chapter 7

18.9K 2.2K 133
                                    

Raka kembali menggelengkan kepalanya dan mengusir jauh-jauh hal yang membuatnya terlihat aneh hari ini.

Dimulai dari kemarin, ia merasa aneh saat Sayed bilang Daffa dan Suryati pergi ke suatu tempat tanpa menginformasi dengannya dulu. Raka berusaha keras untuk berpikir kalau itu karena dia kesal dengan sahabat yang ia kira setia, hendak menikung gebetannya.

Tapi, apa maksud dari rasa kesal itu? Kesal kalau kedua makhluk itu jadian dan harus menghadapi kenyataan akan kehilangan si cewek, atau kesal karena harus kehilangan sahabatnya? Ia sudah tidak peduli.

Tanpa Raka sadari, ia kembali menghela nafasnya dan membenturkan kepala ke meja kantornya dengan kuat.

Seharusnya dia tidak bertingkah seperti remaja galau yang habis dibuang gebetannya, Raka tau itu. Tapi kejadian hari ini malah membuatnya tambah frustasi. Berulang kali Raka berusaha menenangkan dirinya dengan berpikir positif, dan hasilnya dia malah tambah stress.

Sayed dan Daffa itu sahabat, seperti dia dan Daffa.

Tapi bagaimana kalau memang ada hubungan khusus diantara mereka?

Tidak, tentu saja tidak. Daffa tidak pernah cerita dengannya kalau pemuda itu menyukai sesama jenis.

Tapi Sayed 'kan penyuka sesama jenis, jadi bisa saja memang ada hubungan khusus diantara mereka, bukan?

Mengetahui ada hal aneh yang terjadi lagi dengan dirinya, Raka memejamkan matanya lalu kembali menghela nafas. "Gue normal, gue normal, gue normal."

***

Dengan setengah hati Daffa mendengarkan pendapat (atau yang terdengar seperti ocehan tidak penting di telinganya) dari orang yang selalu membuatnya kesal setiap rapat, siapa lagi kalau bukan Ardian, adik kelas yang sangat kurang ajar. Ardian berpendapat kalau hanya dia atau Fuji yang pantas untuk menjadi petugas anggota perwakilan osis karena hanya mereka yang termasuk dalam anggota ekskul olahraga sekolah.

Tentu saja Daffa sama sekali tidak setuju dengan pendapat adik kelasnya yang menyebalkan satu itu. Mengikuti ekskul olahraga sekolah tidak menentukan besar atau tidaknya tanggung jawab yang mereka punya. Maka dari itu Daffa menggeleng dan membuat simbol silang di udara menandakan tidak setuju dengan pendapat Ardian.

"Petugas anggota itu tugasnya bukan membantu anggota pemanasan aja lho, Dek. Tapi juga mendata anggota yang ada, memastikan mereka tidur cukup dan makan teratur, memastikan mereka tidak terlalu lelah berlatih, juga membantu anggota yang kena cidera ringan." ujar Daffa panjang lebar. "Sekarang saya tanya, apa kamu punya tanggung jawab sebesar itu? Kalau Fuji sih, saya percaya. Kalau kamu, big no. Lagipula, ekskul voli akan mengikuti latih tanding dengan sekolah lain tiga hari lagi, 'kan?"

Ardian menggeram. Ia menatap Daffa tidak suka lalu membalas perkataan ketua osis sekolah mereka. "Apa kak Daffa sendiri punya tanggung jawab sebesar itu? Kelihatannya kak Daffa sangat ingin menjadi petugas anggota. Kalau begitu, kenapa kak Daffa tidak mengajukan diri dan langsung ikut pergi besok tanpa mengadakan rapat? Kita semua sibuk lho, Kak."

Terdengar kebisingan dari ruang rapat yang biasa disebut ruangan osis. Semua anggota berbicara satu sama lain, setuju dengan perkataan Ardian barusan. Dan tentu saja itu membuat Ardian menyeringai jahat dan makin besar kepala.

"Baiklah," ucap Daffa dengan suara yang cukup keras, membuat seluruh pandangan tertuju padanya. Pemuda yang menjabat sebagai ketua osis selama dua tahun itu menekuk wajahnya tidak suka lalu menghela nafas. "Saya yang akan menjadi petugas anggota. Mulai dari sini, apa ada yang keberatan?"

Melihat tidak ada bantahan, Daffa tersenyum lega dan berdiri. "Kalau begitu, saya tutup." kemudian meninggalkan ruang osis dan memasuki kelas dengan langkah cepat.

[ i ] Raka and DaffaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang