Part 67

277 62 10
                                    

CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA, JIKA TERDAPAT KESAMAAN NAMA, TEMPAT, DAN KEJADIAN HANYA KEBETULAN SEMATA, DAN MURNI DARI IMAJINASI PENULIS.

MENGANDUNG BAHASA YANG KASAR DAN VULGAR DIMOHON PARA PEMBACA UNTUK LEBIH BIJAK DALAM MEMILIH BAHAN BACAAN.

"Apa ada perkembangan?"

Carlo menghela nafas panjang dan memijat pangkal hidungnya, saking lelahnya ia dengan situasi yang ada.

"Tidak ada." ujarnya menjawab pertanyaan Calix.

"Ini sudah tiga bulan. Tidak ada surat. Tidak ada ancaman. Tidak ada petunjuk... "

"Kau benar." Carlo mengakui apa yang hendak Calix katakan. Karena ia juga berpikir demikian. "Ale sengaja menghilang."

"Untuk apa?"

"Itulah yang sedang kita pertanyakan akhir-akhir ini, Renzi. Tapi tak ada satupun yang mendapat jawabannya. Ave dan Sea bahkan merasa bersalah karena merasa membiarkan Ale menanggung beban begitu besar hingga memilih untuk menghilang."

Mereka terdiam. Meski begitu Carlo tetap meletakkan gagang telepon dekat telinganya. Sebab ia tahu jika Calix belum selesai berbicara.

Setelah satu bulan mengobrak-abrik Italia dan tak menemukan petunjuk jika Ale ada disana, Mike segera menghubungi Ace, dimana Red Blood juga tengah mencari keberadaan Ale.

Satu bulan berlalu tanpa perkembangan membuat Mike frustasi dan segera bertolak ke Amerika. Dimana Carlo dan Luigi langsung ikut, mengabaikan Cesare yang diserahkan sepenuhnya pada Calix dan Romeo. Dan melupakan sejenak tentang Delana yang pastinya marah besar mendengar kabar itu.

Delana semakin marah saat tahu jika Sonia telah menikah dengan Julius McAlister.

Namun saat itu Mike tidak peduli sama sekali, keinginan untuk menemukan Ale lebih besar dari apapun juga yang pernah mereka rasakan.

Dan sudah satu bulan mereka disini, duduk mengawasi kamera cctv dimana Ale terakhir kali terlihat.

Mereka menepis kecurigaan jika Ale tengah diculik, diserang ataupun di bunuh. Karena jika benar demikian, siapapun yang melakukannya sangatlah hebat hingga tidak meninggalkan jejak. Petunjuk dan apapun itu.

Tidak ada mayat yang mereka temukan dengan ciri-ciri seperti Ale. Dan lagi sebagai saudara kembar, Ace sangat yakin jika kakak perempuannya itu masih hidup. Begitu juga dengan yang Zefo yakini.

Rachel lah yang hanya tetap diam mengurus Mike selama ini. Mengingatkan Mike untuk makan dan istirahat. Jika bukan karena ibu Ale itu, Carlo yakin Mike sudah jatuh sakit saat ini. Pria itu hanya tidur beberapa jam sebelum bangun lagi untuk menyelidiki keberadaan Ale.

Bahkan terkadang lupa makan, mandi, dan bergerak.

Mike baru beranjak pergi ketika mereka mendengar kabar ditemukan mayat wanita disini, atau disana. Dengan perasaan was-was mereka berharap mayat itu bukanlah Ale. Dan benar.

Mereka kembali lega, namun kembali khawatir lagi sebab mereka harus mencari Ale lagi entah dimana.

Jika Ale sengaja menghilang, bukankah tiga bulan sudah terlalu lama? Apalagi yang wanita itu tunggu untuk menampakkan diri? Carlo bahkan tidak bisa menatap Mike lama-lama karena penampilan Mike sungguh di luar dugaan.

Tubuh kurus dan lesu karena kurang tidur, rambut panjang sebabu, kumis dan jambang yang tumbuh karena lupa dicukur. Dan Mike yang sekarang benar-benar menyeramkan, apalagi dengan sorot matanya yang tajam, dan rahang yang tegas.

Tidak salah jika ada yang menganggap Mike sebagai sosok mafia bengis.

Namun jauh dibalik itu semua Carlo tahu betul betapa rapuhnya sosok Mike. Pria itu akan menangis tanpa suara ketika menatap foto Ale yang ia simpan. Berdoa setiap malam dan meminta pada Tuhan untuk selalu menjaga Ale dan membawa Ale padanya.

IN & OUT [END]Where stories live. Discover now