I LOVE YOU 1.1

834 60 1
                                    

M E C C A

Ini rasanya seperti kalian di bawa terbang, tidur di awan dan melihat berbagai macam burung berterbangan, lalu sedetik kemudian tubuh kalian jatuh ke dasar jurang yang terdalam.

Sakit 'kan?

Aku hampir saja membuang kue tart buatanku sendiri jika saja hanya aku manusia di tempat sialan ini.

Oh.. tunggu saja, aku akan membuang kue tart ini tepat di wajah Zian.

Aku melirik jam tanganku sekali lagi, jam 22.45. Setelah satu jam menunggu Zian menjemputku ke rumah seperti tugu yang nangkring di depan pagar, aku memutuskan untuk berangkat ke restaurant menggunakan angkutan umum dan kali ini satu setengah jam aku menunggu di restaurant, dan sialnya aku terlihat seperti patung pancoran, anehnya aku bukannya membawa pancoran, tetapi membawa kue tart.

Aku berdiri, membiarkan kue malang itu tergeletak di meja makan. Setelah meminta bill pada pelayan, aku segera membayar dan beranjak dari restaurant itu.

Sesampainya di parkiran yang lumayan sepi karena hari sudah malam, aku mencari kunci mobilku yang entah dimana karena aku terlalu kalut untuk mengingatnya.

"Mecca?"

Pergerakanku terhenti dan aku mendongak,aku mendapati sosok pria tinggi sedang menatapku dengan alis naik sebelah.

Oh..untunglah bukan tuyul yang memanggilku.

"Dirga?"

"Apa kabar lo?"

Aku terenyuh dan membisu di tempat. Dirga mungkin akan bertanya lebih dalam tentang setahun belakangan ini dan malam ini akan menjadi malam yang penuh dengan pertanyaan, maka setelah aku berhasil menemukan kunci mobilku, aku langsung masuk ke dalam mobil dengan langkah terburu-buru. Tetapi langkahku lagi-lagi terhenti begitu sayup-sayup aku mendengar suara bass yang tak asing di telingaku.

Dan benar saja, setelah aku menengok ke restaurant yang tak jauh dari tempatku dan Dirga berdiri, aku melihat Zian berteriak memanggil namaku.

Ya, dia Zian. Laki-laki yang membawa ku ke dasar jurang.

Dirga baru akan bertanya ketika aku menggenggam tangannya, lalu menyerahkan kunci mobilku. "Tolong bawa mobil gue."

Dia mengangguk ragu seraya menatapku dalam-dalam. Tak lama, ia menangkup wajahku dengan sebelah tangannya. "Oke..Tuan Putri."

Ya, Aku si tuan Putri yang gagal Move On.

-_-_-_-

Z I A N

Setelah berteriak di restaurant dan di akhiri dengan pengusiran diriku karena di sangka tidak waras, aku memilih duduk di jok pengemudi mobil seraya menjambak rambut hitamku. Moursha yang sudah terlelap di jok penumpang nampak tak terusik, sementara lukisan di bagasi belakang nampak tak bergerak sedikitpun, bahkan memberi simpati pun tidak.

Ya, aku sedikit gila menganggap lukisan Mecca itu seakan hidup saking nyatanya.

Aku memutuskan untuk pulang ke rumah tanpa mengantar Moursha pulang terlebih dahulu. Setelah aku men-Dial Dava dan mengatakan Moursha akan menginap di rumahku dan tidur bersama Ziana, aku melajukan Mercedes hitamku keluar dari pelataran parkir restaurant.

Namun, sedetik kemudian detak jantungku terasa berhenti begitu melihat mobil putih dengan jendela penumpang depan terbuka melewatiku.

Bukan, bukan mobil putih yang membuat jantungku serasa ingin mencelos keluar.

Ada Mecca di dalam mobil itu, tepatnya di bangku penumpang, dan lelaki yang menyetir mobilnya.

Otakku berfikir dengan cepat sementara nafasku tercekat di tenggorokan. Aku bukan berfikir secara irasional, tapi Karena setauku Mecca tidak mempunyai saudara laki-laki maupun sepupu, dan karena almarhum ayah dan ibunya adalah anak tunggal, Otakku jadi berfikir yang tidak-tidak.

I LOVE YOUWhere stories live. Discover now