SEMBILAN BELAS : Lempar Ke Jendela

1K 102 9
                                    

P maksud deh, Om!

🔞🔞

Padahal baru dua langkah aku masuk ke dalam kamar, tapi pergerakan itu akhirnya berhenti saat aku menyadari ponsel Om Laksmada masih di tanganku.

Anjir! Mana aku tidak bisa asal ketuk kamarnya kalau di rumah sudah tidak diisi oleh kami berdua saja. Bahkan saat aku mengecek keluar, pintu kamar Om Laksmada juga sudah tertutup, jadi aku memutuskan akan mengembalikan benda itu saat kami sudah sama-sama di luar.

Maka dari itu aku masuk ke kamar lagi dan menunggu waktu yang pas untuk mengembalikannya. Mengenai barang orang, aku tahu kalau setiap ponsel memiliki privasinya masing-masing. Jadi, aku tidak pernah penasaran sedikit pun tentang benda yang ada di tanganku sekarang.

Namun, ketika melihat layar ponselnya menyala karena notifikasi pesan whatsapp, aku jadi tidak sengaja melihat ke arah situ. Sebenarnya titik fokusku bukan kepada pesan-pesan yang masuk. Melainkan terhadap notifikasi lain yang masih melayang karena belum disentuh atau dilihat sedikit pun.

"Lah?"

Mau tahu notifikasinya apa?

are_tta
user.123 likes your story

ANJIR APA-APAAN?!

Itukan nama instagramku.

Dan  ....

Om Laksmada menerima notifikasi kalau ada yang menyukai ceritaku?

Iya, memang tadi aku membuat cerita yang isinya hasil selfieku di cermi.

Tapi sejak kapan Om Laksmada memegang akunku? Jangan bilang kalau dia meretas akun instagramku?

Tidak! Tidak bisa dibiarkan nih!

Inilah yang membuatku berani membuka ponsel orang lain. Aku hanya ingin mencoba saja, jika ponselnya dikunci, iya sudah tidak jadi.

Tapi  ....

PONSELNYA TIDAK DIKUNCI DONG!

Aku bisa beralih ke antarmuka yang lain di mana isinya semakin membuatku terkejut dan hampir terkayang-kayang di sini. Ponselnya berada di dalam galeri, dan kalian tahu isinya apa?

FOTOKU, ANJIR!

Fotoku yang sebelumnya hilang entah ke mana, semuanya ada di situ.

Apa-apaan?!

Wah, ini bentuk ketidakadilan sosial bagi salah satu rakyat Indonesia —yang membuatku ingin meledak detik itu juga. Makanya, berulang kali aku mengecek keluar siapa tahu Om Laksmada ada di lantai bawah. Pikiranku tidak tenang, isi hatiku porak-poranda, aku ingin segera melabraknya bersama perasaan yang labil ini.

Kesempatan itu akhirnya datang tiga puluh menit kemudian. Di mana aku juga langsung menyusulnya ke bawah sebelum Om Lukas mengajaknya bicara.

"Om!" Napasku tak tenang di depannya, berbeda dengan Om Laksmada yang duduk dengan santai sambil meminum air putih yang memang tersedia di atas meja ruang tengah. "Jelaskan kepadaku wahai Om Laksmada yang ganteng." Aku membuat sebelah alisnya terangkat, dia tidak menjawab karena masih minum.

"Ini ap  ...."

"Uhukk!" Kemudian Om Laksmada tersedak hingga beberapa tetes air mengalir keluar mulutnya. "Aretta, seben  ...."

"Ettt!" Aku menjauhkan layar ponsel yang sebelumnya agak dekat dengan wajahnya. "Jelasin maksudnya apaan? Kenapa fotoku ada di sini?!" Aku memang bersusah payah mengikhlaskan isi galeri yang diformat oleh Om Laksmada, maka dari itu, aku juga sangat tidak rela kalau ternyata dia menyembunyikannya tanpa sepengetahuanku.

OM LAKSMADA Where stories live. Discover now