Selamat Ulang Tahun!

154 11 4
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Tak terasa tiba-tiba saja hari sudah malam. Mataku juga sudah terasa sayu dan berat. Ku putuskan untuk berbaring di kasur dan tidur.

Aku menggerakkan tubuhku menghadap ke kanan. Mataku menangkap sebuah kalender dengan sebuah bulatan dengan spidol tinta biru di hari esok.

Sabtu, 9 Januari 2016. gumamku.

Di sana aku melihat sebuah tulisan kecil sebagai keterangan dari simbol lingkaran itu. Hari ulang tahun ku. Ya, aku akan berulang tahun yang ke 16 besok.

Sebelum tidur aku sempat memikirkan apa hadiah yang akan diberikan ayah dan ibu padaku. Apakah mereka akan memberiku sebuah pen tablet seperti yang aku inginkan? Ah semoga saja.

Akhirnya aku mencoba memejamkan mataku dan tidur.

Aku tidak tau sudah berapa lama aku tidur. Yang jelas aku merasa baru saja aku memejamkan mata. Tiba-tiba saja aku mendengar seperti sebuah rintihan tidak beberapa jauh dari kamarku. Aku tidak tahu itu rintihan siapa, yang jelas aku merasa sedikit takut. Diam-diam aku beranjak dari kasur ku dan mengecek pintu kamarku. Syukurlah terkunci.

Aku kembali berbaring dan mencoba tidur. Dan tak berapa lama kemudian aku mendengar suara seperti gesekan dua buah benda tajam. Bunyinya lumayan menyakitkan telingaku. Aku berusaha menutup rapat kedua telingaku dengan bantal dan berjalan mendekati pintu. Aku menunduk dan berusaha melihat keluar dari sela-sela pintu bagian bawah.

Aku memicingkan mata, terlihat sebuah bayangan bergerak melintasi pintu kamarku dan disusul oleh si pemilik bayangan. Ia seperti sedang menggunakan piyama dan terlihat seperti anak lelaki, tapi siapa?

Aku menempelkan telinga ku ke pintu agar aku bisa mendengar suara-suara apa saja yang ada di sana. Eits, aku seperti mendengar sebuah pembicaraan walaupun samar-samar.
Drap..drap..
Aku mendengar derapan langkah orang berlari. Orang itu berlari dengan napas terengah-engah sehingga aku bisa mendengar suaranya.

"Tidak, jangan lakukan ini!" kata seseorang yang sepertinya wanita. Tidak ada respon dari lawan bicaranya.

"Apa yang akan kau lakukan, Wil?!" seru wanita tadi. Aku menaikkan sebelah alis.

"Wil? Kenapa namanya mirip dengan ku? Ah bisa saja itu kebetulan." gumamku lagi. "Apa sebaiknya aku periksa keluar?"

Aku jadi bingung sendiri. Apa yang harus ku lakukan? Apa aku harus menolong wanita itu sementara aku sendiri tidak punya keberanian untuk keluar dari kamar?

"TIDAK WILLIAM!!"

Wanita itu berteriak kencang sekali dengan menyebutkan namaku. Eh namaku?

Crash!
Aku mendengar seperti sebuah suara sobekan yang membuat ku bergidik ngeri. Aku memeluk lutut dan mempertajam pendengaranku lagi. Sekali lagi aku mendengar suara dua buah benda tajam yang digesekkan. Beberapa derap langkah yang semakin lama seolah menjauhi kamarku.

Aku melirik jam dinding. Sudah pukul sebelas malam. Ternyata aku baru tidur sebentar sekali. Ah ya, ayah ku akan pulang dari toko sebentar lagi.

Tok..tok..tok..
Panjang umur! Baru saja aku pikirkan, pintu depan rumah ku sudah diketuk oleh ayah.

"Ayah pulang, kau belum tidur nak?" aku mendengar suara ayah sedang berbicara dengan lelaki yang sejak tadi berlalu lalang di rumahku. Kembali tidak ada respon dari lawan bicara ayah.

Aku mendengar suara langkah mereka seperti mendekat ke kamarku namun terhenti tiba-tiba.

"Astaga istriku!!" teriak ayahku.

Kenapa ayah berteriak? Ada apa dengan ibu? Ayah ibu tolong aku!

"Apa kau yang melakukan ini HAH!?" seru ayah pada lawan bicaranya. Tetap tidak ada respon.

"ARRGH!!" ayah ku mengerang kencang seperti sedang kesakitan. Kali ini aku panik. Ayah kenapa?! Ibu kenapa?!

Aku kembali memeluk lututku erat. Seharusnya yang aku lakukan sekarang adalah menolong ayah ibuku. Tapi kenapa aku tidak punya keberanian?! Aku sangat takut! Kau pengecut William!

crek..crek..crek..
Kali ini aku mendengar suara seperti seseorang bermain dengan percikan air. Dia seperti sedang melompat-lompat di atas genangan air itu. Dan tak lama kemudian rumah menjadi hening.

Aku menunggu selama lima menit dan tetap hening. Aku sudah merasa sedikit tenang. Jam sudah menunjukkan hampir pukul dua belas malam. Sebentar lagi ulang tahunku akan tiba. Tetapi aku sudah tak kuat menahan kantuk yang sudah menyerangku dari tadi dan tanpa sadar pandangan ku kabur dan tubuhku ambruk.

***
Aku mengerjap-ngerjapkan mata lalu meregangkan badan. Entah kenapa tubuhku terasa sangat kaku dan pegal. Aku menengadahkan tangan dan aku melihatnya berlumuran darah.

Kenapa ada banyak darah di tanganku?

Tanpa khawatir aku berdiri, melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Ah aku sangat kesiangan.

Ting!
Sekarang hari ulang tahunku! Hari bahagiaku telah tiba! Aku berharap semoga ayah dan ibu sudah mempersiapkan kejutan untukku. Lalu aku berlari menuju ruang tamu rumahku.

Bukannya disambut oleh kue dan hadian yang ada aku malah disambut oleh mayat kedua orang tuaku yang sudah bergelimangan darah.

Aku sedikit heran kenapa aku tidak merasa takut ataupun terkejut. Ku alihkan pandanganku ke dinding. Di situ ada sebuah tulisan yang ditulis dengan darah.

Happy Birthday William.

Aku teringat sesuatu.
Tulisan itu aku yang membuatnya.
Selamat ulang tahun diriku sendiri! Aku cinta diriku.

Aku menoleh ke arah pintu karena ada suara bising sirine polisi di luar sana. Siapa sih yang memanggil polisi? Atau itu ambulan?

Brak!
Pintu rumahku dibuka paksa oleh beberapa orang polisi. Beberapa orang petugas ambulan masuk dan mengangkat mayat kedua orang tuaku.

Polisi-polisi itu menangkapku. Mereka memborgol kedua tanganku dan menahan tubuhku. Ada apa dengan polisi-polisi ini? Apa salahku? Aku hanya menuntut hadiah ulang tahunku.

"Ayo nak," kata salah seorang polisi. Aku diam, malas meladeni ucapannya.

"Ayo nak, kita akan pergi ke pusat rehabilitasi." lanjutnya.

"Pusat rehabilitasi?" ulangku. Polisi itu mengangguk.

Aku tersenyum menyeringai. Ku rasa aku bisa kembali merayakan ulang tahunku dengan orang-orang baru disana.

-End-

***
Selamat Ulang Tahun Ya!

The Book Of MindworldWhere stories live. Discover now