10

10.7K 939 90
                                    

Halo! Selamat malam semua!

Nih, aku bawa part 10 nya LEANDER setelah sekian lama.. wkwk Our Apartment belum jelas idenya ada di mana hahaha

Aku excited banget nih sama part ini, entah kenapa.. mungkin bagi kalian biasa aja. tapi bagi aku, ini tulisan pertama setelah sekian lama nggak nulis sama sekali. selesainya cuma dalam hitungan jam. yeah walaupun sedikit pendek.. seperti biasa hehe

Oke, cukup bacotku yah...

HAPPY READING!

AWAS TYPO!

oOoOoOoOo


"Leane, bangun!"

Leandra mengerjapkan matanya berkali-kali. Sedetik kemudian, dia langsung tersentak dan merubah posisinya dari berbaring menjadi duduk. "Leander?" tanyanya panik.

Nicole mengusap lengan putrinya itu, menenangkan. "Dia baik-baik saja."

Mata Leandra kembali membulat. "Maksudmu, dia sudah sadar?"

Nicole tersenyum lemah. "Belum," jawabnya. "Setidaknya jantungnya masih berdetak." Nicole menghela napas panjang. "Bergegaslah. Kau ada kuliah pagi ini."

"Ini sudah seminggu," gumam Leandra lesu.

Nicole yang sudah berada di ambang pintu tetap mendengar ucapan putrinya tersebut. "Yeah. Aku juga berharap dia cepat sadar."

Terdengar suara berisik dari arah bawah, membuat Nicole menoleh dengan kening berkerut. "Kurasa Christian sudah tiba di sini." Nicole kembali menatap Leandra. "Kalau kau tidak ingin kuliah, setidaknya cuci wajahmu."

Leandra bangkit dari duduknya lalu bergegas menuju kamar mandi. Dia mencuci wajahnya lalu menggosok gigi. Bahkan dengan wajah yang masih separuh basah, dia sudah menuju kamar Leander yang berada di sebelah kamarnya sendiri.

Di sana, ada Justin dan Nicole yang berdiri berdampingan di sisi ranjang Leander. Justin merangkul bahu ibunya dengan lembut, dan Nicole terlihat menyandarkan kepalanya di bahu Justin. Di depan ranjang Leander, ada Alena dan Lucy. Tampaknya, kedua adiknya itu juga berhasil membujuk Nicole untuk tidak pergi ke sekolah. Dan di sisi ranjang Leander yang lain, Christian duduk di pinggirnya, seperti tengah memeriksa keadaan kembarannya itu.

Setelah beberapa saat memegang pergelangan tangan Leander, Christian melepaskannya sambil mendesah.

"Katakan saja tanpa bertele-tele," ujar Justin. Dia mengeratkan rangkulannya pada bahu Nicole. "Mengatakannya secara perlahan tidak akan membantu kami."

"Aku sudah mengecek, kembali mengecek kejadian ini," ralatnya. "Sejak perubahan ini terjadi, Leander tidak pernah tersadar, benar?"

Nicole mengangguk. Dia menggigiti kukunya dengan cemas. "Itu pertanda buruk. Aku seharusnya tahu." Dia langsung terisak.

Ketika Christian akan buka mulut, Skandar masuk ke kamar. "Kudengar Christian kembali." Tak lama kemudian menyusul di belakangnya Cody dan Wero. Mereka langsung menghampiri keponakan mereka. Alena bahkan langsung menangis di pelukan Wero.

"Mereka yang gagal, tidak pernah tersadar semenjak hari perubahan mereka. Awalnya kami—bangsa vampire—berpikir itu baik. Namun semakin lama, detak jantungnya melemah. Dan pada hari ketujuh sejak perubahan terjadi, detak jantungnya berhenti, " jelas Christian. "Akan lebih baik jika Leander kejang-kejang seperti saat perubahannya waktu pertama kali. Itu artinya, tubuhnya masih memberikan respon terhadap sisi vampirnya." Dia menghela napas. "Memang benar, jika Leander sudah menerima sisi vampire-nya dia akan terlihat tenang. Setidaknya, dalam beberapa kali dia akan kejang-kejang. Tapi sekarang, dia tidak menunjukkan respon apa pun. Terlihat begitu tenang. Ini tidak seperti orang yang menerima keadaannya, tapi seperti orang yang menyerah."

LEANDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang