"Hujan masih cuma air, paling juga basah."
.
.
.
.
🦊🦊Kejadian yang jelas membuat khawatir. Si kembar di haruskan tetap di rumah lebih dulu agar situasi lebih kondusif. Belum tahu pasti apa mereka masih aja menyerang kembali atau tidak.
Hanya, Deric sudah memberikan arahan pada bawahannya. Juga Sadam menambahkan penjagaan. Takutnya hal tersebut terjadi lagi. Walau mereka bisa mengatasinya. Karena mengantisipasi lebih baik.
Jika yang di incar si kembar itu benar. Karena salah satu dari mereka bisa menjadi pewaris dari Errion nantinya. Di karenakan Deric tidak menikah, apalagi memiliki anak.
"Gimana, Tara mau bicara sama kamu?"
"Enggak, tapi yang pasti alasan dia mau adik lagi ya cuma biar dia ada teman tidur."
"Kamu sih."
"Kok aku?" Pemuda itu menatap tajam. Tiba-tiba saja dia di fitnah, apa coba salahnya.
"Makanya jadi adik yang lucu gemesin. Kakak kamu enggak akan mendua nanti." Kata Nara terkekeh kecil. Lucu menjahili anaknya ini.
Nalen membuang nafasnya kasar. Ya mana bisa begitu. Sudah dari sananya dia seperti ini. Maunya malah Tara saja yang manja.
"Ya setidaknya jangan kebanyakan main sama geng mu. Apalagi sampai enggak pulang," ujar Sadam menggeleng tak tau harus bagaimana.
Ya memang mereka punya dunia sendiri. Tara kadang anaknya mageran, di rumah terus. Sedangkan Nalen anaknya liar. Sulit untuk bersatu, bisa pun kalau salah satu tengah mood keluar rumah atau salah satu mager bermain.
Tapi Nalen membenarkan. Dia kan memang selalu mengecek kondisi Tara setiap malam. Hanya sekedar melihat saja, tidak menemani atau apa.
Ya karena Tara sendiri yang tidak mau. Bahkan bisa di lihat kan. Dia malah lebih sering ke kamar orang tuanya. Walaupun selalu gagal. Jadi bisa di pastikan anak itu memang sulit tidur. Dan seperti apa yang dia lihat terakhir kali.
"Udah sana, jangan main malam ini." Usir Sadam dengan memeluk manja istri nya.
Nalen membuang pandangannya cepat. Geli melihat tingkah orang tua itu. Dengan segera pun dia bangkit. Naik ke lantai 2. Sudah lewat jam makan malam. Paling Tara tengah menonton film atau sudah tidur lagi. Dia tadi memang tengah berbincang dengan orang tuanya sebentar.
Bukan ke arah kamarnya. Dia malah masuk ke kamar Tara. Membuat pemuda yang tengah duduk bersandar pada kepala ranjang itu menatap tajam. Terasa terganggu dengan kehadiran Nalen. Padahal tengah asik menonton film.
"Ngapain Lo kesini?" Tanya Tara kesal. Melihat adiknya yang malah diam sejenak. Lalu berjalan mendekati, duduk di tepi ranjang.
"Gua mau tidur di sini," balas Nalen tenang.
"Enggak!" Tolak Tara langsung mentah-mentah. Tidak akan, tidak mau dia huh.
Kan, sudah Nalen beri tahu. Mau bagaimana lagi?
"Kenapa Lo enggak pernah mau tidur sama gua?" Tanyanya menatap pekat. Dia kan heran juga. Salah apa coba.
"Lo bau," balas Tara membuang muka dengan sebal.
Nalen segara mencium bau tubuhnya. Wangi saja, tidak ada apa-apa. Aneh Kakaknya ini. "Enggak tuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
CHARMOLIPI [χαρμολύπη] || END✓
RandomJika dirinya Bintang, Dia adalah Bulan. Jika dirinya Kakak, Dia adalah Adik. Lantas, kenapa sosok adiknya sangat berkuasa? ** Tara, begitulah orang memanggilnya. Ketua OSIS yang di kenal tegas, dingin, dan galak. Sosok yang disegani, bahkan dikagumi...