9. Di Antara Burung-burung Hantu

16.3K 2.7K 280
                                    

"Sekali lagi, terima kasih untuk tehnya," kataku sebelum Hagrid menutup pintu rumahnya.

"Aye! Tidak masalah! Sering-seringlah datang ke rumahku. Aku senang bisa membuatkan teh untuk orang lain." Hagrid berseru riang.

"Aku harap, aku bisa sering-sering mengunjungimu. Tapi, aku harus belaj—" Kata-kataku disela oleh Ron.

"Tentu saja kami akan sering-sering datang ke rumahmu," kata Ron. Sementara itu, Harry hanya memasang cengiran di wajahnya.

Hagrid tersenyum senang. "Baiklah kalau begitu. Sampai jumpa!"

Pintu besar di hadapan kami pun menutup. Aku, Ron, dan Harry membalikkan tubuh kami lalu berjalan bersama-sama menuju kastel.

"Hermione, katamu kau akan mengirim surat, kan?" Ron bertanya padaku.

Aku mengangguk. "Benar. Kenapa?" tanyaku.

Ron memasang cengirannya. "Aku titip ya." Ia merogoh sakunya lalu mengeluarkan secarik kertas. "Surat untuk ayahku."

Aku mendengus sebal, tapi tanganku tetap terulur untuk mengambil surat itu. "Ya, baiklah."

"Aku baru ingat!" Harry tiba-tiba berseru sambil menepuk adahinya. "Ron, ayo! Kita harus melihat latihan Quidditch!"

"Oh, benar!" seru Ron.

Setelah melambaikan tangan sekilas, Harry dan Ron berlalu pergi. Dasar orang-orang aneh.

Aku berjalan menuju tempat burung-burung hantu berada. Tangan kananku menggenggam surat Ron untuk Mr. Weasley. Kerjaannya menyuruh-nyuruhku sudah kembali. Itu artinya, kurasa kami kembali seperti dulu.

Hore! Benar-benar melegakan.

Aku mendorong pintu dan langsung menjumpai burung-burung hantu yang entah sedang apa. Aku tidak mengerti dunia hewan.

Tapi... ada yang aneh.

Bukan, bukan ada yang aneh.

Ada yang sangat aneh.

Draco Malfoy. Berdiri di antara ratusan burung hantu. Entah melakukan apa.

Seperti menyadari kehadiranku, Draco menoleh. Ia mengangkat alis kanannya begitu melihatku. "Sedang apa kau di situ?"

"Makan," jawabku asal. Aku melangkah menuju burung hantu terdekat lalu mulai mengurus surat Ron.

"Hei." Tiba-tiba Draco bersuara.

"Apa?" sahutku.

"Aku mendapatkan paket dari orangtuamu," jawab Draco.

Aku menoleh dengan cepat. "Apa?"

Draco membalikkan tubuhnya lalu berjalan ke arahku. Ia menggenggam sesuatu di tangannya. Kemudian, ia mengangkat sebuah buku. Buku komedi. Oh, ya ampun.

"Kurasa mereka entah dari mana tahu kalau alat elektronik tidak bekerja di sini," komentar Draco.

"Aku memberitahu mereka," akuku.

Draco menatapku sekilas. Ia kemudian mengangguk-angguk. "Oh," gumamnya.

"Apa kau akan membaca buku itu?" tanyaku. Bayangan Draco membaca buku entah mengapa membuatku geli.

Draco mengangkat bahunya. "Mungkin. Orangtuamu Muggle yang yah, lumayan, lah," katanya dengan menyebalkan. "Lagi pula, aku suka komedi. Jadi, kenapa tidak?"

Orangtuaku 'lumayan' katanya? Ha. Orangtuaku bahkan tidak mengirim apa pun untukku!

"Omong-omong, apa aku salah lihat, atau memang kau sedang memegang surat Weasley?" Draco menatap surat di tanganku.

Aku melirik surat itu. "Ya, ini surat Ron."

"Oh, jadi kalian sudah berbaikan," komentar Draco.

Aku mengangkat bahu. "Begitulah."

"Jadi, bagaimana? Apa Ron meninggalkan si Cewek Kecil?"

Aku mendengus geli mendengar julukan yang Draco pakai untuk Lesslie. "Tidak."

"Lalu?"

"Lalu kami berbaikan," kataku. Aku kembali menekuni surat Ron di hadapanku.

"Begitu saja?"

"Memangnya kenapa?" Aku menoleh dan menatap Draco dengan heran.

"Yah, hanya aneh saja. Kukira kau akan menangis histeris atau apalah."

Aku bisa merasakan wajahku memerah. Memangnya aku terlihat secengeng itu?

"Tidak akan."

"Oh, jadi kau tidak menyukainya," kata Draco. "Masuk akal."

Apa sih, yang Draco bicarakan?

"Apanya yang masuk akal?" tanyaku.

"Kau. Tidak suka. Ron," jelas Draco. Seolah-olah sedang menjelaskan bagaimana caranya memegang tongkat sihir dengan benar kepada anak kecil.

"Hah?"

Draco mendengus geli. Ia hanya mengangkat ujung kanan bibirnya, kemudian melangkah pergi.[]

Apparate [Dramione]Where stories live. Discover now