"Kau hancurkan aku dengan sikap mu."
.
.
.
.
🦊🦊Hari demi hari berlalu, tak terasa sudah lewat 3 Minggu setelah insiden penyerangnya. Gips yang terpasang di tangan kanannya pun sudah di lepas. Hanya tinggal pemulihan, untuk tidak banyak melakukan hal berat. Banyak menulis pun belom boleh.
Wajah tampan yang menghadap pada cermin. Manik gelap yang melihat poninya mulai panjang. Hampir menyentuh matanya. Dia menyisir nya, menjadi belah tengah dengan sedikit bervolume, gaya rambut dengan nama Classic Middle Part. Untuk menutupi bekas luka yang belum sempurna hilang di pelipis kanannya.
Tara sengaja tidak memotong rambutnya. Agar bisa menutupi bekas lukanya yang belum hilang. Bisa di katakan memang dia begitu menjaga penampilannya. Bahkan dia memberi produk termahal agar bekas lukanya hilang. Jika tidak mempan mungkin dia akan ke dokter sekalian. Wajah tampannya tidak boleh ada noda sedikitpun.
Setelah selesai bersiap dia keluar dari kamarnya, tak lupa membawa tas serta kunci mobilnya. Dia sudah kembali beraktivitas seperti biasa. Lebih bebas karena sudah bisa memakai mobilnya.
Deric dan Malen kembali ke inggris Minggu lalu. Sudah banyak waktu dia habis dengan Papinya. Sudah cukup puas dirinya. Papa dan Mamanya juga di rumah. Entah kapan lagi mereka akan pergi untuk bisnis. Dia tidak peduli.
Walau Minggu ini masih banyak yang menganggu dirinya. Hanya anak-anak berandalan, dia bisa mengatasi. Akan tetapi jelas dia gondok bukan main pada Nalen. Siapa yang berulah, dia yang terkena imbasnya, sungguh mengesalkan.
"Gantengnya anak Mama," Nara menyambut dengan senyuman manis. Penampilan Tara dengan gaya rambut yang berbeda. Biasanya memang Tara berpenampilan seperti ini hanya saat bekerja saja.
Tara hanya tersenyum tipis, tidak mengatakan apapun. Walau begitu terlihat pancaran dari matanya dia tengah bahagia. Entah karena apa.
Nara jelas merasa terharu, punya dua putra yang sama-sama tampan. Dia menjadi ingat masa lalu. Sadam juga seperti mereka. Apa dulu pernah dia mengatakan jika si kembar sifatnya pecahan dari Sadam?
Saat remaja dulu, Sadam memang sosok yang dingin. Liar seperti Nalen, tapi juga dewasa seperti Tara. Dia seimbang dengan sifat nakal dan baiknya. Membantu bisnis orang tuanya sejak remaja.
Namun sifatnya benar-benar terpecah oleh dua putranya. Nalen yang liar, Tara yang cukup baik.
"Makan," ujar Sadam memulai sarapan pagi mereka.
Mereka lantas makan dengan diam. Tidak ada percakapan berati. Setelah selesai 3 lelaki dirumah tersebut satu-persatu pergi. Sadam yang berkerja, si kembar yang pergi ke sekolah.
Hari ini Tara tidak berjaga. Jadi dia lebih santai, bahkan menjemput Felly terlebih dahulu. Hubungan mereka masih terus berjalan, walau dibayangi tingkah Nalen yang masih saja mendesak untuk memutuskan hubungan. Kenyataan kan dia memang tidak punya hubungan, lalu apa yang di putus?
"Bucin banget si Abang Tara, gua jadi iri." Pemuda yang kini menatap gemas dua pasangan yang baru saja datang. Mendapatkan lirih tajam dari sosok berwajah dingin.
Kenzo terkekeh melihat raut suram Nalen. Mereka kini mengerti jika sebenarnya Nalen sangatlah posesif dengan Kakaknya. Walaupun terlihat tenang saat di luar, dia sejujurnya terbakar dari dalam. Terkadang membuat Danu dan Kenzo jahil padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHARMOLIPI [χαρμολύπη] || END✓
RandomJika dirinya Bintang, Dia adalah Bulan. Jika dirinya Kakak, Dia adalah Adik. Lantas, kenapa sosok adiknya sangat berkuasa? ** Tara, begitulah orang memanggilnya. Ketua OSIS yang di kenal tegas, dingin, dan galak. Sosok yang disegani, bahkan dikagumi...