39.

7.5K 679 58
                                    

"Kau adalah hati ku, dan kau belahan jiwa ku."
.
.
.
.
🦊🦊

Hidup yang tidak sempurna, tapi ada akan hal berharga untuk terus bangkit. Ada tawa di setiap ujung lara.

Restoran berbintang yang nampak ramai. Sosoknya mengenakan Hoodie hitam, masuk dengan langkah tenang. Cepat menuju meja kasir, mengatakan tujuannya.

Tidak menunggu waktu, dia langsung di giring menuju lantai atas. Ruangan VIP khusus yang telah di pesan. Sosoknya masuk ke dalam dengan tenang. Di sambut oleh dua pemuda dengan raut yang sulit di kata.

Tara menatap sosok yang dengan malas membuka mata. Membuat dia menghela nafas, membuang muka setelahnya.

"Kenapa Lo bawa dia?" Tanya pada satu sosok yang tersenyum.

Sangga menggeleng, "dia maksa."

Tara pasrah, mengambil duduk di sebelah Sangga. Menjatuhkan dirinya dengan lelah. Seolah ada beban yang dia pikul dengan erat.

"Lo udah makan?" Tanya Sangga, menunjukkan beberapa makanan yang sudah di pesan.

Tara mengangguk sekilas, "udah."

"Jadi Lo mau ngomong apa?"

Pemuda itu diam kembali, menatap sahabatnya dengan diam. Lalu beralih pada Justin yang menguap.

"Justin aja deh, jangan Lo." Putusnya.

"Lah!?"

Sangga terkejut tiba-tiba di batalkan. Yang di sebutkan malah menatap santai.

"Kita akan ada hubungan bisnis, pasti tambah curiga. Justin aja," jelasnya. Sangga menghela nafas, gagal sudah.

"Apa?" Tanya pemuda dengan raut mengantuk itu.

"Ambil uang gua di Kino, Lo kenal kan?"

"Hm.. terus?"

"Ya Lo simpan dulu, atau sekalian buatin ATM baru." Pemuda itu mengangguk santai, kentara dia tidak keberatan. "Jangan sampai ada yang tau ya. Awas Lo," ancam Tara. Di bantu Sangga yang memeringati.

"Ck, iya." Balas Justin malas. Memejamkan matanya kembali, sudah selesai kan? Dia ingin tidur.

Sangga menghela nafas, heran punya dua teman yang hobi tidur. Satunya jika sudah tidur seperti kebo, satunya suka tidur di mana saja. Sungguh, dia yang waras diantara mereka.

"Udah, Lo mau ngomong apa lagi?" Sangga kembali bertanya, menatap kelam Tara yang nampak berbeda. Karena memang mungkin belum sembuh betul, dia agak pucat.

Tara diam, menatap ke arah lain. Lantas mengusap wajahnya dengan lelah.

"Gua enggak tau, sebenernya apa yang terjadi." Katanya lirih, mulai mengeluarkan keluh kesahnya.

Sangga mendengar dengan setia, sabar menunggu. Bahkan Justin tidak benar tidur, dia juga mendengarkan.

"Kenapa ingatan gua blur, gua ingat tapi enggak jelas."

CHARMOLIPI [χαρμολύπη] || END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang