chapter 3

32.3K 2.8K 165
                                    

Raka terbangun dengan badan serasa mau patah. Dia duduk dan menatap lantai kamarnya kosong dan berpikir; apa yang ia lakukan kemarin malam. Seingat hanya beberapa hal normal yang dilakulannya bersama Daffa lalu tidur. Raka tidak mungkin mabuk 'kan?

Kalau diingat-ingat, hanya membeli cemilan untuk dibawa pulang lalu pergi ke Pizza Hut dan Starbucks dan semua itu menghabiskan 500rb dari uangnya. Itu satu perempat dari uang yang ditransfer orangtua Raka setiap bulan dan Daffa menghabiskannya begitu saja. Uang yang ditransfer orangtua mereka nominalnya sama, kenapa Daffa lebih duluan habis?

Kalau Raka sudah pasti hemat karena Dino yang selalu menraktir klub Basket setiap 3 hari acak dengan alasan ingin menghabiskan sisa uang jajannya. Tiga hari lainnya biasanya Raka minta traktir oleh Arzel, adik kelas yang juga sahabatnya dan Daffa dulu saat sekolah dasar, atau minta traktir dengan Sayed dan Azka yang termasuk dalam list sahabatnya setelah Daffa dan Arzel. Mereka bertiga yang biasanya membayar sarapan dan makan siang Raka, secara bergantian pasti.

Ya, Raka memang teman yang kejam.

Dan kalau mereka (teman-teman Raka selain Daffa) tidak ada uang atau lagi malasnya membelikan makanan untuk Raka, terkadang Suryati dengan mulianya memberi Raka bekal yang ia bawa dari rumah. Hidup Raka memang menyedihkan, untuk makan saja bergantung pada orang lain.

Tentu saja dengan begitu setiap bulannya tabungan Raka selalu bersisa. Terkadang sisanya sampai 1.5jt karena Raka yang memang terlalu hemat dan menjadi teman yang kejam karena telah membuat temannya bangkrut. Jadi sebenarnya Raka tak perlu takut kehabisan uang kalau Daffa meminta beli ini-itu, karena sisa uangnya di tabungan masih sangat banyak.

Masalah uang apartement, Raka sudah tidak perlu membayarnya. Kedua orangtua mereka mengumpulkan uang bersama untuk membeli apartement itu untuk mereka, jadi mereka tidak perlu susah payah membayar untuk tempat tinggal.

Yahh, orangtua mereka memang dekat. Sangat dekat malah. Mungkin hubungan orangtua Raka dan orangtua Daffa sama seperti hubungan Raka dan Daffa, sahabat dekat sejak kecil. Raka baru mengetahui itu ketika menemukan album foto Papanya dan melihat ada Ayah Daffa disana.

Tunggu, kenapa jadi membahas masalah itu? Bukannya tadi membahas Raka yang terbangun dan bingung apa penyebab badannya serasa patah? Tidak bisa dibiarkan seperti ini. Raka akan bertanding melawan sekolah lain dua hari lagi, jadi seharusnya Raka menjaga tubuhnya agar tetap sehat.

Apa ini semua karena Daffa? Ah tidak. Sebenci apapun Daffa pada Raka dia pasti tidak pernah berniat untuk membunuh teman gilanya yang satu itu.

Raka menghela nafas, lalu beranjak dari tempat tidur tanpa melihat pukul berapa saat itu. Dia masuk ke dalam toilet, menyalakan air hangat, lalu melakukan sedikit pemanasan dengan cara naik-turun tangga yang berada tepat di samping kamar mandi.

Saat Raka kembali, ia membuka baju dan mulai masuk ke toilet. Raka langsung masuk ke tempat shower dan, "GUWAH!! INI KOK DINGIN SIH?! EMANGNYA AIR ANGETNYA BELUM IDUP?!" pekik Raka histeris seraya menutup dadanya.

"RAKA NGAPAIN SIH TENGAH MALEM TERIAK-TERIAK KAYAK ANAK PERAWAN MAU DISEDEPIN*?!" teriak Daffa dari dalam kamarnya. Wajar saja teriakan Raka tadi terdengar oleh Daffa, jarak toilet Raka dan kamar tidurnya hanya dua langkah, begitu juga dengan jarak kamar Raka dan kamar Daffa.

Raka dengan bodohnya mencibir dan menjawab, "Ya mandilah! Lo pikir gue mau ngapain di toilet? Makan?!" tukasnya sarkas sambil melipat kedua tangannya di dada. Padahal seharusnya Raka tau dia tidak perlu susah payah melakukan hal bodoh itu mengingat Daffa tidak akan melihatnya.

"Mandi? Tengah malem begini? Situ waras 'kan, Ka?" kemudian terlihat lampu kamar Daffa menyala dan terdengar langkah kaki pelan. Tampaklah Daffa dengan muka bantal dan rambut berantakannya sedang mengerutkan dahi penuh kebencian. Ia berjalan mendekat ke arah Raka lalu memegang dahi Raka dan menyamakan suhu dengan dahinya. "Gak sakit."

[ i ] Raka and DaffaWhere stories live. Discover now