chapter 9

17.1K 2K 179
                                    

Sekitar 30 menit lalu, klub basket sekolah sudah sampai di kota tujuan dan turun dari pesawat dengan tampang sengak mereka. Pelatih yang biasanya memiliki karisma tinggi, tapi tadi malah sok ganteng dengan sweater abu-abu yang dia kenakan (yang bahkan membuatnya terlihat seperti kakek-kakek). Begitu juga dengan asisten pelatih yang sebenarnya memang sudah slengean. Tapi tadi aura sok kegantengannya meningkat sampai 1000 persen.

Tak terkecuali Raka dan gengnya, namun Daffa tidak dianggap dalam anggota geng kali ini (hanya untuk kali ini saja, karena Daffa tidak ingin dicap sebagai manusia norak). Mereka bertiga-- Raka, Sayed, dan Azka, dengan gaya jalan ala model berjalan menuju tangga turun pesawat, membuka kacamata mereka lalu sedikit menyipitkan mata mereka seolah mereka adalah Zayn Malik.

Kenyataannya, mereka hanya bisa menghayal. Dan sebelum khayalan mereka sampai ke langit ke-7, Daffa segera menyadarkan ketiga teman idiotnya itu dengan cara memukul wajah mereka satu-satu. Itulah yang membuat wajah Raka, Sayed dan Azka merah dan rautnya kusut. Bahkan mereka menjauhi Daffa selama coach membeli snack untuk diperjalanan.

Daffa dengan sangat terhormat dan senang hati akan menyampaikan bahwa dia tidak menyesal dengan perbuatannya. Paling-paling ketiga makhluk aneh itu akan baikan dengan sendiri dalam hitungan menit-- paling lama satu jam. Dan kalau pun tidak, Daffa sama sekali tidak mempersalahkannya. Dia malah senang karena tidak akan ada yang mengganggu tugas dan kegiatannya selama di kamar nanti.

Setelah membeli banyak snack, coach memanggil nama siswa yang akan berada di kamar yang sama sebelum memasuki bus. Coach bilang akan susah membagikan saat sudah berada di hotel atau di bus, akan banyak orang yang tidak mendengar. Dan Daffa seratus persen setuju dengan tindakan pelatih basket sekolahnya sekarang.

Dibarisan, Daffa hanya diam dan memasang wajah sedatar mungkin. Hal itu dia lakukan agar tidak seorang pun tahu bahwa ia benar-benar menginginkan berada di kamar yang sama dengan Raka dan rencananya, Daffa akan memprotes coach kalau Raka tidak berada di kamar yang sama dengannya nanti. Tentu saja dengan alasan yang masuk akal. Semua detail dari perjalanan ini sudah Daffa pikirkan matang-matang jauh sebelum dia terpilih menjadi perngurus anggota.

"Sayed Rafid sekamar dengan Atazka Yuda." ketika pelatih memberitahu itu, terdengar suara sorakan yang sangat heboh meskipun hanya dilakukan oleh dua orang. Yang bikin Daffa heran adalah... kenapa mereka berdua bisa selalu bersama seperti itu? Daffa juga curiga kalau ada apa-apa diantara Sayed dan Azka karena mereka tidak terlihat seperti sahabat normal akhir-akhir ini.

Maksudnya, mereka berdua memang tidak normal. Siapa yang berani telanjang dada dan berlari keliling sekolah dengan teriakan dukung basket SMA 6 sebanyak 10 kali sampai dipanggil BK, selain Sayed dan Azka? Raka memang gila, tapi tingkat kegilaannya masih satu level dibawah dua makhluk aneh itu. Atau mungkin Raka menjaga image nya sebagai kapten ekskul tenar di sekolah? Entahlah, hanya Raka seorang yang tau.

Tapi bukan tidak normal itu yang Daffa maksud. Sayed dan Azka selalu bersama, tentu saja. Mereka yang membuat perkumpulan pecinta anime dengan nama otaku no sekai, menghabiskan waktu bersama dengan basket dan anime, pergi ke mall bersama, dan sering menginap. Itu memang wajar karena mereka sahabat dekat, tapi Daffa merasa kedekatan mereka akhir-akhir ini memiliki aura yang beda.

Pikiran negatif Daffa juga diperkuat dengan Sayed yang mengaku menyukai cowok imut tapi tidak menyukai perempuan. Dan kenyataannya, Azka termasuk dalam daftar cowok sangat imut-- siapa pun akan mengakui yang satu itu. Jadi Sated yang menyukai Azka itu bukan ketidakmungkinan, kan?

Akhirnya Daffa menghela napas. Rasanya tidak pantas mengurusi jalan hidup orang lain sementara dirinya sendiri masih sangat bingung dengan kehidupannya. Lantas Daffa kembali memperhatikan pelatih yang masih membagikan teman sekamar.

[ i ] Raka and DaffaWhere stories live. Discover now