I LOVE YOU 1.3

1.8K 82 16
                                    

M E C C A

Hari ini, hari terakhir aku dan pengurus OSIS lainnya mempersiapkan pensi yang di selenggarakan besok malam. Setelah menilai penampilan semua pengisi acara di aula, kali ini aku harus mengkoordinir tempat kami menyelenggarakan pensi yang bertajuk "Gebyar Pentas Seni DwiJendra".

Seusai menyuruh Rio untuk memeriksa spanduk sponsor dan memeriksa sound system, aku bersiap-siap menuju back stage, seperti biasa, memastikan bahwa semuanya sudah klop.

"Kostum untuk teater mana?" Tanyaku pada Dina seraya mencari kostum teater di deretan gantungan kostum yang lain.

Dina yang sedang membersihkan sofa, menjawab sekenannya. "Mereka belum nyerahin baju ke sini, Mec. Tadi Drian udah ngehubungin ketua teater, katanya kostum teater bakalan di bawa dua jam lagi."

Aku berdecak, "Yaudah, lo tunggu di sini sampai kostum teater datang."

Alis Dina bertaut, ia menghentikan gerakannya lalu menatapku, "Ini udah jam 7, Mec. sekalian aja lo suruh gue nginep di sini."

Aku yang sedari tadi sedang sibuk mendata kostum akhirnya menatap Dina lalu melipat tanganku di depan dada, "Ini sudah tanggung jawab lo, Din. Lo gak usah khawatir, Gue juga bakalan nunggu di sini sampai kostum teater datang. Kalau lo gak suka gue atur, mending lo laporin gue ke kepsek. Urusan kelar." Aku mengendikkan bahuku lalu melanjutkan kegiatanku yang sempat tertunda.

Dina mendengus, tubuhnya bergerak turun saat menghela nafas, "Sebebas lo deh, Mec."

Satu jam berlalu, semua pengurus OSIS sudah berkumpul,duduk membentuk gerombolan di atas rumput. Mereka semua berbicara dengan raut wajah berbeda-beda, sesekali tertawa entah karena apa.

Aku yang duduk di tepi panggung dengan kaki menggantung menghela nafas. Aku hanya bisa melihat dari kejauhan tanpa repot-repot untuk bergabung dengan yang lainnya. Ketika ponselku bergetar, aku merogoh saku jaketku lalu melihat nama yang tertera di layar Handphone.

"Halo"

"Kamu dimana? udah makan?"

Aku mengangguk, "Aku masih di lokasi pensi, sudah sama yang lain." Ucapku berbohong.

Boro-boro makan bersama, berbicara saja seperlunya.

"Aku jemput kamu, ya?"

"Gak usah, Zi." mataku menatap kumpulan Osis yang masih bersantai di tengah lapangan, "Aku bisa pulang sendiri."

"Yaudah. Aku tutup dulu ya? ada kerjaan. Bye Mecca, I love you"

"Emm" Aku menutup sambungan telfon lalu menaruh benda mungil itu di saku jaket. Sejenak, aku berfikir apa yang di lakukan Zian tiap menjelang sore. Karena hampir setiap sore dia tidak pernah membalas pesanku. Tepatnya, tidak pernah mengabariku, seperti saat ini.

.

Jam sembilan, setelah mendata kostum teater yang baru saja tiba sekaligus menegur Alan-Ketua ekskul Teater- aku menghela nafas lega, karena akhirnya persiapan menjelang pensi besok malam sudah 100%. Yang artinya, aku bisa tidur nyenyak malam ini.

Aku beranjak dari lapangan menuju parkiran. Karena hari sudah malam,suasana lapangan tempat pensi di selenggarakan sudah tampak lengang. Tidak ada aktifitas, hanya ada beberapa petugas penjaga taman dan tukang bersih-bersih yang berlalu lalang dari hadapanku.

Aku terkejut saat mendapati Zian yang sedang bersandar di kap mobilnya, menatapku dengan senyum di bibirnya.

"Zi, dari kapan?"

Bukannya menjawab, dia malah menyuruhku diam di tempat sementara ia berbalik, masuk ke dalam mobil lalu beberapa menit kemudian kembali membawa kantong plastik berisi sesuatu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 12, 2015 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I LOVE YOUWhere stories live. Discover now