chapter 8

17.9K 2K 70
                                    

Lagu 'San Francisco' milik 5 Seconds of Summer memenuhi ruang tidur (kamar) yang sangat berantakan sementara sang pemilik kamar mondar-mandir mencari barang lain yang akan dimasukan ke dalam koper berwarna coklat muda yang sudah terisi setengah. Kalau dilihat dengan bentuk kekacauannya, ini termasuk kategori kamar Raka karena baju dan kabel berhamburan di lantai. Yah, padahal ini adalah kamar Daffa dan ia sedang sibuk membereskan barang yang akan dibawa pergi.

Dimulai dari 3 jam yang akan datang, Daffa akan menghadapi hal baru, yaitu mengurus manusia-manusia berbau badan dan seumuran dengannya. Yang Daffa takutkan sekarang adalah; siapa yang akan menjadi teman sekamarnya di sana? Daffa itu orang yang sangat canggung ketika bertemu orang baru, apa nanti teman sekamarnya akan betah tidur di kamar yang sama dengan Daffa selama 3 hari?

Setelah merasa semua barangnya pas, Daffa menatap koper berukuran besar itu puas lalu menutup koper trrsebut. Ia tersenyum sekaligus memantapkan hatinya untuk perjalanan panjangnya. Dan Daffa juga yakin bahwa seluruh anak basket mengenalnya, mengingat dia teman kapten basket (Raka) dan menjabat sebagai ketua osis sekolah.

Lagu yang diputar pun berganti menjadi 'Victorious' milik band favorit Raka sejak dulu, Panic! At The Disco. Daffa menghidupkan mode pengacakan dan terputarnya lagu itu tentu saja membuatnya jantungan. Salahkan Raka yang menyimpan lagu Punk di ponsel orang yang tidak menyukai Punk.

Saat Daffa hendak mengganti lagu itu, terdengar langkah kaki besar dari atas menuju ke tangga. Yang bisa Daffa pastikan bahwa itu Raka karena hanya mereka berdua yang ada di apartment untuk mengemas barang dan berangkat besok subuh.

"DAAAAAㅡ" hentakan kaki itu terdengar semakin jelas dan makin dekat. "FAAAAAA!!!!!"

Astaga, Daffa melupakan sesuatu. Raka tidak pernah mengizinkan orang lain untuk mendengar lagu tadi tanpa menggunakan earphone atau headset karena mendengar lagu itu akan membuat Raka seperti orang gila. Raka benar-benar mencintai lagu itu.

Tapi apa peraturan itu berlaku untuk Daffa? Mereka 'kan bukan orang lain lagi. Pikiran Daffa terlalu penuh sampai tidak sadar bahwa seseorang sudah memasuki kamarnya yang sangat berantakan ini.

"DAFFA!" sentak Raka dengan suara keras, membuat orang yang disentak langsung berdiri tegap layaknya seorang tentara yang sedang baris. Dan kini Daffa bisa merasakan aura aneh yang berada di sekeliling teman gilanya itu. "Sejak kapan lo suka lagu itu?"

Pemuda yang masih mengenakan seragam sekolah lengkap dengan rompi hitam yang biasa ia kenakan itu menelan ludahnya. "T-tadi gak sengaja keputer, Ka, suer! Lo tau 'kan kalo gue lebih suka yang Alternative Rock atau setidaknya hanya Pop Punk dibanding Punk?"

"Eeeh," Raka mendesah kecewa. Matanya bergerak-gerak ke kanan-kiri yang berarti ia merasa canggung dengan keadaan sekarang. Dan karena pergerakan cepat matanya, Raka melihat banyaknya isi koper yang akan Daffa bawa. Lantas Raka menunduk dan mencoba untuk mengangkat koper tersebut. "Lo bawa baju apa bom? Berat amat."

"Gue sekalian bawa sepatu ganti." jawab Daffa dan menggaruk tengkuknya. Daffa sama sekali tidak tau penyebab dirinya merasa canggung sekarang, dan ia juga bisa merasakan kecanggungan tadi sebelum Raka menanyakan tentang koper.

"Oh."

Dan setelahnya, tidak ada yang membuka percakapan. Aura kecanggungan sangat terasa diantara mereka berdua. Sebenarnya, apa yang terjadi dengan kedua karib ini?

***

"Apa kapten basket kita ini udah jadi humu ya, Ka?" ucap Sayed pada Azka yang terdengar seperti pertanyaan. Orang yang ditanya mengelus dagunya dan menyipitkan matanya, berpura-pura berpikir. Sedangkan Sayed menatap lama Azka yang memasang ekspresi aneh itu seolah menuntut jawaban.

[ i ] Raka and DaffaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang