ENAM BELAS : Anu Inikah?

1.1K 101 5
                                    

Belikan aku motor
dong Om!

🔞🔞

Jika ada yang lebih mahal dari sebuah Antimatter, maka jawabannya adalah perhatian dari Om Laksmada. Dia hanya mengasihaniku kemarin saja, sebab setelah hari berganti, semua perhatian yang sebelumnya dia lakukan sudah tidak ada lagi.

Memang, aku hanya alergi dan gatal-gatal. Bukan patah tulang atau terluka besar. Jadi wajar kalau dia hanya melakukan itu saat di hari-H saja.

Makanya untuk sarapan pagi ini, aku masak sendiri. Di mana Om Laksmada juga melakukan hal yang sama tapi untuk dirinya sendiri juga. Aku baru saja mau makan di saat isi piringnya memang sudah kosong. Kini yang tersisa di dekatnya hanya segelas air susu yang dia buat.

Dia menatap sesuatu yang aku makan pagi ini, dengan kening berkerut, seakan tidak setuju dengan apa yang aku makan. "Kenapa mengonsumsi mie? Ada banyak bahan makanan yang bisa kamu olah di dapur," katanya.

"Terserah aku aja, lagian aku udah lapar banget. Nanti habis ini, aku masak bener-bener," sahutku.

Mungkin di dalam hatinya, Om Laksmada sangat ingin menceramahiku lebih jauh. Tapi aku yakin dia juga masih ingat kalau hubungan kami sedang tidak baik-baik saja. Bahkan segala perhatiannya semalam, hanya bentuk rasa bersalah dan tanggung jawab karena telah membuatku makan udang.

"Jadi, apa Om bakal diam aja? Om seperti orang tolol yang mengacuhkan kejadian antara Om Lukas dan Tante Alana." Ini merupakan pertanyaan yang seharusnya kusimpan saja, tapi jika membiarkan semuanya seakan tidak terjadi apa-apa, maka semua orang di rumah ini sangat goblok.

Setidaknya, Om Laksmada tidak perlu melanjutkan hubungannya lagi dengan Tante Alana. "Mending jadi suamiku aja, Om." Dan ucapanku selanjutnya hanya membuat Om Laksmada menghela napas.

"Banyak hal yang enggak kamu tau, makanya, mending kamu enggak usah ikut campur," katanya.

"Ini maksudnya Om mau diem aja?"

"Bukan urusan kamu."

"Lah? Gimana sih? Jangan bilang sebenarnya Om tuh Udah sadar kalau ada yang enggak beres di sini."

"Memang sejak awal pun semuanya enggak beres."

"Apa itu? Om Laksma ngomong apa?"

Dia tidak menjawabku selain berdiri dan membawa alat makannya ke dapur. Sedangkan aku mulai menyeruput air dari mie kuah yang kubuat pagi ini. "Salepnya jangan lupa," katanya sembari melewatiku lagi.

"Om Laksma yang oles, jangan lupa," sahutku yang membuatnya berdecak sebelum benar-benar hilang dari hadapanku.

🔞🔞

Satu hal yang membuatku galau ketika membuka ponsel, yaitu saat membaca isi pesan dari grub angkatan. Sejak dulu, aku jadi mirip maling kalau mereka sudah membahas hal yang menjadi keinginan terbesarku, dan kemarin, hal seperti itu terjadi lagi.

KELAS XII-C IPA

+62 85753 xxxx xxxx
|Kumpul kafe yok

+62 82255  xxxx xxxx
|Gas
|Ayo yang lain
|Kita kumpul
|Bentar lagi misah

+62 85348 xxxx xxxx
|Ngikut, mau di mana?

+62 85295 xxxx xxxx
|Miltie aja
|Tempatnya luas
|Kita semua muat di sana
|Satu kelas, 'kan?

+62 85719 xxxx xxxx
|Kalo bisa satu kelas
|Memang enggak maksa
|Tapi ayolah semuanya
|Biar foto buat kenangan

OM LAKSMADA Where stories live. Discover now