1

30.9K 1.4K 27
                                    

Selamat malam!

Kita berjumpa lagi di lapak baru wkwkwk

Kali ini dengan kisah Leander. Berhubung aku belum ada ide buat lanjutin kisah Leandra karena terlalu lama dianggurin, lapaknya Leandra aku hide dulu. hehehe *gampar aja hayati bang*

Well, semoga suka ya sama Leander yang kalem-kalem tapi bikin sakit hati :)

HAPPY READING!

AWAS TYPO!


"Leander!"

Leander terlonjak dari lamunannya. Dia mendelik pada tersangka yang membuatnya kaget. "Bisa tidak, kau memanggilku tanpa berteriak?"

Leandra memutar bola matanya jemu. "Aku sudah memanggilmu dari tadi," ujarnya. "Kau saja yang tuli."

Leander semakin mendelik pada saudara kembarnya itu. Bahkan sampai sekarang, diusianya yang sudah menginjak 17 tahun, dia masih tidak percaya bahwa dia berbagi rahim yang sama dengan Leandra selama sembilan bulan.

Karakter mereka sangat bertolak belakang. Dia lebih pendiam, bicara jika hanya seperlunya, namun bukan berarti dia tidak menikmati keberadaan orang-orang disekitarnya. Dia suka berada di tempat ramai, meskipun hanya sebagai pendengar yang baik.

Kebalikan dari Leander, Leandra adalah tipikal orang yang blak-blakan. Gadis itu dengan terang-terangan mengungkapkan apa yang ada di pikirannya. Bahkan dengan tak tahu malunya mengejar seniornya beberapa bulan yang lalu. Dibanting berkali-kali tidak membuat saudaranya itu menyerah, malah membuatnya tambah semangat. Yeah, pada akhirnya dia berhasil membuat Daren itu jatuh cinta.

"Ayo, kita akan makan malam!"

Leander mengeluarkan kakinya dari air danau yang terasa sangat sejuk, dan bangkit berdiri. Tanpa menurunkan gulungan celananya, dia berjalan menuju penginapan.

New Zealand benar-benar menakjubkan. Tidak heran ibunya-Nicole-merengek pada ayahnya-Justin-untuk membawanya ke sana. Disaat kota-kota lain semakin bagus karena pengaruh zaman, kota kecil di sini masih berusaha mempertahankan alamnya. Gunung-gunung yang menjunjung tinggi, serta pepohonan yang rimbun mengelilingi danau yang berada di depan penginapan mereka.

Hampir dua minggu mereka berada di New Zealand, namun Leander merasa masih sangat sebentar. Bahkan dia sedikit berat untuk meninggalkan negara ini dalam beberapa jam ke depan.

Justin-benar-benar ayah dan suami terhebat!-membawa mereka sekeluarga ke New Zealand dalam rangka merayakan ulang tahun pernikahannya dengan Nicole yang ke-19. Leander tak heran jika selama mereka di sini wajah Nicole sangat berseri-seri. Yeah, selain tempat yang menakjubkan Nicole dan Justin juga punya kenangan tersendiri dengan tempat tersebut.

"Mom, aku ingin mengganti celana dulu," teriak Leander sambil menaiki tangga menuju lantai dua.

"Cepatlah sedikit! Kau tidak tahu kami sudah kelaparan?!" protes Luciana, yang lebih sering mereka panggil Lucy. Gadis itu satu tahun di bawahnya. Sedang menjalani tahun terakhirnya sebagai siswi high School, bersama dengan kembarannya, Alena.

Seperti dirinya dan Leandra, Alena dan Luciana juga memiliki kepribadian yang saling bertolak belakang. Alena yang lahir lebih dulu memiliki sifat penurut yang sangat disukai oleh semua orang, sedangkan Luciana tipikal pemberontak dan sangat suka berbicara sesuka hatinya.

Leander mengganti celana jeans panjangnya dan jeans selutut dan memakai sepatu ketsnya. Dia berjalan ke cermin dan menyisir rambutnya-dengan tangan-sambil lalu. Bukan penampilan yang dia perhatikan. Melainkan giginya yang sejak beberapa hari belakangan terus berdenyut. Well, tidak setiap saat. Hanya pada saat menjelang malam, dan itu membuatnya curiga. Lagipula, giginya tidak berlubang sama sekali.

LEANDERWhere stories live. Discover now