"Adik durhaka itu memang patut di maki."
.
.
.
.
🦊🦊Suasana yang semula ramai langsung menjadi hening. Bak patung tak bernyawa, hanya bernafas saja.
Termasuk sosok yang termenung dengan pandangan kosong. Merasakan pipi kanannya yang panas sekali.
Nalen dengan cepat menarik benda di mulut Tara. Menjadikan dia langsung diam setelah sadar benda apa itu. Otaknya langsung berkerja dengan cepat apa yang telah dia lakukan.
"Len, Tara gak rokokan. Dia cuma foto ala-ala aja pakek tusuk permen." Ujar Kenzo cepat setelah tersadar.
Daniel yang melihat dari pintu masuk menghela nafas panjang. Langsung saja dia berbalik keluar mengeluarkan ponselnya.
"Halo Om.."
Netra Nalen memandang beku tangan kanannya yang tiba-tiba bergetar. Mati sudah dia malam ini.
Tara sendiri masih membeku. Bergerak pelan menyentuh pipi kirinya yang kebas.
"Tar-"
"Ahrgg.. huaa.. Papa!! Nalen bangsat!!"
Tangis meraung pemuda itu memenuhi markas mereka. Membuat suasana malah semakin suram.
Rasa marah, sedih, sakit, memupuk menjadi satu. Kenzo mencoba menenangkan tapi malah dia kena amuk pula.
"Ahrgg.. pergi Lo!" Seru Tara saat Nalen bergerak memeluknya.
"Gu-gua enggak tau," kata pemuda itu terbata. Terlihat rautnya begitu keruh sekali.
"Pergi!! Pergi!! Bangsat!!"
"Huaa.. Papa!!"
Mau di pukul di tendang oleh Tara, Nalen tidak gentar. Sadar jika salahnya sendiri yang main hakim. Kakaknya mengamuk sudah malam ini.
"Uhuk.. uhgg.. huaa.."
Mau sudah batuk dan akan muntah pun dia tetap meraung dengan tangisannya. Jelas Nalen lebih khawatir Tara kumat lagi. Tapi tak kunjung tenang juga Kakaknya ini.
"Udah-udah, nanti Lo sesek lagi." Katanya memeluk punggung pemuda itu.
"Biarin! Uhuk.. huhu.."
Masih saja bisa menjawab sebenarnya. Tak peduli dadanya yang sesak. Dendam sekali pada Nalen dia.
"Tar, udah. Nih mau permen lagi enggak?" Tawar Danu ikut menenangkan.
Beberapa dari mereka juga menawarkan beberapa barang. Tapi apalah daya, mainan Tara saja truk asli jika bosan. Tidak akan mudah terpengaruh.
Tara sendiri semakin kesal malah mereka mencoba membujuknya. Kenapa tidak ada yang mau menghajar Nalen ha!?
Otaknya sudah terbumbu rasa yang membuncah. Segala bentuk emosi membuat dia bahkan langsung merasa begitu kosong dan sakit. Netranya terpejam untuk meraup oksigen yang tipis sekali.
Tangan besar Nalen dengan cepat mengusap dadanya dengan lembut. Semoga mengurangi rasa sesaknya.
"Oksigen ada gak?" Tanya pada anggota.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHARMOLIPI [χαρμολύπη] || END✓
RandomJika dirinya Bintang, Dia adalah Bulan. Jika dirinya Kakak, Dia adalah Adik. Lantas, kenapa sosok adiknya sangat berkuasa? ** Tara, begitulah orang memanggilnya. Ketua OSIS yang di kenal tegas, dingin, dan galak. Sosok yang disegani, bahkan dikagumi...