6

11.4K 968 38
                                    

Halo!

Selamat siang!

Nah, ternyata sekarang lagi heboh tentang mirror web kan, ya? Walaupun aku nggak tau juga sih situsnya apaan he he he. Cuma aku lihat, penulis-penulis yang lain memberlakukan "private" pada ceritanya biar nggak dipersalahgunakan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Di wattpadkan memang nggak bisa di copy paste, cuma di mirror web bisa. Itu kan bahaya banget! Kita yang capek-capek mikir alur segala macem, ntar mereka yang punya tangan jail tinggal copast doang. diganti nama tokohnya aja. Jadi, yang bisa baca cerita mereka nantinya setelah di private cuma orang-orang mem-follow akun si penulis.

Well, aku juga cemas sih kalau semisal cerita-cerita yang kutulis muncul di mirror web itu. Yeah, walaupun ceritaku masih acak adul begini, kan butuh pengorbanan juga buat ngetiknya. Jadi, aku mau memberlakukan private untuk post cerita selanjutnya.

So, bagi yang mau baca lanjutan cerita ini silahkan FOLLOW aku dulu. habis itu, kalian bisa sign out sebentar. log in lagi. nah, barulah bisa membaca ceritanya. Well, aku nggak maksa kalian buat follow aku juga sih hehe... cuma yah, bagi yang berminat membaca cerita ini saja...


Well, sekian dulu bacotanku..

HAPPY READING!

AWAS TYPO!

oOoOoOoOo

"Lean, ayo sarapan!"

Leander menarik selimutnya hingga kepala saat Nicole menyibak tirai kamarnya. Seolah-olah dia tidak ingin bangun, padahal dia tidak tidur sama sekali semalaman. Lagipula, alasannya menutup seluruh tubuhnya dengan selimut adalah agar Nicole tidak melihat matanya. Beberapa saat yang lalu ketika Nicole berteriak di depan pintu kamarnya, dia bercermin dan mendapati matanya kembali merah. Dan dia terpaksa membolos hari ini.

"Hei, bangun!" Nicole berusaha menarik selimut Leander, namun laki-laki itu menahannya erat-erat. "Aneh sekali melihatmu tidak mau bangun seperti ini."

"Aku mengantuk, Mom," erang Leander.

"Suaramu tidak terdengar seperti orang mengantuk," bantah Nicole. "Aku sudah membuatkan pancake kesukaanmu. Cepat, Lean! Bukankah kau juga ada kuliah pagi ini?"

"Dosenku tidak masuk," sahut Leander. "Aku benar-benar ingin tidur saat ini."

Nicole berhenti menggoyangkan kaki Leander, salah satu usahanya untuk membangunkan putranya itu. "Apa kau sakit? Haruskah aku menelepon dokter?"

"Aku baik-baik saja," jawab Leander. "Aku hanya ingin tidur. Itu saja."

"Kalau begitu, sarapan dulu. Setelah itu kau bisa tidur lagi."

Sebelum Leander membalas kata-kata Nicole, Justin sudah berdiri di ambang pintu dan berbicara dengan datar, "Biarkan saja kalau dia tidak ingin makan."

Nicole menoleh dan mendelik pada Justin. "Diamlah," sungut Nicole. "Leander, cepat bangun! Kau ingin aku menarik kakimu ke meja makan?"

"Dari pada kau menghabiskan energimu untuk menarik kakinya, lebih baik kau tata meja makan. Kami semua sudah kelaparan," ujar Justin lagi. "Kalau dia lapar, dia akan makan. Dia kan sudah besar, berhenti memanjakannya seperti itu."

Nicole kembali mendelik. "Aku hanya berusaha membuatnya bangun pagi lalu sarapan bersama keluarga," balas Nicole. "Kau yang membelanya saat ini. Bisa-bisa dia jadi malas bangun pagi."

Justin menyeringai. "Kau pikir, dari mana dia mendapatkan sifat pemalas itu hah? Bukan aku yang susah dibangunkan saat pagi hari."

"Mom, Dad, tinggalkan aku sendiri. Please," ujar Leander dari balik selimutnya. Bisa-bisa kedua orang tuanya itu akan terus berdebat jika tidak segera dihentikan.

LEANDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang