2

16.1K 1.1K 33
                                    


Siang!

Cukup suka sama part sebelumnya? harus ya, harus! he he he

HAPPY READING!

AWAS TYPO!

oOoOoOoOoOo

"Hei Lean! Lama tidak melihatmu."

Leander mendongak dari buku yang dibacanya, menggeleng sebentar pada orang yang berseru tidak tahu tempat itu dan kembali melanjutkan bacaannya. "Kupikir selama aku tidak ada, kau belajar untuk mengontrol volume suaramu."

Gadis berambut ikal itu mencibir karena ucapan datar Leander. Yeah, dia tahu beberapa orang langsung mendelik padanya ketika dia berseru dengan sedikit keras beberapa saat lalu. Well, dia benar-benar kaget karena Leander sudah kembali muncul ke peredaran. Laki-laki itu hanya bilang dua minggu yang lalu bahwa dia akan pergi ke New Zealand. "Kau punya keluarga di New Zealand?"

"Tidak," jawab Leander. Dia menatap buku di hadapannya selama beberapa detik sebelum akhirnya menulis di buku catatannya sendiri.

"Lalu kenapa kau pergi ke sana?" tuntutnya.

"Liburan keluarga," jawab Leander pendek. Bukan karena dia tidak mau meladeni gadis yang saat ini duduk di hadapannya, melainkan karena dia harus berkonsentrasi pada catatannya. Syukur sekali tidak ada tugas selama dia pergi ke luar negeri. "Dan Felicia, sebaiknya tutup mulutmu sebelum kesabaranku habis," ujar Leander lagi saat gadis bernama Felicia itu membuka mulut.

Felicia mendelik, namun tidak membalas perkataan Leander sama sekali. Dia hanya berusaha memperhatikan Leander yang sangat berkonsentrasi pada catatannya.

"Wah, Leander! Kau sudah pulang."

Leander berusaha untuk tidak memutar bola matanya, namun gagal. Kali ini ucapan itu berasal dari laki-laki berambut cokelat kemerahan. Dengan luwes laki-laki itu mengambil tempat di sebelah Felicia. Laki-laki itu bernama Andrew. "Aku heran. Memangnya kenapa kalau aku sudah kembali? Memangnya aku tidak boleh menghilang selama beberapa hari?"

"Kau pergi selama dua minggu," ujar Andrew santai. "Dan kau anak kesayangan Dosen. Siapa pun pasti bertanya kenapa kau pergi tanpa ada kabar sama sekali."

Kedua orang yang saat ini duduk di hadapannya adalah teman-temannya. Well, meskipun dia pendiam, dia lumayan banyak memiliki teman. Baik yang sekelas maupun beda kelas. Tapi, hanya dua orang itu yang benar-benar akrab dengannya semenjak minggu pertama kuliah.

Felicia Lambert. Gadis itu punya hobi bicara dan tidak bisa mengontrol volume suaranya sama sekali. Bahkan gadis itu dengan santainya berseru beberapa saat yang lalu padahal mereka sedang di dalam perpustakaan. Meskipun kadang menyebalkan, Leander nyaman berteman dengannya. Tidak risih karena gadis itu tidak terus memerhatikan wajahnya selama dia berbicara. Biasanya gadis-gadis lain di kelasnya lebih fokus pada wajahnya dibanding dengan apa yang dia katakan, dan itu membuatnya muak.

Andrew O'Hara. Laki-laki itu berasal dari Kanada namun dengan mudah beradaptasi dengan New York yang bisa dikatakan kacau balau. Mendiang kakeknya suka sekali menyebut New York kota terkutuk namun beliau malah menghabiskan seluruh hidupnya di kota ini. Andrew orang yang menyenangkan. Dia suka melontarkan lelucon hingga membuat Felicia terbahak-bahak. Bahkan kadang gadis itu sampai meneteskan air mata akibat tawanya.

Dan Leander selalu bertanya-tanya, kenapa hidupnya dikelilingi oleh orang-orang yang sangat berbeda dengan dirinya? Cukup saja di rumah dia punya ibu yang cerewis, gampang cemas, dan sering kali bersikap berlebihan, Leandra kembarannya yang masih saja bertingkah seperti anak kecil, dan Lucy yang sering kali melontarkan kalimat tajam hingga dia tidak sanggup membalasnya. Dan di kampus dia punya Felicia dan Andrew. Padahal orang-orang seperti merekalah yang ingin dia hindari.

LEANDERWhere stories live. Discover now