I LOVE YOU 0.8

923 62 2
                                    

Z I A N

"Apa?" Tanyaku pada Rika yang matanya menyipit ke arahku.

Tepat saat aku melirik meja guru di depan kelas, Bu Linda dengan mata elangnya menatapku.

"Lo di suruh maju, bego" Bisik si poni dora, Rika.

Aku dengan langkah santaiku berjalan menuju depan kelas. Sampai di tempat itu, aku tersenyum lalu menaikkan alis. "Hai semuaa"

Bu Linda tambah melotot, "Saya suruh kamu berdiri untuk menyebutkan cita-cita kamu, bukannya say hello. Kayak artis aja."

"Ibu belum tau?" Ucapku, nyolot. "Ayah saya saudara kembarnya Zayn Malik, Bu!"

Bu Linda berdiri, berkacak pinggang seraya menaikkan satu alisnya. "Emang saya peduli?"

Air liurnya muncrat, Bu. Batinku seraya terkikik geli. "Ngomong jangan pake kuah dong, Bu. Kayak soto aja." Gerutuku lalu Tatapanku beralih ke depan, menatap teman-teman baruku bergantian lalu terpaku pada Horman dan mengerling padanya. "Cita-cita saya dokter, Bu."

"Kenapa dokter?" Tanya Bu Linda seperti tidak rela jika ada dokter seganteng aku.

Seraya mengetuk-ngetukkan telapak kaki ku ke lantai, aku berkata, "Simple, sih. Ya saya gak mau aja ngeliat orang meninggal dengan mata dan kepala saya sendiri."

Kerutan di dahi keriput Bu Linda bertambah satu. "Kamu ini aneh-aneh saja. Mana bisa jadi dokter tapi gak pengen ngeliat orang meninggal." Katanya, meremehkan.

"Ya kan saya mau jadi dokter hewan, Bu."

Si pemilik otak-otak jenius di hadapanku ini tertawa, ada yang hanya terkikik dan ada yang tertawa hingga memukul meja-itu Horman-. Bu Linda kelihatan kehabisan kata-kata. Maka, setelah menggerutu ia membiarkan ku kembali ke bangku dan mempersilahkan Horman untuk bergantian maju ke depan kelas.

"Eh cecunguk, awas lo ngompol di depan ya?" Ancam Rika saat Horman berjalan melewatinya. Aku sempat melihat tangan dan kaki Horman yang bergetar, Apa se-nervous itukah?

Saat dia sudah berada di depan kelas, Bu Linda menginstruksi, "Sebutkan Cita-cita dan alasan kamu. Yang jelas ya, jangan setengah-setengah kayak temen kamu itu." Mata Bu Linda melirik ke arahku, sementara aku hanya tersenyum. Guru emang gak bisa kalah, ya gak?

"Cita-cita saya..Pelawak" Ucap Horman bergetar.

Aku menatap Horman tak percaya, Bagaimana bisa?

Sadar ia di beri tatapan-Kok bisa?- dari hampir seluruh orang di ruangan ini, Horman melanjutkan,"karena kata nenek aku, kalau kita bisa membuat orang tersenyum bahkan tertawa, kita dapat pahala."

"Coba kamu ngelawak, ibu pengen dengar." tantang Bu Linda. Horman yang berdiri tepat di depan kelas nampak linglung. Ia menatapku dan teman-teman yang lain secara bergantian.

"Beruang apa yang bisa di masukin kulkas" Katanya polos, entah itu pertanyaan atau pernyataan.

"Beruang minum obat diet!" Teriakku dari bangku. Setelah berfikir, Horman menggeleng, "Bukan itu"

"Beruang yang minjem laser pengecilnya dorayaki!" Ucap Rika, yang aku hadiahi jitakan di kepalanya. "Doraemon bego!"

Rika mengusap bekas kejahatanku dengan telapak tangannya, "Suka-suka gue dong!"

"Mana bisa beruang di masukin kulkas" Celetuk Tiwi tak lama secara logis. Memang benar,sih.

"Ya namanya juga joke , Wi." Belaku, lalu menaikkan salah satu kaki ku ke atas bangku. Tatapanku beralih pada Horman saat tak lama ia kembali bersuara.

Horman mencoba lebih santai dengan menggeleng, "sebenarnya jawabannya simple."

"Apa?" Tanya Bu Linda,penasaran.

"Bear brand! Kan Bear brand bisa di masukin kulkas. " Ucapnya dengan mata berbinar.

Rika menatap aku dan Tiwi-teman sebangkunya-secara bergantian. "Kita ketawa gak nih?"

"Ketawa aja biar dia gak kayak kambing congek di depan." Usul Tiwi. Sesaat kemudian aku terpaksa tertawa , sendiri dan paling keras.

"Ee, ketawa gak lo semua!" Bisikku-lebih tepatnya, mengancam-pada semua orang yang menatapku bertanya-tanya. Setelah mendengar ancamanku, mereka akhirnya tertawa secara terpaksa, membuat Horman mendadak tersenyum seolah mendapat hadiah mobil berlapis emas atau apa,membuat pipi tembam merahnya terangkat. "Makasih Teman-teman"

Horman..Horman.

-_-_-_-

M O U R S H A

"Boleh gak gue duduk disini, Kak?" Aku memiringkan kepalaku, mencoba mencari wajah seseorang yang sibuk dengan buku tebal hitam di genggamannya. Perlahan ia menoleh ke arahku, "Bo-boleh" Ucapnya seraya mengangguk sampai-sampai kacamata hitam besarnya terperosot ke bawah hidung.

Aku memintanya bergeser lalu duduk tepat di sampingnya. Saat aku membaca buku pilihanku, sesekali aku melihatnya menyentuh dahinya yang tiba-tiba berkeringat lalu menghembuskan nafas secara kasar. "Kak, boleh tanya?" Ucapku sesopan mungkin.

Ia lagi-lagi mengangguk, namun tatapannya masih tertuju pada buku ensiklopedi di genggamannya. "Di sekolah ini, pensi di adakannya kapan?"

Dia nampak berfikir, itu terlihat dari kerutan yang muncul di dahinya. "Setahun sekali, biasanya bulan Desember."

Aku bertanya bukan tanpa alasan. Mengingat aku adalah calon anggota OSIS yang baru, aku harus tau seluk beluk dari sekolah ini, mulai dari acara besar yang rutin di selenggarakan sampai hal terkecil sekalipun. Setelah mendengar penuturan kakak kelas tadi-karena aku melihat dasinya terdapat dua garis horizontal- aku mengangguk mengerti. "Makasih kak.." Aku melirik name tag yang tertempel di bajunya, "..Horman."

Dia mengalihkan tatapannya ke arahku. Sadar aku mendapatkan tatapan-Kok tau?- Aku segera menunjuk name tag yang tertempel di dada sebelah kanannya.

Setelah itu, kami melakukan kegiatan yang semestinya,yaitu membaca sampai jam istirahat berakhir.

-_-_-_-

M E C C A

Aku melirik kalender di hadapanku sesaat setelah menata kembali komik di genggamanku ke tempat semula. Sekarang sudah di penghujung November. Itu artinya, tinggal tujuh hari lagi hubunganku dengan Zian genap berusia 13 bulan.

Ngomong-ngomong tentang Zian, lelaki itu pernah berjanji padaku bahwa ia akan merayakan hari jadi kami yang ke-13. Bukan karena apa-apa, hanya alasan yang klise. menurutnya, angka tiga belas itu merupakan angka sial, jadi ia akan sangat bersyukur jika saja kami dapat tetap berhubungan sampai melewati angka sial itu.

Mataku menjelajah di deretan minggu kedua bulan Desember. Tepat tanggal 10 Desember seperti tahun-tahun sebelumnya, pensi di adakan di sekolah ku, dan hal itu sangat menyita banyak waktu, tenaga, dan pikiran kami-para perangkat OSIS-. Mulai dari mempersiapkan panggung, lighting, sound system, sponsor, bintang tamu, serta merekrut anggota ekskul di sekolahku untuk turut serta menampilkan bakat-bakat mereka di bidang atau ekskul masing-masing.

Setelah cukup lama memandangi kalender, aku menguap. Mataku cukup lelah hari ini karena seharian penuh menatap beribu-ribu kalimat baik di buku mata pelajaran sekolah maupun komik-komik kesayanganku. Aku memilih merebahkan diri setelah menekan saklar kamarku sehingga lampu kamar meredup. Sebelum terpejam, aku sempat melihat notifikasi handphoneku, hanya ada satu pesan yang belum sempat aku baca dari Zian. Iseng, aku membukanya.

From : Zian

Good Night, Cantik. Inget baca doa sebelum tidur. I Love You

Setelah membaca rentetan kata di layar handphoneku, aku kembali menguap lalu meredupkan layar handphoneku.

"Good Night Fathan. I Love You"

-_-_-_-

I LOVE YOUOnde histórias criam vida. Descubra agora