Chapter 30 - Di Bawah Bintang

102 30 15
                                    


Happy Reading 💓

Matahari mulai berangsur di puncaknya, kehangatan siang mulai berangsur menuju sore. Saat Theodore sudah siap, Halfoy dengan semangat masih memeriksa perlengkapannya. Ia tidak ingin ada yang terlewat untuk perjalanan panjang ini.

Di sela-sela persiapan, terdengar suara gaduh dari dalam kastil. Bentely berteriak memanggil Halfoy, membuat para kembarannya yang berada di pelataran kastil sontak memfokuskan pandangan padanya.

"HALFOYYYYY!" teriak Bentely keras, memanggil Halfoy yang tengah sibuk mempersiapkan diri untuk perjalanan ke wilayah utara.

Savior menghela napas kasar. "Pantas saja terasa ada yang kurang," pikirnya, "Ternyata Bentely hampir tidak pernah berteriak akhir-akhir ini."

"Hati-hati di jalan" ujar Bentely setelahnya, dengan nada yang berubah lembut.

Savior mengerutkan keningnya "Kau berteriak hanya untuk mengatakan hal itu?" Tanyanya dengan nada tidak percaya. Ia tidak habis pikir dengan apa yang ada di pikiran Bentely.

Alih-alih menjawab, Bentely dengan cepat mengabaikan pertanyaan Savior dan beralih menghampiri Theodore.

Dengan hati-hati, Bentely memasangkan syal miliknya pada leher Theodore "Kalian akan sampai sana malam, jadi pakailah ini agar tidak kedinginan" Katanya dengan perhatian yang tulus.

Savior mendengus, melihat perubahan sikap Bentely yang tiba-tiba menjadi sangat lembut saat berhadapan dengan Theodore.

Setelah semua persiapan dirasa selesai, Theodore dan Halfoy berdiri di samping kereta kuda, memeriksa sekali lagi sebelum masuk ke dalam. Mereka memberikan lambaian tangan pada kembarannya yang tidak ikut dalam perjalanan.

"Savior, kau jaga Bentely, dia pasti akan merindukanku selama aku pergi" Kata Halfoy dengan nada mengejek, meskipun ia tahu bahwa hal itu tidak akan terjadi pada Bentely.

"Tidak akan" sahut Bentely cepat, sebelum Savior sempat menjawab.

Halfoy tertawa kecil, lalu menoleh ke arah Bentely. "Bentely, jika selama aku dan Theo pergi, dan Caspian bertengkar lagi dengan Savior, buang saja keduanya ke rawa-rawa"

"Siappp!" Jawab Bentely penuh semangat, dengan tangan memberikan hormat.

Caspian hanya terkekeh kecil mendengar ancaman itu. Sementara Savior sudah melirik tajam Bentely yang berdiri tidak jauh dari tempatnya.

Dengan satu kibasan kendali dari kusir, kereta kuda mulai bergerak perlahan, roda-rodanya berderak di atas jalan, mulai meninggalkan pelataran kastil. Bersamaan dengan matahari yang mulai condong ke barat, mewarnai langit sore dengan semburat oranya dan merah jambu.

***

Malam kembali tiba. Desir angin menyapa lembut melalui celah-celah jendela besar. Menerbangkan anak-anak rambut Caspian yang tengah duduk di bawah jendela. Musim dingin mulai berangsur, meskipun salju masih turun beberapa kali, namun tidak sebanyak sebelumnya. Langit malam itu tampak cerah dihiasi ribuan bintang. Bulan pun tak kalah bersinar dengan terangnya, membuat bayangan-bayangan ranting pohon yang terlihat pada lembaran buku yang ada di tangan Caspian.

Ujian pertahanan ilmu hitam tidak lama lagi. Caspian tidak mempunyai banyak waktu untuk bersantai mengingat ia melewatkan kelas beberapa kali lantaran sakit kemarin. Hari ini pun, Caspian masih belum berangkat ke akademi. Meskipun keadaannya sudah bisa dibilang baik-baik saja, ia masih perlu banyak istirahat.

Namun, Caspian justru memilih untuk berkutat dengan buku mantra. Dengan kemampuan yang dipaksakan, ia berusaha untuk memahami pergerakan beberapa mantra, meskipun sangat susah lantaran ia tidak bisa mempraktikannya secara langsung.

𝐇𝐢, 𝐁𝐲𝐞, 𝐍𝐞𝐯𝐞𝐫𝐥𝐚𝐧𝐝Where stories live. Discover now