chapter 14

16.2K 1.8K 230
                                    

Sembari menyalakan rokoknya, Raka bersenandung lagu Ariana Grande yang berjudul Moonlight dan menggerakkan kakinya seirama. Dia sangat sadar kalau lagu itu bisa dibilang bukan dirinya, mengingat selama ini Raka lebih suka lagu enerjik atau punk atau soundtrack anime yang membuat semangat.

Dan kali ini dia malah bersenandung lagu celebrity crush nya Azka dan lagu itu sering digunakan Azka saat dia sedang galau karena sering dipanggil om-om tajir di jalan atau dilirik abang-abang ganjen. Terkadang Raka merasa kasihan dengan teman seperjuangannya itu, tapi apa boleh buat, wajah Azka memang sangat imoet bahkan kalau Raka humu dia munhkin akan tergila-gila dengan Azka.

Ngomong-ngomong, balik lagi ke topik. Raka bersenandung lagu yang adem ayem bukan lagu ngejreng membuat Daffa mengerutkan dahinya. Ini pertama kalinya Daffa mendengar suara Raka menyanyi lagu waras dan dia sadar akan satu hal.

Teman karibnya itu memang tidak bisa menyanyi baik itu lagu ngejreng maupun lagu galau. Suaranya ancur parah, bikin telinga Daffa mau pecah. Hhh, Daffa sudah drama queen seperti Raka belum?

"Bisa gak sih suaranya dipoles dikit?" cetus Daffa secara tiba-tiba. Otaknya memang bilang untuk tidak mengatakan itu, tapi hatinya berkata iya dan Daffa tipikal orang yang lebih mendengarkan hatinya dibanding otak. Jadi itu bisa dihitung keceplosan, sih.

Repons Raka adalah menoleh ke Daffa secara dramatis, menyipitkan mata, dan menghembuskan asap rokoknya tepat di depan Daffa membuat anak itu batuk-batuk sesekali berkata kasar.

"Terima gue apa adanya bisa gak sih, Daf? Ngeluh mulu lo jadi manusia." ujar Raka seraya menghisap rokoknya lagi, mengabaikan tatapan kesal yang sudah Daffa berikan padanya sejak tadi.

"Apa, terima lo apa adanya? Emang selama ini gue kurang nerima lo apa? Gue aja rela keliling kota 2 jam demi nyariin lo, Ka!" Daffa yang sudah mencapai batasnya berteriak di wajah Raka. Bukan di wajahnya, sih. Lebih tepatnya di depan wajahnya.

Sebenarnya Daffa sendiri tidak tau apa yang terjadi pada dirinya. Maksudnya, kenapa disaat ini dia sangat marah, tapi juga bisa... deg-degan? Daffa bisa saja marah karena Raka yang keluar tanpa kabar dan tidak diketahui keberadaannya, tapi deg-degan? Apa karena bersama Raka?

Daffa tau dia suka Raka... tapi bukankah ini terlalu berlebihan sangat humu?

Ah, bahkan Daffa rela menjadi abnormal demi manusia yang lebih abnormal dari dirinya. Kurang apa lagi sih, Daffa ini?

Mungkin karna terlalu lama berhalusinasi, Daffa merasa sesuatu yang berat di bahu kirinya. Apa ini tandanya dia sudah banyak catatan buruknya? Apa itu karena Daffa yang suka sama Raka? Apa homoan memang sangat berdampak buruk pada kehidupan manusia?!

Tapi semua pikiran itu hilang sekejap saat ia melihat ke kiri dan mendapati Raka yang tengah bersandar di pundaknya. Meskipun tau kegiatan ini tidak baik untuk jantungnya yang berdetak sangat cepat, Daffa tetap tidak ingin mengacaukan momen ini.

Karena ia tau, momen seperti ini tidak akan berlangsung selamanya tidak peduli jika ia menginginkannya. Karena ia tau, momen ini akan menjadi yang terakhir, mengingat dirinya yang akan mengambil kuliah di luar negri dengan jurusan Pariwisata. Karena ia tau semua itu, makanya ia tidak mengubah posisi duduk sama sekali.

Raka itu anak yang sangat asik dan baik, tapi sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan. Daffa yang sudah mengetahui sifat asli Raka pun tidak bisa tinggal diam jika seseorang yang terlihat tidak dalam pergaulan bagus mengajak Raka untuk bertemanan. Tentu saja Daffa akan menolaknya mentah-mentah.

Habis menolak, Daffa dipukuli dan Raka datang sebagai pangeran kesiangan, katanya. Dengan baju kasual anak umur 8 tahun dan teriakan super Raka menghampiri Daffa. Awalnya gerombolan anak yang terlihat empat tahun lebih tua dari mereka berdua waktu itu tidak pergi, tapi setelah Raka mengambil batu bata di sekitar dan melemparnya satu satu, makhluk-makhluk itu langsung pergi.

[ i ] Raka and DaffaWhere stories live. Discover now