"Kami pergi dulu, ya." pamit Nela dengan lainnya. Senyum mereka canggung, Regina tahu dengan kecanggungan itu.
"Tunggu." tak tahan Regina menunggu kecanggungan ini hirap. Gadis itu menatap teman-teman lainnya. "Bisakah kita berbicara?"
Sindy kebingungan. "Ya?"
"Ke salah satu cafe, mungkin? Hanya kita saja, tanpa Javas." Regina melirik Javas penuh harap. "Boleh, kan?"
Hampir tak kuasa Javas menahan tatap menggemaskan itu. "Kamu sakit, Sayang."
"Aku sudah sembuh, kamu yang protektif."
"Tidak, kamu sakit. Jangan main di luar."
"Begitu?" Regina membuang muka cemberut. "Kekasih posesif bukanlah tipeku."
Javas tersentak. Melihat kedua pipi kekasihnya mengembang, bibir moncong ke depan, lalu dua alis mengerut tajam, itu semua menuju pada satu hal. Regina, istrinya, pasti marah. Javas memutuskan akan sedikit mengalah kali ini. "Baiklah. Pergi bermain, jangan pulang larut malam."
Wajah penuh amarah itu berubah ceria dalam sedetik berikutnya. "Terima kasih, kamu yang terbaik!" seru Regina lantas memeluk tubuh jangkung Javas.
Segeralah mereka berjalan berdampingan menjauh dari gerbang Mansion, gadis-gadis yang manis. Di belakang, ada seorang pria yang mengekor ibarat anak bebek.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Johanna keheranan.
Darren berhenti melangkah. "Bukankah Regina mengajak kita bicara?"
"Hei," Sindy mengeluarkan senyuman yang menutup ribuan dendam kesalnya. "Kau, tuh, tidak diajak. Kau tidak cukup dekat untuk mengikuti bincangan penting kita, oke?"
"Yah ... lagipula kau itu siapa. Pulanglah." imbuh Nela dengan nada kejam.
"Kejam sekali." Darren terlihat marah. Lelaki itu berbelok pergi ke arah berlawanan tanpa menoleh ke belakang lagi. Ya, seperti Darren benar-benar marah. Tapi para gadis tidak peduli.
"Ayo." Nela tersenyum. "Kita pergi ke cafe itu."
Hari tak terasa sudah hampir habis. Terang disusul senja, tak lama kemudian diganti perannya oleh malam. Bintang masih saja bersinar terang. Oh, tugas menyinari dunia juga tetap antusias dilakukan oleh sang bulan. Para gadis sudah masuk di salah satu cafe tempat penduduk ibu kota menikmati waktu luangnya. Regina melirik kanan dan kiri, kebanyakan mereka mengobrol bersama sekelompok teman. Dan Regina sekarang juga begitu, bersama teman, seperti yang lainnya. Tak ada perbedaan, tak ada penistaan.
"Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Sindy tepat setelah menyodorkan pesanan ke pelayan.
Regina ingat dengan tujuan utamanya. "Itu, apa kalian marah padaku?"
"Eh? Apa maksudmu?"
"Melihat sikap kalian yang diam saja sejak suamiku memperkenalkan dirinya ... aku kebingungan." jelas Regina seraya memainkan jemari satu sama lain. "Itu, sebenarnya, ini pertama kali aku berteman. Kalian teman pertamaku. Kehidupanku sebelum memasuki akademi adalah mimpi buruk yang aku tak ingin mengingatnya lagi. Jadi, aku tak tahu ... bagaimana cara berteman yang baik. Kalau kalian marah padaku, tolong bilang dan jelaskan padaku, ya?"
"Tunggu, tunggu," Nela mengangkat telapak tangannya. "Marah? Kami tidak marah!"
"Tapi kalian diam saja waktu menjenguk tadi."
Johanna menyelat. "Itu sikap yang wajar, kami terkejut! Ah, astaga, gila juga untuk dipikirkan kembali. Siapa yang tidak terkejut jika teman mereka adalah istri dari naga yang ada di legenda? Kami juga melihat naga, sosoknya yang asli! Kaisar bahkan belum pernah melihat sosok naga sekalipun!"
"Ow." Regina terpana. "Kamu banyak bicara hari ini, Johanna."
"Intinya kami tidak marah padamu, oke? Kami hanya terkejut. Kami butuh waktu ... identitasmu itu gila, bisa saja perang akan muncul sebab identitasmu itu. Kami mengerti untuk menyembunyikan fakta tentang naga atau identitasmu. Dan kami juga perlu waktu untuk mencerna informasi gila itu ... ya?" jelas Sindy dengan suara lembutnya.
Jadi mereka tidak marah. Regina menghela napas lega. Untunglah, gadis itu tak jadi kehilangan teman pertama yang ia miliki.

ESTÁS LEYENDO
[END-TERBIT] REGINA: Don't Want to Die
FantasíaKekaisaran Tarandea percaya bahwa satu-satunya cara untuk menepis malapetaka adalah dengan mempersembahkan Regina Voresham-gadis malang berambut perak terkutuk. Takdir Regina sudah terpahat sejak awal kelahiran, dipersembahkan pada sang naga hitam...