Bloody Night

9.3K 549 15
                                    

    Aku duduk di depan perapian dengan pandangan yang mengarah ke buku tebal ketika pelayanku datang dan membawakan sepiring biskuit dan coklat hangat.
   Malam ini memang udaranya cukup dingin, mungkin sebentar lagi akan turun hujan."Arigatou, Ani-san."Aku tersenyum padanya.Ani balas tersenyum sambil membungkuk, kemudian dia pergi meninggalkan ruangan.Ani adalah pelayan setia keluargaku, dia sudah bekerja dengan keluargaku selama 8 tahun.
    Mataku kembali tertuju pada buku yang sedang ku baca, sesekali tanganku meraih biskuit dan memakannya sambil membaca.Papaku baru saja kembali dari negri tetangga dan dia membelikan sebuah buku cerita yang sangat keren, aku benar-benar senang ketika menerimanya dan langsung membaca buku itu selama seharian penuh.
    Keluargaku termasuk ke dalam keluarga bangsawan karena papa merupakan seorang pedagang dan pengusaha yang sukses,dia memiliki banyak rekan bisnis di negri lain, dan karena pekerjaannya itulah kami sekeluarga hidup berlimpah harta dan tidak pernah kekurangan, tapi aku tidak pernah merasa bangga karena sesungguhnya harta yang ku miliki sekarang adalah milik kedua orang tuaku.
    Bagiku yang terpenting adalah kami bisa bersama-sama dan berkumpul, harta bukanlah apa-apa bagiku.
    "Onee-chan!"Tiba-tiba seseorang memelukku dari belakang.
    "Nani, Hibari?"Hibari adalah saudara laki-lakiku, sebenarnya kami bukanlah saudara kandung, papa mengadopsi Hibari dari panti asuhan saat dia berumur 8 tahun dan sekarang dia berumur 11 tahun lebih muda 2 tahun dariku tapi dia lebih tinggi atau aku yang terlalu pendek ya?
    "Ayo kita main, aku mau main sama onee-chan." 
    Aku tersenyum."Boleh, ayo kita main.Kita main petak umpet saja, bagaimana?!"Ucapku semangat.
   "Ide bagus onee-chan, bagaimana kalau kita gunakan semua ruangan yang ada di rumah ini."
   "Siapa takut!"Aku tersenyum menantang.Aku segera meletakan buku di meja.
    "Tapi ga seru ya kalau kita main hanya berdua, gimana kalau Ani-san kita ajak bermain saja."Hibari segera memanggil Ani, beberapa menit kemudian dia kembali kesini.
   "Ada apa kalian memanggil saya?"
    "Ayo kita main petak umpat, Ani-san yang jaga ya!"Setelah mengucapkan itu kami berdua berlari mencari tempat persembunyian.Aku melihat Ani sedikit bingung karena tiba-tiba saja kami menyuruhnya untuk berjaga setelah itu kami dengan cepat pergi meninggalkannya lagi.
   "Baikalah saya mulai mencari!"Teriaknya kencang.
   Aku pergi menuju ruang tamu dan melihat lemari besar.Aku akan bersembunyi disana Ani pasti tidak bisa menemukanku, soalnya lemari itukan letaknya sedikit tersembunyi dan jarang digunakan.Dengan cepat aku masuk ke dalam lemari dan menguncinya dari dalam, untungnya aku masih dapat mengintip keadaan di luar dari celah pintu lemari.
    Aku duduk di dalam dengan tenang menunggu seseorang membukakan pintu lemari ini.Beberapa kali aku melihat Ani melewati lemari ini tanpa menyadari aku bersembunyi di dalamnya.
    "Aku memang jenius."Ucapku pelan sambil tertawa kecil.
    "Ani-san bagaimana, kamu sudah menemukan onee-chan?"Tanya Hibari yang ternyata sudah di temukan.Aku tertawa pelan, ternyata Hibari memang payah dalam bersembunyi, mudah sekali ditemukannya.
    Mereka kembali mencari ke ruangan lain.Benarkan kataku mereka tidak akan berpikir aku ada di dalam lemari ini.
    Aku kembali mengintip ke luar."eh, kenapa ada papa dan mama?"Dengan suara yang sangat pelan.
    Papa dan mama sedang berada di ruang tamu, tidak biasanya dan lagi kenapa mereka kelihatan panik.Aku melihat ke arah lain, ternyata disana ada beberapa orang yang tidak ku kenal, mungkin tamu papa.
    Aku berusaha mendengar pembicaraan mereka."Kalian harus menyerahkan semua persediaan makanan dan juga harta kalian!"Ucap salah seorang diantara tamu-tamu itu.
    "Saya bisa membantu kalian, tapi tidak bisa jika saya harus menyerahkan semua persediaan makanan dan harta milik saya, saya juga memiliki keluarga dan pelayan yang harus di penuhi kebutuhannya."
    "Tidak, kami mau semua atau jika tidak orang-orang yang ada di luar rumah ini akan memaksa masuk dan menjarah semua isi rumah ini!"Orang itu mulai berkata kasar kepada papa.
    "Tapi saya benar-benar tidak bisa!"Kesabarannya sudah mulai menghilang.
   Aku masih mengintip percakapan mereka, suasana menjadi semakin tegang dan entah kenapa muncul perasaan takut dari dalam diriku, sebenarnya apa yang akan terjadi?
   "Baiklah jika anda memaksa kami!"Setelah itu terdengar suara terompet yang sangat nyaring, aku bahkan sampai harus menutup telinga.
