Part 58

159 34 0
                                    

CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA, JIKA TERDAPAT KESAMAAN NAMA, TEMPAT, DAN KEJADIAN HANYA KEBETULAN SEMATA, DAN MURNI DARI IMAJINASI PENULIS.

MENGANDUNG BAHASA YANG KASAR DAN VULGAR DIMOHON PARA PEMBACA UNTUK LEBIH BIJAK DALAM MEMILIH BAHAN BACAAN.

Ave tiba dirumah kedua orang tuanya sekitar pukul sepuluh malam. Samantha lah yang berdiri menyambutnya untuk memberi pelukan hangat.

"Mana papa?" tanya Ave berbisik.

"Di perpustakaan. Mama harap kau juga menghubungi Carlo agar datang kesini, karena papa mu ingin bertemu dengannya."

Ave terlihat tidak setuju, dan Samantha mulai menenangkannya.

"Ave... ini demi kebaikanmu sendiri." kata Sam membelai rambut putrinya.

"Aku yakin wanita itu tidak mengandung anak Carlo ma."

Sam hanya mengangguk, "Bawa saja Carlo kesini agar masalah cepat selesai."

"Apa wanita jalang itu sudah pulang?"

Sam menyipitkan mata tidak suka mendengar kata Jalang yang Ave sematkan untuk menyebut Maia.

"Ini sudah malam. Tidak mungkin kami membiarkan wanita hamil berkeliaran sendiri di luar."

"Jadi dia masih disini?" seru Ave tak percaya. "Mama membiarkannya menginap disini?"

Sam menggeleng pelan, "Sama seperti mu, mama tidak menyukainya sejak pertemuan pertama. Tapi mama tidak mau dia berulah. Jadi mama titipkan dia di rumah Rod. Mama merasa dia perlu diawasi."

Ave terlihat senang mendengar mamanya satu frekuensi dengannya, "Mama tidak percaya dengannya kan?"

"Mama tidak menyukainya Ave." jelas Sam yang tidak Ave pedulikan sama sekali.

"Jadi dia sekarang ada di rumah ku?" seru Sea saat tahu Maia Palmas menginap di rumah kedua orang tuanya yang saat ini dihuni oleh sang adik Roderick Maximillan.

"Ku rasa aku tidak bisa pulang ke rumah. Aku akan menuginap disini." kata Sea pada Sam dan Ave.

"Ave?!" seru Javier dari dalam rumah. "Kau kah itu? Kenapa kau tidak masuk?"

Ave bergegas masuk ke dalam rumah untuk menyapa sang ayah. Ia bersyukur, meski sedang dalam mood buruk Javier Maximillan tidak menolak. pelukan darinya.

"Kalau tidak seperti ini kau pasti tidak akan pulang." ujar Javier meneliti penampilan putrinya untuk mencari kekurangan yang tidak ia sukai.

"Kau terlihat semakin kurus." komentarnya.

"Karena Ale." jawab Ave asal bersuara. "Karena patah hati, Ale mengambil banyak pekerjaan dan aku harus membantunya. Aku sampai jarang makan."

Ave reflek bersuara seperti anak manja ketika masuk ke dalam pelukan papanya. Dan baru saja ia ingat jika Javier pasti sangat marah padanya.

Seperti bisa membaca pikiran putrinya, pria itu hanya menggeleng.

"Sekarang makan lalu istirahat. Kita bicara lagi besok saat pria itu datang." ujar Javier membuat tubuh Ave menegak kaku.

"Carlo tidak mungkin datang." serunya pada sang ayah yang kini telah masuk ke dalam. Mungkin untuk mengambil makanan buat Ave.

Hal terakhir yang Ave inginkan saat ini adalah mempertemukan Carlo dengan ayahnya, apalagi dengan situasi seperti ini.

"Papa yakin dia akan datang." balas Javier.

"Pa... lebih baik.. "

Javier menatap tajam wajah putrinya dan berkata tegas, "Makan! Besok kita bicara."

IN & OUT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang