4

11.8K 918 29
                                    

Selamat pagi!

Semangat pagi!

Nah, berhubung aku belum ngetik lanjutan Our Apartment after story, aku post yang ini dulu ya.. kisahnya Leander.

HAPPY READING!

AWAS TYPO!

oOoOoOoOo


Leander tidak tahu harus merasa bingung atau malah bahagia melihat reaksi Felicia. Well, gadis itu memang sempat menghindarinya dengan alasan sakit sehingga dia mengerjakan tugas itu sendirian. Namun, ketika kembali bertemu di pagi senin, gadis itu menanggapinya dengan santai, seolah-olah ciuman itu tidak jadi persoalan. Mungkin seharusnya dia berbahagia.

"Kau sudah menyelesaikan tugas kita?" tanya Felicia setelah dia duduk di samping gadis itu. Mereka duduk di bangku panjang yang berada di depan kelas, menunggu jam kuliah dimulai.

"Sudah," jawabnya, dan menyerahkan print-out tugas yang sudah dijilid pada gadis itu.

Felicia menerimanya, lalu kembali berkata, "Maaf kau harus mengerjakannya sendirian."

Leander hanya mengangkat bahu.

"Ah, bagaimana dengan file presentasi? Kau membawanya?"

"Astaga," ucap Leander.

Felicia langsung melotot. "Kenapa? Kau tidak membawanya?"

Leander ingin melanjutkan kebohongannya, namun tak kuasa melihat wajah panik gadis itu hingga dia tertawa keras. "Ya ampun, Felice."

Felicia langsung cemberut dan melayangkan pukulan keras pada belakang kepala Leander hingga menghasilkan bunyi yang cukup keras.

Leander mengusap kepalanya sambil meringis. "Hanya kau berani memukul kepalaku seperti tadi, kau tahu?"

Felicia menyeringai. "Bukankah itu bagus?"

Leander menggumam tidak jelas, lalu tanpa sempat diproses oleh otaknya kalimat itu langsung terlontar dari mulutnya, "Kau mau menonton film akhir pekan ini bersamaku?"

Felicia menoleh dengan cepat ke arah Leander, ketika menyadari tatapan laki-laki itu tertuju padanya, dia segera mengalihkan pandangan dengan kikuk.

"Kau sudah punya acara?" tanya Leander ketika Felicia tidak menanggapi ajakannya. Well, anggap saja dia memulai langkah awal dalam hubungannya dengan gadis itu. Meskipun tidak yakin hasil akhirnya akan baik, setidaknya dia harus mengusahakan segala acara supaya gadis itu tertarik padanya, kan?

"Tidak," jawab Felicia cepat. Sedetik kemudian wajahnya memerah.

"Jadi?"

Bahkan Leander belum mendapatkan jawaban ketika Andrew tiba-tiba muncul.

"Kenapa kalian berdua tegang sekali?" Andrew duduk di antara Leander dan Felicia. Dia pun merangkul keduanya dengan erat. "Kalian tidak melupakan tugas, bukan?"

Felicia mendengus. "Tentu saja tidak. Leander," ucapnya, "benar-benar memanjakanku karena aku tidak berbuat apa-apa sama sekali."

Leander menyeringai. "Mungkin kau terlalu berbangga diri, Felice. Aku akan membebankan seluruh pertanyaan yang ada nanti padamu."

Gadis itu terkekeh dan mendorong bahu Leander sambil lalu. Felicia pun beralih pada Andrew. "Bagaimana denganmu? Kulihat kau masih utuh."

Andrew menurunkan tangannya dan bergidik. "Well, aku berusaha keras supaya dia tidak tersinggung," jelasnya. "Kau tahu kan, mulutku ini suka bicara seenaknya? Saat aku melontarkan gurauan, dia hanya menatapku dengan dingin dan darahku langsung membeku."

LEANDERDär berättelser lever. Upptäck nu