🌟XVIII

4.4K 512 62
                                    

"Ada masa untuk bebas di setiap lelah."
.
.
.
.
🦊🦊







































[Part di hapus untuk kepentingan penerbitan]
























































Hehe..


























































Waktu adalah emas, begitulah katanya. Jangan habiskan waktumu untuk sesuatu yang tidak berguna. Terlebih masih berpaku pada masa lalu yang rumit.

"Pa, aku keluar ya?"

Sadam yang tengah duduk di ruang keluarga menonton film menoleh segera. Melihat Tara sudah rapi dengan tak lupa jaketnya.

"Ke mana? Udah malam loh." Sesaat melirik pada jam yang menunjukkan pukul 10 malam.

Tara segera duduk di samping pria itu. Menatap dengan binar penuh harap. "Pengen lihat balapan," katanya dengan senyuman.

"Balapan? Jangan deh ya?" Duh, mana bisa Sadam melepaskan.

Bibir pink pemuda itu mengerucut. Bersedekap dada dengan tatapan sebal. "Cuma lihat aja, di jemput Justin aku."

"Dulu waktu SMA aku juga pengen lihat, Pa. Padahal cuma lihat aja, Nalen yang ikut kenapa boleh? Huh," sebalnya.

Pria itu dengan cepat duduk menghadap putranya. Sudah ada tanda-tanda Tara merajuk. Itu tidak bagus, bisa-bisa dia di cuekin Tara satu Minggu nanti.

"Sama Justin aja?" Tanyanya hati-hati. Di balas anggukan singkat. Membuat Sadam semakin bingung sendiri.

"Nalen tidak ikut?"

"Dia lagi Trading tuh," balas Tara acuh.

Memang, Nalen sudah belajar segala bentuk jual dan tanam saham sejak SMP. Namun Tara baru belajar saat SMA, tapi sekarang dia lebih fokus pada bisnis seperti Papanya.

Trading adalah kegiatan membeli dan menjual instrumen keuangan untuk mendapatkan keuntungan. Instrumen ini terdiri dari berbagai aset yang memiliki nilai finansial yang naik dan turun – dan Anda dapat melakukan trading sesuai arah pergerakannya.

"Aku enggak mau ganggu, jadi enggak bilang." Kata pemuda itu cepat saat Sadam pasti akan bertanya.

"Oke-oke." Pria itu mengalah. Pada dasarnya memang tidak sepatutnya Nalen harus mengikuti Kakaknya. Dia mengerti itu. Jadi sejujurnya Tara ingin waktu beban sejenak dengan temannya.

"Cium dulu sini," pintanya. Tanpa aba-aba memeluk putranya itu. Mencium seluruh wajahnya dengan gemas. Membuat Tara memejamkan matanya dengan ekspresi sebalnya.

"Jangan pulang lewat jam satu. Bilang sama Justin, ingat?" Dia memberi wejangan dengan lembut.

"Iya, aku enggak pikun."


Pemuda itu sudah tersenyum senang. Lantas segera pergi setelah Justin memberi kabar jika sudah sampai di depan rumahnya. Sadam hanya menggeleng lirih melihat anaknya itu bertingkah. Sekarang tinggal, Nalen. Dia jawab apa nanti jika anak itu mencari Kakaknya.

CHARMOLIPI [χαρμολύπη] || END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang