-4. Karena Kekhawatiran Akan Pembalasan Dendam

22.2K 3.3K 766
                                    

Kedua orangtuaku sangat bersemangat ketika aku mengatakan bahwa yang datang adalah salah satu keluarga penyihir. Mereka langsung meninggalkan roti berlapis madu buatan Mom di meja makan dan bergegas menyambut tamu-tamu mereka.

"Silakan duduk." Dad tersenyum ramah sambil melambaikan tangannya ke sofa panjang di ruang duduk.

Lucius, Narcissa, dan Draco Malfoy duduk dengan kaku di sofa ruang keluargaku. Kalau perlu kuulangi, akan kuulangi.

Lucius, Narcissa, dan Draco Malfoy (iya, Malfoy), duduk dengan kaku di sofa ruang keluargaku.

Bisakah kau memercayai itu? Keluarga Malfoy di ruang keluargaku? Ruang keluarga Muggle?

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku pelan sambil memerhatikan keluarga itu.

Lucius dan Narcissa tampak sangat lelah. Ada kantung mata yang sangat gelap di bawah mata Narcissa. Dan rambut Narcissa agak berantakan. Sementara itu, terdapat kerutan-kerutan di wajah Lucius—kerutan-kerutan yang tidak tampak sebelumnya.

Sementara itu, Draco tampak risi. Beberapa kali Draco menyapukan pandangannya ke sekeliling sambil mengernyit jijik. Tidak heran.

"Apakah kalian ingin meminum sesuatu?" tanya Mom. "Aku baru saja membeli teh rasa madu. Aku juga baru memasak roti berlapis madu, kalau kalian mau. Ah, ya, aku memang sedang memiliki banyak madu di rumah, karena—"

"Kami ingin menitipkan Draco kepada kalian," sela Lucius. Suaranya berat dan tegang. Dia tampak benar-benar tertekan.

Aku melongo. Apa aku tidak salah dengar? Kurasa aku baru membersihkan telingaku kemarin malam. Tidak mungkin, kan, kotoran menumpuk lagi secepat itu?

"Apa? Kalian ingin menitipkan Draco?" tanyaku, tidak bisa menahan diri. Bagaimana bisa mereka mengatakan itu? Setelah mereka menyiksaku di rumah mereka waktu itu? Tidak akan.

Lucius dan Narcissa menoleh ke arahku. Narcissa tersenyum lemah. "Kami sungguh-sungguh menyesal atas apa yang kami lakukan waktu itu. Kami benar-benar di bawah tuntutan Voldemort dan—"

"Vol apa? Vol sepatu?" sela Mom dengan bingung.

Sebelum aku bisa menjawab, Dad menyentuh lengan Mom kemudian berkata, "Ini urusan para penyihir. Biarkan Hermione yang berbicara."

Mom mengangguk. "Baiklah."

"Apa ada bukti kalau kalian benar-benar menyesal?" tanyaku.

"Apakah Draco tidak cukup?" tanya Lucius dingin. "Dia anak kami satu-satunya. Dan kami menitipkan anak kami di rumahmu."

"Kenapa harus rumahku?" tanyaku. "Ini benar-benar tidak masuk akal. Kedua orangtuaku hanya Muggle."

"Karena itulah, kalian menjadi pilihan yang tepat," kata Narcissa. "Aku dan Lucius sedang dalam masa sidang pengampunan di Kementerin Sihir. Selama keputusan Kementerian Sihir belum keluar, aku dan Lucius ditahan di Kementerian. Kami tidak bisa membawa Draco, tentu saja. Dan dia tidak bisa kami titipkan ke sembarang orang. Selama Kementerian Sihir belum menyatakan bahwa mereka mengampuni kami, banyak sekali penyihir yang ingin melukai Draco—untuk membalas dendam," jelas Narcissa.

Lucius melanjutkan, "Karena itulah, rumah seorang Muggle adalah pilihan yang tepat untuk menyembunyikan Draco sementara—sampai keputusan dari Kementerian Sihir keluar. Para penyihir tidak akan pernah mengira seorang Malfoy akan tinggal di rumah Muggle dan Mudblood."

Aku terdiam. Apakah aku harus membiarkan kedua orangtuaku menerima Draco?

Aku menatap Draco, tepat pada saat Draco mengangkat tatapannya dan menatapku. Dia menatapku dengan tatapan merendahkannya yang biasa. Tapi ada sesuatu di sana. Sesuatu yang mungkin sudah ada sejak dulu, hanya saja aku tidak menyadarinya.

Perasaan tertekan.

Itu yang kulihat di mata Draco. Juga di mata Lucius dan Narcissa. Keluarga Malfoy benar-benar tertekan. Kalau kuingat-ingat lagi, keadaan memang jarang berpihak pada mereka—bahkan ketika mereka masih berpihak pada Voldemort.

Aku menghela napas. "Berapa lama?" tanyaku.

Lucius mengangkat bahunya. "Secepat mungkin."

Aku melirik kedua orangtuaku. Mereka masih menatap keluarga Malfoy dengan penasaran.

"Mom, Dad, apakah Draco Malfoy—" Aku menunjuk Draco "—boleh menginap di sini sementara?"

"Tentu saja boleh," jawab Dad. "Kenapa tidak? Bukankah kau teman Hermione dari Hogwarts?"

Draco hanya menaikkan ujung bibir kanannya.

"Terima kasih kalau begitu." Lucius bangkit dari duduknya, diikuti Narcissa.

Lucius menepuk bahu Draco sekilas. Narcissa memeluk dan mencium Draco selama beberapa saat. Kemudian mereka berdua melangkah pintu rumahku. Draco mengikuti mereka. Aku dan kedua orangtuaku juga begitu.

Mereka berdua berjalan menuju pekarangan rumah. Lucius mengeluarkan sepasang sapu terbang dari semak-semak. Kemudian, dia menyerahkan salah satu sapu itu kepada Narcissa.

Tanpa menoleh lagi, mereka menaiki sapu mereka masing-masing, kemudian terbang menjauh.[]


a.n

hua update-nya tidak menentu sekali ya.. Tapi enggak apa-apa lah. Soalnya pas weekdays kayaknya bakal jarang update wkwk.






Apparate [Dramione]Where stories live. Discover now