Mark dan Sungchan saling menatap dalam diam, keduanya tengah duduk dengan tenang di meja makan menunggu untuk sarapan.
"Bagaimana kabar mu Hyung?" Tanya Sungchan.
"Cukup baik" jawab Mark singkat dan Sungchan pun mengangguk paham. "Apa kau akhirnya memutuskan untuk mengambil alih perusahaan orang tua mu?" Tanya Mark.
Sungchan menggelengkan kepalanya, "aku lebih senang menjadi penyanyi" jawab Sungchan.
"Oh" jawab Mark.
Haechan mengintip interaksi keduanya dari dapur, hal ini membuat Chenle yang tadinya memang membantu Haechan masak malah tersenyum geli.
"Kalau mama khawatir, lebih baik temani mereka saja" ujar Chenle.
Haechan berbalik dan berjalan mendekati Chenle, "entah kenapa, menurut mama suasana diantara mereka aneh" jawab Haechan.
"Tentu saja" jawab Chenle.
"Ehm kau tahu alasannya?" Tanya Haechan.
Chenle meletakan barang yang dipegangnya lalu menatap Haechan dengan pandangan dalam. "Mama bisa tidak berhenti pura-pura, jelas sekali keduanya ada disini untuk mama" ujar Chenle.
Haechan menggigit bibir bawahnya, "tapi...."
"Ma" tiba-tiba Chaeryeong datang dan menatap bingung pada Haechan dan Chenle yang tampak serius.
"Ada apa?" Tanya Chaeryeong.
Haechan menggelengkan kepalanya, namun Chenle segera ke sisi Chaeryeong dan berbisik. Chaeryeong menatap pada Haechan sebelum ia memeluk Haechan dari belakang.
"Ma, apa mama masih berharap pada papa?" Tanya Chaeryeong hati-hati.
Haechan terdiam, keinginannya berpisah dari Mark adalah karena ia tidak mau jatuh ke dalam kematian yang sama. Yang akhirnya akan merenggut putranya dan juga hidupnya. Namun jika benar-benar bertanya apakah perasaannya pada Mark sudah benar-benar hilang.
Haechan tahu pasti jawabannya belum, karena jika tidak ia tidak akan melayani Mark malam itu. Hingga akhirnya ia mengandung anak Mark lagi, dan secara emosional Haechan bisa merasakan kalau ia merindukan Mark. Mungkin itu bawaan dari bayinya, mungkin juga itu perasaan terpendamnya selama bertahun-tahun. Haechan tidak jelas tentang itu.
"Mama tidak tahu" jawab Haechan pada akhirnya.
Chaeryeong tahu ada kebimbangan dalam diri Haechan, ia pun mencium pipi Haechan dengan lembut. "Ma, kita akan lihat bagaimana usaha kedua pria disana" ujar Chaeryeong.
"Maksudnya?" Tanya Haechan.
"Keputusan akan diambil dari bagaimana mereka bersikap nantinya" jawab Chaeryeong.
"Orang lama atau orang baru, bagi kami Papa Mark tetap papa kami namun untuk menjadi pendamping mama ia tidak harus menjadi papa kami" ujar Chenle yang membuat Haechan tertegun.
"Jadi mama rileks, lagipula papa tidak akan membuang kami" ucap Chaeryeong penuh percaya diri.
"Kenapa kau yakin tentang itu?" Tanya Haechan.
Chaeryeong hanya tersenyum, senyum menenangkan dimana pikirannya melayang saat mengingat seberapa keras Mark berusaha berjalan hanya dalam beberapa hari. Lagipula masa depan Sungchan.....
"Chenle yakin" jawab Chenle yang membuat Haechan tersenyum seraya menatap pada putranya.
*
Hendery sedikit aneh dengan interaksi Mark dan Sungchan, "Hay Sungchan" sapa Hendery.
"Hay Hyung" sapa Sungchan ramah.
"Oh penggemar adikku sudah besar" ujar Hendery yang membuat Mark melirik pada Hendery dengan pandangan tidak suka.
YOU ARE READING
I'm Sorry
FanfictionMenyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal. Karena tidak cukup sekedar nyawanya, namun nyawa berharga lain juga harus ia korbankan.