Part 63

2.2K 353 37
                                    

Hendery duduk sembari tersenyum menatap pada Mingyu yang tengah merangkak kearahnya. Tapi belum juga ia bisa mendekati Hendery kakinya sudah di tarik dengan sangat kuat oleh seorang pria.

Krak

"Aaaaaaaaaa" rintih Mingyu lemah.

"Wah sebagai pria tua kau cukup kuat juga sudah tiga hari tiga malam kau dipukuli tapi masih bisa hidup" ujar Hendery.

"Bunuh aku, bukannya itu tujuan mu" ujar Mingyu dan Hendery menggelengkan kepalanya.

"Aku lebih senang melihat mu menderita" jawab Hendery, "kau lihat bagaimana aku sekarang! harus duduk diatas kursi roda dan menjadi orang cacat" ujar Hendery.

"Aku sudah menjadi orang cacat juga" jawab Mingyu.

Hendery mengangguk tanda ia setuju, "benar, kau memang sudah jadi orang cacat" jawab Hendery, "tapi apa kau sudah membayar untuk setiap luka yang kau lakukan" lanjut Hendery.

"Aku sudah tidak sanggup" ujar Mingyu yang pada akhirnya memohon, dia benar-benar tidak tahu kalau pada akhirnya ia akan berada dalam keadaan seperti ini.

Hendery tersenyum sinis, "kaki mu patah, tangan mu patah, satu matamu pun sudah di congkel, tapi apa kau tahu kalau aku merasa belum puas sama sekali" ujar Hendery yang membuat Mingyu merasa putus asa.

Dia tidak bisa lari, dia tidak bisa melawan. Selama tiga hari disiksa tanpa henti membuat sikap sombongnya hilang entah kemana. Ia hanya berharap bisa segera mati dan menghilang dari dunia ini.

"Tenanglah, istirahat saja dengan tenang dan siapkan diri mu untuk besok" ujar Hendery seraya membawa kursi rodanya berbalik. Mingyu mengepalkan tangannya saat melihat sosok Hendery yang semakin menjauh.

"Menyiksa ku, sepertinya kalian memang harus mati saja agar aku juga bisa mati dengan tenang" bisik Mingyu seraya menatap ke satu arah.

****

Haechan menatap bingung rumah di hadapannya, ia menoleh untuk melihat pada sosok Renjun. "Ini rumah grandpa mu bukan?" Tanya Haechan dan Renjun pun mengangguk.

"Lalu beliau tinggal dimana?" Tanya Haechan.

"Tenang saja Haechan, karena haraboeji sudah tua maka lebih baik ia tinggal bersama dengan kami" ujar Jaemin yang membuat kakeknya yang juga kebetulan datang langsung menatap pada cucunya dengan pandangan sinis.

"Ya sangat tua" ujar kakek Renjun yang membuat Haechan, Doyoung, dan Mark langsung menunduk dengan sopan.

Mata lelaki tua itu berhenti pada sosok Chenle, ia mendekatinya dan mengamati dari atas sampai bawah. "Kau siapa?" Tanya kakek Renjun.

"Oh saya Lee Chenle, anak dari Seorang Haechan dan Mark Lee" jawab Chenle.

Kakek Renjun tersenyum dan menatap pada Haechan, "dia putra sulung mu?" Tanya pria tua itu dan Haechan pun mengangguk.

"Bagus" ujar kakek Renjun puas yang membuat semua orang menatapnya dengan pandangan aneh.

"Apa kakek tertarik dengan Chenle Hyung?" Tanya Ji-Sung yang membuat kakek Renjun mengangguk.

Grep

Ji-Sung sontak memeluk Chenle dengan erat dari samping, "tidak boleh, Chenle Hyung punya Ji-Sung" ujar Jisung yang membuat pria tua itu tertawa.

"Masih kecil sembarangan klaim anak orang" ejek kakek Renjun.

"Chenle Hyung mau kok" jawab Jisung.

"Astaga Chenle pikirkan baik-baik, toh pemuda kecil sepertinya tidak punya apa-apa! Bukannya lebih baik dengan haraboeji" ujar kakek Renjun.

I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang