Twin bítch not brother!!!

20.2K 1.2K 448
                                    

Chapter 7 | You hate me now?! Well, I hate you too!

VARIANT SLUT!!!

Gue benar-benar kaget melihat adegan menjijikan itu tadi malam. Tangan gue sudah gatal ingin menghajar wajah brengsek Liam. Sayangnya dia sudah keburu pulang. Gue sempat ke kamar mandi dulu buat ganti celana dalam. Liam sudah nggak ada di mana-mana. Pas gue ke kamar Variant SLUT itu, dia sedang menangis tersedu-sedu. Gue nggak mau berurusan sama air mata-nya. Gue ingin sekali membuat Variant luka-luka, tapi gue takut Mommy nggak kasih gue uang jajan. Maka, gue biarkan dia jadi pelacur menyedihkan di atas kasurnya.

Selera sarapan gue hilang saat berhadap-hadapan dengan wajah Variant di atas meja makan. Gue melempar pandangan mematikan ke arahnya, Variant terus menundukkan kepalanya sembari mengunyah roti tawarnya. Dia sempat mendongak tadi, mengucapkan kata sorry tanpa suara. Oh, nggak ada kata sorry buat dia! How dare that bitch screwed my bestfriend!

"Mom mau pergi arisan, ya. Agak sorean baru pulang. Kalian delivery aja buat makan siangnya." Mommy mengelap mulutnya dengan napkin. Daddy mengunci layar iPad-nya. Mereka berdua bangkit secara bersamaan. "Bibi nggak masak hari ini, dia lagi sakit. Oke, Mommy udah telat. Kakak sama Adek jangan berantakkin rumah, ya, selama Mommy pergi. Terus nanti panggil Bi Nila buat kunci pintu. Alright, twin?"

"Iya," jawab Variant lemah. Mendengar suaranya gue ingin memukul wajah banci-nya itu. "Bye."

Mommy dan Daddy beranjak pergi. Kini hanya tinggal kami berdua yang ada di meja makan. Karena gue lagi marah, gue nunggu Variant yang ngomong duluan. Yah, meski gue nggak bakal peduli dia mau ngomong apa. Gue tetap akan mencecarnya. Dia nggak boleh lolos. Dia harus tahu apa yang gue pikirkan. Dan betapa marahnya gue sekarang.

"Zedd," lirihnya, nggak berani menatap gue. Dia menusuk-nusuk roti tawarnya dengan jari. "Aku sama Liam nggak ada apa-apa kok. Yang tadi malem kamu lihat itu... cuma, euh, dia lagi ngisep bakteri jahat di leher aku. Bukan mau kasih hickey atau apa. Kamu jangan marah."

"Gue nggak marah," bual gue, meremas napkin keras-keras. Wajah Variant mengernyit melihat apa yang gue lakukan pada napkin. Dia tahu gue hanya berbohong tadi. "Lo nge-screw Liam. Kenapa gue harus marah? Kan sifat lo memang gitu? Pelacur banci pantat korengan, huh!"

Variant mendongak, raut wajahnya terluka. "Aku bukan pelacur banci pantat korengan!"

Gue melempar napkin ke depan wajahnya. Dia terlonjak kaget, hingga kursinya berdecit. "Gue nggak pernah ngerti isi otak lo, Ant! Lo pernah cerita ke gue kalo first time lo itu straight curious, dan gue udah ingetin lo soal Liam. Tapi apa yang lo lakuin? Lo malah ngulang kesalahan yang sama. Lo cuma bakal jadi percobaan Liam doang, bego! Dan lo bakal sakit hati lagi kayak dulu."

"Kan bukan aku yang mulai," kata Variant defensif, matanya berkaca-kaca. Dia berdiri, datang ke dekat gue. "Dia yang nyium aku duluan, aku nggak minta dia ngelakuin itu, Zedd."

"Dan lo terlalu bencong buat ngedorong dia supaya jauh-jauh dari lo, hah?!" Gue ikut berdiiri, suara gue menggelegar di seluruh rumah. Kemarahan gue memuncak hinggak ke atas kepala. "Dasar pelacur! Gue nggak pernah ngerti kenapa lo bisa jadi kembaran gue dari banyaknya orang di dunia ini. Lo bego, kegatelan, dan lo pecun! Jangan harap gue bakal ngelindungi lo lagi."

Saking marahnya gue menendang tulang kering kaki kanan Variant. Dia langsung terduduk lemas, menangis kencang sembari memegang kakinya. "Sakit, Zedd."

"Fuck you!" teriak gue murka. Purrine tiba-tiba muncul di sebelahnya. Gue mengambil teko air dan menyiram kucing sialan miliknya itu. Variant teriak. Meraih Purrine dan memeluk kucing basah kuyup itu erat-erat. Gue menyenggol keras pundak Variant dengan lutut gue hingga dia tersungkur. Dia tersedu lirih. Dasar banci! "That's what you get when you pissed me off, you slut!"

Another Twin Story [Zedd]Where stories live. Discover now