CHAPTER 36 : Baby El

65K 4.6K 460
                                    

Happy Reading
-
-
-
-
-
Respect dan terimakasih buat kalian yang tetep vote dan komen meskipun udah mencapai target. semoga dimanapun kalian berada tetap dihargai dan dihormati sebagaimana mestinya.






Mahesa membuka matanya perlahan saat merasakan panas matahari di punggungnya. Ternyata sekarang sudah memasuki waktu sore hari. Nikmat sekali rasanya bisa tidur siang di kamar sendiri.

Tapi ada yang janggal kali ini. Kenapa Aira tidak membangunkannya? Kemana dia? Jangan - jangan Aira pergi tanpa memberi tahunya.

Mahesa lekas bangun dari ranjangnya dan memungut asal kaos yang tadi dilemparnya. Baru sampai ujung tangga telinganya sudah bisa mendengar suara tawa anak kecil.

"Loh Abang udah bangun? Tumben bangun sendiri."

Mahesa hanya diam, tidak menanggapi ucapan Amira. Ia hanya cemberut sambil menatap balita yang berada di pangkuan Aira. Ternyata musuh besarnya yang datang ke sini.

"Ngapain ini bocil kesini?"

"Aiden tadi ke sini nganterin El, katanya Marcel lagi sakit makanya mereka nitipin El ke sini."

Mahesa menatap Baby El yang juga menatapnya, bayi yang dulu hanya bisa menangis sekarang sudah bisa banyak hal. Yang paling menyebalkan adalah dia pintar sekali berbicara dan menyita perhatian orang di sekitarnya.

"Kenapa gak dititipin ke orang lain aja?"

"Abang, jangan kaya gitu ngomongnya."

Amira menegur Mahesa, anaknya ini memang sensitif kepada Baby El bahkan sejak Baby El masih bayi. Amira sedikit khawatir dengan hal itu, ia takut jika Mahesa tidak mau mempunyai anak karena ketidaksukaannya kepada anak kecil.

"Uncle eca malah - malah telus."

Nah kan, dasar bayi menyebalkan. Mahesa menatap sinis balita di pangkuan Aira. Tangannya berusaha memindahkan Baby El. Namun sayangnya Baby El semakin mengeratkan pelukannya pada Aira.

"Diem deh lo, udah sana minggir gantian."

"Uncle eca mau dipangku?"

"Gue mau rebahan di sini, sana sama Oma."

"Ndak mau, El mau cama kakak."

Mahesa berusaha memindahkan tubuh gempal Baby El, tapi sayangnya tangan si bayi berpegangan erat pada kerah baju Aira.

"Lepas gak?"

"Ndak, kakak punana El."

"Enak aja lo, mau gue pulangin naik gojek?"

Mulai terdengar suara rengekan dari Baby El. Meminta Mahesa untuk mengalah pun percuma, yang ada ia akan pundung seharian.

"Udah udah, sini sebelahan aja. Uncle Hesa sebelah kiri, Baby El sebelah kanan ya?"

Mahesa dan Baby El menurut, Aira menyenderkan tubuhnya ke sofa di belakangnya. Sesuai dengan kesepakatan Baby El duduk di paha sebelah kanan Aira sedangkan Mahesa merebahkan kepalanya di paha sebelah kiri Aira.

"Nah kaya gitu dong akur, Bunda mau ke dapur dulu siapin cemilan."

Amira pergi meninggalkan mereka bertiga di ruang keluarga. Aira mendengarkan dan sesekali menanggapi ocehan Baby El sambil mengelus lembut rambut Mahesa.

Aira kira drama mereka sudah berakhir, ternyata hanya bertahan sebentar. Baby El yang melihat Aira terus mengelus lembut rambut Mahesa tiba - tiba menghentikan tangan Aira dengan cara memeluknya.

MAHESA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang