6. Semangkuk dan Seember Sereal

17.6K 3K 555
                                    

Harry langsung pergi ke Aula Besar untuk makan malam. Seharusnya aku juga mengikuti Harry—mengikuti tuntutan perutku yang sudah berbunyi nyaring. Tapi aku benar-benar tidak berniat melakukannya.

Aku memang mengikuti Harry keluar dari asrama Gryffindor. Tapi hanya sampai situ. Harry berbelok menuju koridor yang mengarah ke Aula Besar, sedangkan aku hanya berjalan-jalan tidak tentu arah.

Pertama, aku sebal sekali dengan Ron. Aku tahu dia tidak pintar. Tapi kurasa, dia tidak sebodoh itu untuk membuat keputusannya sendiri! Siapa bilang aku tidak menyukainya. Ini menyebalkan. Ron bertambah bodoh karena Malfoy sialan itu.

Omong-omong soal Malfoy, aku tidak bisa berbohong kepada Harry. Aku menceritakan padanya soal apa yang terjadi musim panas kemarin. Kupikir lebih baik menceritakan kejadian yang sebenarnya daripada membiarkan cowok itu menebak-nebak sendiri dengan kacau.

Harry tidak mengatakan apa-apa yang menjatuhkanku. Bukan berarti dia mendukungku juga. Dia berkata, dia akan memberitahukan hal itu kepada Ron.

Aku tidak berharap banyak pada perbuatannya itu. Mana mungkin Ron melupakan Lesslie si Tukang Las (itu sebutanku untuk dia, omong-omong), hanya karena mengetahui sebuah cerita yang membenarkan bahwa Malfoy memang menginap di rumahku.

Menyebalkan. Rasanya aku ingin sekali mencelupkan kepala Ron ke dalam mangkuk sereal. Aku tidak tahu juga, sih, untuk apa. Hanya saja sepertinya melakukan itu menyenangkan.

Aku berjalan tidak tentu arah, dan aku tidak peduli. Di Hogwarts, tidak ada lagi tempat-tempat terlarang yang harus dihindari. Lagi pula, kalau memangnya ada monster atau apa pun di gedung ini yang akan kujumpai, aku benar-benar tidak peduli sekarang.

Hanya saja, pikiran bertemu salah satu profesor di koridor kosong ini membuatku ngeri. Bagaimana kalau mereka menemukanku berkeliaran? Mereka pasti tidak akan suka. Mereka akan mengurangi nilai-nilaiku!

Buruk. Sangat buruk.

Aku menghentikan langkahku lalu memutar tubuh. Aku baru akan berjalan ketika sebuah suara menghentikanku.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Draco Malfoy.

Aku tidak akan menghiraukannya. Dia membuat Ron tambah bodoh. Menyebalkan.

Aku terus berjalan saja, tidak menghiraukan seruannya.

"Hei! Kau tuli, ya?"

Aku tidak menyahut. Bisa kudengar langkah kaki Malfoy mendekatiku, dan tiba-tiba saja, dia sudah berdiri di hadapanku.

"Ada apa?" tanyaku dengan malas.

"Kau yang ada apa," balas Draco. "Apa yang kau lakukan di sini?"

"Apa yang kau lakukan di sini?" balasku.

"Ini koridor menuju asrama Slytherin. Kau tadi berdiri persis di depan pintu masuk asrama, Orang Aneh," jawab Draco Malfoy.

Aku bisa merasakan wajahku memerah. Sial. Memalukan sekali.

"Oh. Aku tidak melihat jalan. Aku hanya berkeliling saja. Aku akan kembali ke asramaku." Aku melangkah menjauhi Draco.

"Untuk apa kau berkeliling?" tanya Draco. "Dan kenapa kau tidak berada di Aula Besar bersama teman-temanmu?"

Aku menghentikan langkahku lalu memutar tubuh dengan sebal. Kalau aku ingin mencelupkan kepala Ron ke dalam semangkuk sereal, aku ingin mencelupkan kepala Draco ke dalam seember sereal lengket.

Kenapa cowok-cowok bersikap sangat menyebalkan akhir-akhir ini? Ah, tampaknya aku harus menghabiskan lebih banyak waktu dengan Ginny dan Luna kalau tidak mau kepalaku meledak.

"Memangnya kenapa?" sahutku. "Kau sendiri tidak di Aula Besar bersama teman-teman payahmu." Aku mengutip perkataannya.

"Teman-temanku tidak ada di sini," balas Draco. Ia mengangkat alis kanannya dengan menyebalkan. "Kukira kau semacam genius atau apalah. Ternyata aku salah."

Seember sereal? Di mana kau?

"Aku yang dianggap bodoh di kelas pun tahu kau pasti sedang ada masalah dengan temanmu." Kata-kata Draco itu membuatku tidak bisa berkata apa-apa.

"Benar, kan?" tanya Draco.

Aku menunduk, tidak berani menatap Draco. "Bukan urusanmu," kataku.

"Ah." Draco tertawa sinis. "Berarti benar."

Aku menghela napas. Begitu melakukannya, aku tersadar, sejak tadi aku menahan beban yang sangat besar di dadaku. Rasanya aku ingin berteriak sekeras-kerasnya untuk menghilangkan beban itu.

"Apa ini ada hubungannya dengan Weasley?" tanya Draco. "Kadang—secara tidak sengaja, tentunya—aku melihat dia bersama seorang cewek kecil yang saking kecilnya, kurasa aku bisa melipatnya lalu kulempar jauh-jauh."

Aku tersenyum kecil mendengar bagian terakhir kata-kata Draco. Dia mengatakannya dengan kejam dan agak serius (yang membuatku sedikit khawatir, omong-omong). Tapi entah mengapa, agak lucu mendengar Draco berkata seperti itu.

"Apa Ron dan dia berkencan?" tanya Draco lagi. Kutarik kata-kataku. Dia sama sekali tidak lucu. Aku kembali membutuhkan seember sereal.

"Kukira kau suka padanya," lanjut Draco. Aku tidak menatap wajahnya, tapi aku tahu dia sedang tersenyum mencemooh.

"Kasihan sekali," komentar Draco.

Aku tidak tahan lagi.

"Bukan urusanmu," bentakku. Aku memutar tubuh dan berjalan menjauh. Aku masih bisa mendengar Draco berkata, "Maksudku, kasihan sekali Ron. Dia benar-benar bodoh."

Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku sependapat dengan Draco Malfoy.[]

Apparate [Dramione]Where stories live. Discover now