinggir kasur menatap wajah damai itu yang masih sangat nyenyak dalam tidurnya, dahinya sedikit berkerut. Tangan Novalee tergerak untuk mengeus dahi itu, menghilang kerutan itu disana.

Ia lalu mengambil Handphonenya dan menelfon sekertarisnya "Kaira, siapakan acara pernikahan"

"Hah?! Gimana Nyonya? Siapa yang nikah?"

"Saya, uruskan masalah gedung, makanan, dan segala macamnya. Sementara waktu, kamu break kantor aja.. Urus pernikahan saya" Perintah Novalee

"Ini beneran Nyonya mau nikah?"

"Jangan banyak tanya, nanti malam saya tunggu tentang reservasi tempat dan lainnya" Novalee langsung mematikan telfon itu sepihak.

"Kamu mau nikah sama siapa?" Novalee sedikit terkejut dan menoleh ke arah Hael, mata itu sudah terbuka sempurna menatapnya sedikit mengintimidasi.

"Jadi kemarin alasan kamu gamau nikah..." Hael menunduk murung.

"Cepet banget tidurnya?" Novalee kembali merebahkan diri, dan menjadikan tangannya bantalan Hael.

Hael menatap mata itu dengan sedih "Jahat" Hael membalikkan tubuhnya memunggungi Novalee, sekarang bahu itu sudah bergetar naik turun dan Novalee yakin ia sedang menangis. Hati anak itu benar benar mudah tersentuh sekarang.

"Sini, denger dulu" Novalee berusaha menarik pinggang anak itu untuk berbalik ke arahnya.

"Gamau denger, kamu pulang aja" Hael menutup kupingnya, Novalee terkekeh melihat Hael merajuk seperti ini.

"Jadi aku boleh pulang?" Tanya Novalee, Hael terdiam.

Tubuh itu perlahan membalik ke arah Novalee, bibir bawahnya sudah manyun dengan lucu, mata dan hidungnya sudah merah karena menangis.

"Pulang aja!" Rajuknya, mata itu menatap Novalee garang. Namun bukannya takut, Novalee malah merasa gemas.

"Udah ah jangan nangis, jelek" Novalee menghapus air mata itu, namun di tepis Hael.

"Iya emang jelek! Yang ganteng calon suami kamu!"

"Memang" Ucap Novalee santai, ia benar benar senang menjahili Hael, sekarang kedua sudut bibir anak itu sudah melengkung kebawah.

OBSESSED WITH YOU [ENDING]Where stories live. Discover now