Part 48

4.4K 471 25
                                    


"Hmmm...mmmm...enak....emmm"

Semua mata tertuju menatap pada Renjun yang sudah menghabiskan hampir 4 piring, untuk badan sekecil itu nafsu makan anak ini bisa dikatakan sangat banyak.

"Dulu Yuta memberinya makan apa sampai perut anak ini bisa sebesar ini?" Tanya Johnny pada Ten yang langsung saja memukul tangannya.

"Cacingnya sebesar apa? sampai ia makan sebanyak itu" Hendery juga ikut berkomentar yang membuat Renjun menatapnya dengan pandangan galak.

"Nyaku...mmmblum...mmmmakkan.." ujar Renjun dengan nada tidak jelas.

Plak

Mulutnya di tabok oleh Haechan hingga Renjun langsung memanyunkan bibirnya. "Makan dulu yang benar baru berbicara, kau ini bisa memberikan anak-anak ku pengaruh buruk" ujar Haechan dengan nada galak.

Renjun meski kesal pada akhirnya ia masih makan satu piring lagi, dan Jaemin sejak tadi memilih menutup matanya melihat ulah Renjun yang memang sudah tidak tertolong lagi.

Renjun memang begitu, sejak kecil ia selalu suka memesan banyak makanan namun sering ia tidak habiskan. Meski Jaemin tahu kalau sebenarnya Renjun belum kenyang, hanya saja memang makanan-makanan itu tidak sesuai dengan seleranya. Dan sekarang ia akhirnya menemukan makanan yang sesuai seleranya dan itu adalah masakan Haechan yang dianggap Renjun sebagai harta berharga yang tentunya bisa memenuhi nafsu makannya.

"Jadi?" Tanya Haechan tidak sabar saat Renjun sudah selesai makan.

"Ehm, Lucas sudah kembali dan Kim Mingyu masih belum di temukan" ujar Renjun. Hal ini membuat Jaehyun dan Taeyong saling berpandangan pasalnya adik ipar mereka tampak menyembunyikan hal ini dari mereka.

"Kalau Lucas aku tahu" ujar Haechan.

"Dari mana kau tahu?" Tanya Jaemin, Renjun serta keluarga Seo yang lainnya.

"Haechan melihatnya di mall kemarin" jawab Mark yang membuat semua orang terkejut, apalagi dengan Chenle dan Chaeryeong yang memang tidak tahu perihal ini.

"WHAT" teriak Hendery keras.

"Ini tidak bisa di biarkan, ia pasti sengaja muncul untuk dilihat oleh Haechan" ujar Jaehyun yang tentu saja menjadi pemikiran semua orang.

"Lalu, bagaimana?" Tanya Ten dengan nada khawatir seraya menatap pada Haechan yang hanya menggelengkan kepalanya . Haechan berusaha memberi tahu pada Ten kalau ia baik-baik saja.

"Kenapa tidak datangi saja dia di rumah imo" ujar Jeno, "kalau main sembunyi-sembunyi itu tidak menyenangkan" tambah Jeno.

"Benar" ujar Haechan setuju.

"Kau tidak akan ikut" ujar Mark.

"Wae, jelas aku yang dia incar" jawab Haechan.

"Tetap tidak Haechan, karena aku tidak bisa percaya padanya" ujar Mark.

Haechan memegang tangan Mark, "tapi kau percaya padaku bukan" ujar Haechan dan lagi Mark tetap menggelengkan kepalanya.

Haechan tahu ia tidak akan bisa memaksa Mark kalau pria ini sudah seperti ini, "ijinkan aku ikut, lalu kau bisa sekamar dengan ku" ujar Haechan.

"Tidak" jawab Mark tanpa ragu.

"MARK LEE" teriak Haechan marah yang membuat semua orang menatap khawatir pada Haechan dan Mark.

"Aku tidak akan ambil resiko apapun, apalagi ini tentang keselamatan mu dan anak kita" jawab Mark tegas, "aku tidak mau ambil resiko apapun" tambah Mark lebih tegas.

Namun Haechan melihat tangan Mark bergetar, hati Haechan langsung melunak. Ia memegang pipi Mark, "aku janji tidak akan terjadi apapun denganku, dan aku juga tidak akan jauh-jauh darimu" ucap Haechan, "aku ingin Lucas tahu kalau aku tidak takut dengannya" tambah Haechan.

I'm SorryDonde viven las historias. Descúbrelo ahora