DUA PULUH SATU : Jangan Usir Aku, Om

1K 103 6
                                    

Jangan tampar aku
lagi, Om ;

🔞🔞

Kalau tidak keluar kamar pada pukul 10 malam, mungkin aku tidak pernah tahu apa yang sedang terjadi di rumah ini. Meski sebenarnya aku juga berharap kalau alangkah baiknya aku tidak mendengar apa pun, tapi mungkin permasalahan yang terjadi itu seperti seakan sudah muak disembunyikan melulu.

"Maaf, Mas." Makanya, saat aku berada di luar kamar, aku mendengar suara Tante Alana.

Tentu terdengar jelas saat malam sepi begini, dan terlihat tiga orang dewasa berdiri di ruang tengah. Satunya tentu Om Laksmada, yaitu menghadap dua tamu (anggap saja begitu) di mana mereka adalah Om Lukas dan Tante Alana.

Aku berakhir menyembunyikan diri di balik tiang pancang yang terbangun di depan kamarku, mengintip mereka di bawah sana dari lantai dua. Sepertinya pun tidak ada yang tahu kalau aku ada di sini, atau bisa juga karena mereka terjebak dalam pembicaraan yang serius.

"Aku selingkuh dari kamu, Mas." Itu pengakuan Tante Alana, dan sebenarnya aku tidak kaget-kaget sekali mendengarnya. Entahlah kalau Om Laksmada, mungkin dia masih mencoba untuk mengelak fakta itu.

"Aku sudah berusaha sebisa mungkin, tapi aku juga pengen punya anak. Aku iri sama mereka yang bisa mengandung, sedangkan aku sendiri enggak bisa karena Mas mandul."

Sebentar.

Apa katanya tadi? Mandul?

OM LAKSMADA MANDUL?!

"Aku juga sudah berusaha keras untuk menerima pernikahan itu, tapi apa? Semakin hari aku merasa berat untuk menjalaninya. Aku memang salah, dan kamu juga berhak benci denganku, Mas." Terdengar Tante Alana menangis. "Aku sudah terlalu banyak berbohong sama kamu, dan kamu juga tahu itu, bukan? Jadi, sepertinya  ...."

"Silahkan pergi." Om Laksmada menyela. "Tanpa membereskan barang-barang, langsung pergi saja sekarang. Karena saya tahu kalian berdua sudah punya rumah sendiri," katanya.

Mereka terdiam beberapa saat, di mana Om Lukas mencoba untuk merangkul Tante Alana agar tidak mengamuk dalam tangisnya. Sedangkan Om Laksmada masih berdiri dengan begitu tenangnya sambil melipat tangan di depan dada.

"Bagaimana dengan Ibu? Apa yang harus  ...."

"Kita atasi nanti. Yang penting sekarang, saya enggak mau bertemu kalian berdua dulu. Berikan saya waktu sampai beneran siap menghadap ke Ibu kamu, ada banyak pertimbangan yang harus kita pikirkan matang-matang. Saya juga enggak mau gegabah, jadi kamu enggak perlu ambil pusing buat memikirkannya." Om Laksmada mengatakan sesuatu yang mungkin tidak aku pahami, intinya mereka tidak akan bersama lagi.

TERUS AKU BAGAIMANA DONG? MASA JADI ANAK BROKEN HOME LAGI?

"Maaf, Mas ...."

"Sudahlah, Alana. Saya enggan mendengarnya, kamu bisa pergi sekarang juga. Semoga kamu bisa lebih merasa baik ketika bersama Lukas, hiduplah dengan bahagia dan jangan pikirkan saya," sela Om Laksmada.

"Arett ...."

"Ada di kamar. Silahkan bawa pergi juga, dia ngeselin banget selama ini."

"E-enggak, maksud aku ... buang aja. Aku sudah enggak mau mengurusnya, Ibu juga begitu. Bahkan orang tuanya menolak setelah kucoba untuk menghubungi, kamu bisa antar dia ke panti asuhan. Aku ... bener-bener angkat tangan dan enggak mau mikirin dia lagi."

Mendengarnya ucapan Tante Alana, kedua mataku memanas.

Dibuang katanya?

Sesampah itukah kelahiranku di dunia ini?

OM LAKSMADA Where stories live. Discover now