    Semua terasa berjalan begitu cepat.Segerombolan orang masuk ke dalam rumah dan mengacak-acak isi ruangan, para penjaga berusaha mengusir mereka tapi sayang para pemberontak itu membawa senjata dan....tombak beracun.
    Papa, mama dan para pelayan di tangkap dan dikumpulkan di ruang tamu, mereka semua diikat.Aku melihat kesekeliling, dimana Hibari?
    "Berhenti kalian tidak boleh melakukan ini semua!"Aku masih tetap mengintip.
    "Kamu tidak bisa mengatur kami, sebaiknya kau diam atau wanita ini akan kami bunuh!"Tiba-tiba saja seorang diantara mereka sudah menyandra mama.
    Aku semakin ketakutan, keringat mulai muncul di keningku.Apa yang harus aku lakukan sekarang aku terlalu takut untuk keluar.
    Kegelapan malam semakin pekat dan ketegangan terus bertambah, aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan pada keluargaku dan semua pelayan.
    Aku menahan nafas ketika melihat sebuah tombak menusuk perut papa hingga tembus ke punggungnya.Mama menjerit kencang dan mengamuk, dia terus memukul orang yang menusuk papa.
    "Dasar kalian orang-orang biadab!aku tidak akan mem.."Dia menundukan wajahnya dan melihat sebuah tombak menusuk perutnya dari belakang.Mama terjatuh dan teegeletak di lantai dengan darah yang terus mengalir dari lukanya.
    Wajah mama terlihat sangat kesakitan dan beberapa detik kemudian dia tidak bernafas lagi.Mataku mulai terasa panas melihat kejadian itu.
    "Kita bunuh saja mereka semua!"Para pelayan menjerit ketakutan, aku menutup mataku, tidak berani melihat apa yang akan terjadi.
    "Hentikan, hentikan..."Ucapku di antara semua suara jeritan.Entah kenapa aku merasa ada yang aneh, rasanya ruangan ini menjadi sepi.Dengan perasaan takut perlahan-lahan aku membuka mataku dan kembali mengintip.
    Aku melihat semua orang tergeletak di lantai, darah mengenang di seluruh ruangan.Papa, mama dan para pelayan, mereka semua sudah mati.Tubuhku mulai berkeringat, dan gemetaran.Rasanya seperti melihat lautan darah, darah...
    Kalimat itu terus berputar di otakku."Tidak!!"Jeritku tanpa sadar.Terdengar suara riuh, aku baru sadar kalau orang-orang itu sedang mengarah kesini.Jika mereka sampai menemukanku mungkin aku juga akan di bunuh."Papa, mama."Aku mulai menangis."Aku takut sekali."
    "Onee-chan!"Hibari berteriak dari luar lemari.Aku berhenti menangis dan segera membuka pintu lemari.Hibari sedang melempari orang-orang itu dengan semua benda yang di ditemukannya."Onee-chan cepat lari!"
    Aku mengangguk dan segera berlari, disusul olehnya."Onee-chan, kita harus segera pergi dari sini!"
   "Pergi kemana, kita tidak punya saudara disini?!"
    "Ke hutan, disana cukup aman."Ucapnya setengah berbisik, takut orang-orang ditugaskan mendengar nanti.Aku mentapnya tidak yakin."Tenang saja onee-chan, kita pasti akan..."
    BRUKK!!Hibari jatuh tersungkur di lantai, aku melihat sebuah anak panah menusuknya."Hibari-kun!"Aku berlari memeluknya.Hibari merintih kesakitan.
    "Hibari, bertahanlah..kita akan pergi sama-sama ke hutan."Aku berusaha untuk tidak menangis saat mulutnya mulai mengeluarkan darah.
    "Onee-chan...pergilah, tinggalkan aku."Aku menggeleng, mana mungkin aku meninggalkannya sendirian."Aku hanya akan menyulitkan kamu, jika memaksakan diri."wajah nya semakin pucat dan nafasnya terdengar semakin berat.
    Aku mulai menangis."Kamu harus kuat, Hibari satu-satunya keluargaku sekarang, jika kamu pergi aku akan sendirian."
    "Tetaplah hidup.."Hibari menarik nafasnya."Aku akan senang jika onee-chan dapat melupakan semua kejadian ini..."Aku menangis sejadi-jadinya.
    "Aku sayang onee-chan..."Hibari menutup matanya dan berhenti bernafas.
    "Tidakk!!"Raungku."Kembalilah, aku mohon jangan pergi!"Aku memeluknya dengan erat, alhasil darah mulai menghiasi gaun hitam milikku.
    "Tangkap gadis itu, jangan sampai dia pergi hidup-hidup!!"Aku melihat ke ujung lorong, orang-orang itu berhasil menemukanku.
    Tetaplah hidup..Aku kembali teringat kalimat Hibari.Sekarang dia sedang berada di pangkuanku, aku menatapnya sedih."Maafkan aku Hibari."Aku mencium keningnya dan membaringkannya di lantai.
    Aku segera berlari meninggalkan tempat itu menuju hutan.Aku sempat menatap rumah itu, sebelum masuk kedalam hutan.Aku tidak akan pernah kembali ketempat itu, tempat yang meninggalkan banyak kesedihan, dan kenangan yang buruk.
    Aku terus menangis mengingat semua kejadian yang aku alami.Maafkan aku, karena tidak bisa berbuat apapun....

Magical MIRROR (Finish)Where stories live. Discover now