Epilogue

32.8K 4.1K 1.9K
                                    

Total Kata : 6.044 kata

(Tolong wajarkan kalau telat postnya wkwk, total 40 halaman ini di word)

***

Satu setengah tahun kemudian.

Las Vegas, Nevada, United States
01:00 P.M.

Di kediaman Dante dan Louisa.

"Nico, Ren, jangan lari dulu, astaga. Kalian belum selesai memakai baju," seru Louisa, sambil mengejar Nico dan Ren yang berlari-lari di taman belakang sambil tertawa keras hanya mengenakan pampers.

Sedangkan Lean sudah memakai tuxedo rapi dan memakan permen lolipopnya sambil menonton kedua Kakaknya yang berlari-lari.

(Author Note : aslinya Nico, Ren dan Lean matanya seperti Louisa ya, warna hijau, tapi di foto di atas kurang kelihatan warna hijaunya)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Author Note : aslinya Nico, Ren dan Lean matanya seperti Louisa ya, warna hijau, tapi di foto di atas kurang kelihatan warna hijaunya)

Tidak lama kemudian, Dante muncul sudah memakai kemeja abu-abu tanpa dasi. Di situ dia melihat istrinya dan para nanny mengejar Nico dan Ren yang berlari-lari hanya memakai pampers.

Ini adalah hari-hari normal bagi mereka.

Sejak triplets mereka mulai bisa berjalan dan berlari, ke-chaos-an yang sebenarnya baru benar-benar dimulai.

Louisa berhenti, dan merasa begitu frustasi.

Tidak perlu test DNA lagi, siapa pun bisa melihat, mereka benar-benar darah dagingnya Dante. Batin Louisa.

Karena Louisa tahu akan seperti ini, jadi dia sengaja belum memakai dress-nya dan belum bersiap-siap.

Dante pun menghampiri istrinya, lalu terkekeh kecil melihat pemandangan bocah-bocah nakalnya kembali beraksi.

Louisa menoleh tajam ke Dante setelah mendengar suara kekehan suaminya.

"Kenapa kau lama sekali?" tanya Louisa kesal.

Dante berjanji akan langsung ke sini setelah ganti baju untuk bergantian mengawasi triplets. Karena nanny saja tidak cukup untuk membuat triplets ini duduk manis dan tidak membuat masalah.

Dante pun langsung melingkari tangannya di pinggang istrinya, dan mengecup pipi istrinya yang marah-marah.

"Maaf, tadi tiba-tiba Issac telpon masalah pekerjaan, sayang," jawab Dante jujur.

Mendengar itu Louisa langsung merasa bersalah dia sudah marah-marah pada Dante. Padahal Dante sudah bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan istri dan anaknya.

Louisa menghelakan napasnya.

"Maafkan aku. Aku hanya sedikit stres karena tamu sebentar lagi datang, tapi Nico dan Ren tidak mau ganti baju," seru Louisa akhirnya.

Dante's Confession ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang