Semakin Berubah

570 36 6
                                    

Novalee di buat bingung setengah mati melihat tingkah laku Hael sekarang. Ia tidak lagi mau dekat dengan Novalee, bahkan Hael lebih memilih tidur di kamar tamu di banding dengannya.

Hael lebih sering menghindarinya, Novalee pikir awalnya Hael butuh waktu dengan pikirannya. Tapi ini bahkan sudah lewat dari 3 hari Hael mendiaminya.

Tapi ia mendapat laporan, bahwa hasil check up Hael, bahwa kontrol atau therapy traumanya mengalami kemajuan. Apa Hael sudah sembuh? Dan ia mulai merasa kembali normal seperti awal?

Novalee bisa gila dengan fikirannya sendiri, bahkan pernikahannya belum genap sebulan. Apa ia harus melepaskan Hael secepat itu, dan mengembalikannya pada orang tuanya? Novalee tidak mau.

Novalee mengusap wajahnya frustasi di ruang kerjanya, ia mengusap rambutnya menatap ke layar monitor yang menyambung kesemua cctv rumah. Ia melihat Hael yang sedang bermain dengan Gabriel, senyum itu. Novalee merindukannya, ia merindukan aroma tubuh Hael. Ia tidak mau jika harus melepaskan Hael secepat ini.

Novalee keluar dari ruangannya untuk menghampiri Hael yang berada di kamar Gabriel. Novalee membuka pintunya tanpa mengetuk membuat Hael keheranan.

"We need to talk" Pinta Novalee, namun Hael acuhkan perkataannya dan kembali fokus dengan Gabriel.

"Hael?" Novalee berjalan ke arah Hael, menarik tangan itu namun di tepis dengan kasar.

"Aku gamau" Novalee mengerutkan alisnya, setelah sekian lama Hael kembali menolaknya.

"Aku mau--"

"Gamau, aku gamau ngomong apapun" Novalee terdiam mendengar hal itu. Apakah feeling benar? Bahwa Hael sudah sembuh sekarang?

"You don't need me anymore?" Tanya Novalee, sekarang rahangnya terlihat mengeras. Hael bisa melihat amarah, dari tatapan Novalee yang terlihat santai itu. Hael hanya diam, ia tidak berani menatap mata itu.

"Do you still need me, or not?" Tanya Novalee sekali lagi memastikan jawaban dari pertanyaan. Namun ia tidak mendapatkan jawaban apapun.

Novalee semakin yakin sekarang, orang yang di depannya sudah merasa menyesal telah menikah denganya. Mungkin sekarang pria itu sudah sadar, bahwa ini hanyalah pernikahan konyol. Novalee sudah lama memikirkan saat ini terjadi, namun ia tidak menyangka akan terjadi secepat ini. Ia terlalu mengharapkan adegan romantis di rumah tangganya.

Novalee keluar dengan sedikit membanting pintu itu, membuat Hael sedikit terkejut. Apa Novalee marah padanya?

Novalee terus memikirkan Hael yang tidak mau menatapnya sama sekali. Ia kembali mengusak rambutnya kesal mengingat Hael sudah tidak membutuhkannya.

Novalee mengeluarkan sebatang rokok untuk menyesapnya, namun ada orang yang menariknya membuat Novalee menoleh dan terkejut.

"Hera?" Ia yakin sudah menembek orang ini tepat di dadanya, kenapa sekarang dia bisa berdiri dengan tegap di sebelahnya.

"Surprised?" Hera mengapit rokok di tangannya dengan kedua bibirnya, lalu mengambil korek api di tangan Novalee di menghidupkannya. Ia menatap santai ke arah laut di depannya.

"Saat aku pertama kali ke Indonesia setelah sekian lamanya stoudy di Jepang, tempat yang pertama kali aku datangi adalah dermaga ini, dan orang yang kutemui adalah kau" Ucapnya, Novalee masih memandangnya dalam diam, masih menunggu Hera menyelesaikan omongannya.

"Dan saat aku akan pergi, ini juga tempat terakhir dan orang terakhir yang ku temui adalah kau. Aku akan pergi, kembali ke Jepang dan menjalankan misi juga menetap disana, dengan jantung ini" Ucap Hera sambil menyentuh dadanya, membuat Novalee bingung.

OBSESSED WITH YOU [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang