Boys Don't Cry: Chapter 1

6.1K 280 7
                                    

"Terus, kamu maunya apa?"

"Putus."

"Putus?"

"Iya. Putus."

Gue menghela napas panjang. Kembali bertanya. "Kenapa harus putus?"

"Aku nggak bisa ngelanjutin hubungan kita, Zedd. Setiap detiknya, setiap tahun yang berlalu, aku ngerasa kalau aku sama kamu lama-lama udah nggak cocok lagi. Tujuan hidup kita beda. Aku berharap kamu jadi seperti yang aku mau. Sosok dewasa yang aku butuhkan di hidupku. In fact, aku lah yang harus dewasa di sini. Aku nggak bisa ngelakuin ini lagi. Sekuat apapun aku bilang ke diriku sendiri kalau kamu adalah orang yang tepat, semakin kuat juga perasaan tolol itu. Kalau sebenarnya kamu sama sekali bukan tipe cowok ideal yang aku mau. Itu kenapa aku mau putus. Maaf." Ray menutup ucapan panjangnya sambil mengusap wajah.

"Karena aku bukan tipe cowok ideal kamu?" Gue meremas kaleng coke keras-keras, membuat minuman yang ada di dalamnya muncrat membasahi baju yang gue kenakan. "Tell me, Ray, tipe cowok ideal yang kamu mau itu yang kayak apa?! Sampe kamu nggak ngerhagai hubungan kita yang... I don't know, terasa kayak forever ini. Tell me!"

Ray diam beberapa saat, merangkai kata yang ingin dia sampaikan buat gue. "Aku mau cowok dewasa, Zedd. Di mana, ketika aku nggak mau dia ngelakuin sesuatu yang stupid, dia bakal setuju sama omonganku. Bukan yang kayak kamu. Kekanakkan. Setiap kali aku nasehatin kamu, kamu nggak pernah mau denger. Kamu malah menjadi-jadi. Waktu aku bilang aku pengen kamu punya pekerjaan yang... safety net, kamu selalu bilang kalau kamu masih muda dan kamu mau mencoba segala jenis pekerjaan berbahaya. For God's sake, Zedd! Kamu bahkan jadi aktor peganti film-film berbahaya. Kamu tau perasaanku pas ngelihat kamu disulut api?"

"Itu aman, Ray!"

"Gimana kalau yang kamu bilang aman itu berubah jadi nggak aman, huh?" Ray menggertak gusar, kedua matanya nggak mau menatap manik mata gue. "Aku pengen kamu berhenti dari segala pekerjaan berbahaya itu. Tapi kamu nggak pernah mau denger."

"Aku berhenti dari tinju, hal yang paling aku suka lakukan di dunia ini, karena kamu suruh aku, Ray! For fuck's sake, Ray! Aku bukan robot yang bisa kamu suruh-suruh berhenti gitu aja. Aku bahagia sama pekerjaan yang aku jalanin sekarang. Aku suka sesuatu yang menantang, dan kamu tau itu. Kenapa kamu nggak bisa ngerti?! Kita selalu berantem soal ini."

"Karena itu aku mau kita putus. Aku nggak mau berantem hal ini lagi sama kamu."

Gue menghela napas lagi, kali ini lebih panjang dan lama. "Kamu udah ngajak aku putus berkali-kali, Ray. Jujur aja, apa kamu udah nggak cinta sama aku kayak dulu? Apa semua yang kita bangun itu sama sekali nggak bisa kamu hargai?"

"Aku cinta kamu. Tapi aku tau, cinta itu juga yang selalu ngebuat aku takut dan kuatir sama kamu. Dan aku sadar, itu bukan cinta. Cinta aku ke kamu lama-lama makin samar, Zedd."

"Lucu, ya. Cinta bisa samar-samar gitu udah kayak TV tua."

"Aku lagi serius, Zedd!" Ray menghentakkan kakinya. Dia berdiri dari posisi duduknya. Matanya yang hitam legam itu menatap tajam mata gue. "Kita putus, oke?!"

Tatapan gue menyipit ke arah Ray. Ingin mencari tahu. "Apa ada cowok lain?"

Dahi Ray mengernyit dalam. "What?! Kalau ada cowok lain, aku bakal sengaja selingkuh di depan kamu, alih-alih minta putus kayak gini Zedd."

"Emang kamu berani sengaja selingkuh di depanku? Kalau berani, try. Aku bikin mati aja paling cowok selingkuhan kamu. Masuk penjara nggak masalah kalau aku puas setelahnya."

Another Twin Story [Zedd]Where stories live. Discover now