I LOVE YOU 0.1

3.3K 98 0
                                    


-_-_-_-

Z I A N

"Akhirnya, Kamu pindah sekolah juga. Aku seneng"

Aku menaikkan tatapan dari segelas jus penuh di hadapanku, tanganku berhenti mengaduk Watermelon Juice ketika wanita berwajah bak elle di hadapanku ini akhirnya mengatakan sesuatu yang menurutku 'Langka'.

Tersadar , aku tersenyum. Tanganku terangkat meraih jemarinya yang tergeletak di atas meja. "Kamu seneng, aku seneng"

Pipinya bersemu merah, hal yang juga termasuk 'Langka' ia lakukan, bahkan padaku, pacarnya.

Dia Mecca, cewek terjutek dan ter-jenius yang pernah aku kenal.

Akupun harus menyogok kepsek agar bisa lolos seleksi menjadi salah satu siswa di sekolahnya. Itu bukan berarti otakku dangkal, tapi kalian perlu tau, aku akan melakukan apapun yang Pacar cantik-ku ini inginkan tanpa memikirkan resiko dan tidak ingin mengecewakannya jika aku gagal sewaktu tes.

aku menyesap jus semangka segar di hadapanku lagi, dengan tatapan yang terkunci pada iris cokelat terangnya.

Dia sangat cantik, lebih cantik dari satu tahun yang lalu, saat pertama kali aku bertemu dengan Mecca.

"Mau ketemu Mama?" Tawarku akhirnya setelah hening yang cukup lama.

Mecca mengangguk anggun, "apa tante Nina gak risih sama aku?" Tanyanya, dengan dahi berkerut.

Aku tertawa. Bahkan, perubahan raut wajahnya bisa membuat senyumku terbit sempurna.

Aku tergila-gila pada Mecca.

Aku sangat mencintai Mecca.

Jika seseorang mengatakan bahwa aku terobsesi dengan malaikat di hadapanku, kalian benar.

Bahkan aku rela terjun bebas dan berakhir dengan koma selama dua minggu saat menyelamatkannya dari arus deras yang membawa tubuh mungilnya.

"Rafa?. Melamun, ya?"

Aku mengerjap dua kali, ketukan di punggung tanganku dengan jemari langsingnya membuyarkan semuanya. Kini raut wajah Mecca kembali berubah polos namun terlihat dingin di saat yang bersamaan.

Seraya tersenyum, aku mengacak pelan puncak kepalanya. "Mama aku seneng kamu main ke rumah, ayo" Aku berdiri, mengulurkan tangan ke hadapannya.

Jika mantan pacarku sebelumnya, mereka akan tersenyum lebar bahkan menari-nari jika aku melakukan hal itu.

Tapi Mecca ini 'Langka'.

Mecca hanya tersenyum sangat tipis, setipis lembaran kertas sidu.

Saat kami berjalan meninggalkan Resto, seorang sales menghampiri kami, kedua tangannya membawa banyak brosur berwarna hijau, ia melangkah ke arah kami, tak lupa dengan senyum cerahnya saat mengetahui ada target baru.

Dan Mecca sangat membenci hal ini.

"Mas, mbak, Maaf mengganggu waktunya sebentar-"

sales itu terkejut melihat telapak tangan yang tergantung di hadapannya. Aku hanya bisa tersenyum geli. Tangan langsing itu perlahan turun, aku yang berjalan di belakang Mecca seketika mempercepat langkahku saat Mecca sudah berada di sisi mobil. Aku membuka pintu mobil penumpang, membiarkan Mecca masuk ke dalam mobil dengan gaya anggunnya, yang sialnya sangat aku sukai. Membuat pesonanya naik berpuluh-puluh kali lipat dari sebelumnya.

Ketika aku berbalik, wajah sales itu nampak keruh, ia menarik tangannya yang semula terulur memegang brosur ke arah Mecca. "Maaf ya mas, kita buru-buru" Ucapku tak lupa dengan senyum yang ku buat sesopan mungkin.

I LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang