Kai dan Kei

35 6 0
                                    

Kau tahu apa yang paling menyakitkan dalam perihal cinta? Menurutku sih disaat kau mencintai pujaan hatimu dengan sangat dalam tapi pada akhirnya ia meninggalkanmu.

Ini adalah sebuah pengalaman. Pengalaman yang membuatku trauma untuk jatuh cinta. Tak kusangka cinta pertamaku akan menjadi sesakit ini.

Bel istirahat berbunyi, hampir semua siswa di kelasku memilih keluar kelas untuk membeli makanan di kantin atau sekedar mencari tempat beristirahat. Kukeluarkan kotak bekalku dari laci dan mulai memakannya.

Aku mendesah berat. Sudah hampir seminggu ini ibu terus membawakanku bekal nasi goreng.

"Apa? Nasi goreng lagi? Bosen ah,"

Seorang gadis dengan rambut coklat sebahu mengkritik bekal makan siangku hari ini. Ia menarik sebuah kursi dan menempatkannya di hadapanku. Dengan cepat ia menaruh kotak makannya dan membukanya.

"Kyaa, salad! Akhirnya ibuku membawakanku salad, sudah dari dua minggu lalu aku merengek untuk dibawakan salad."

Bibir gadis itu mengembang lebar, mata kuning kehijauannya terlihat lebih bersinar dari biasanya. Namun tiba-tiba mata indah itu menatapku.

"Kamu mau mencoba saladku, Kai?"

Aku mengangguk pelan dan menerima salad dari Kiyo.

"Enak," komentarku. Gadis itu terlihat senang dan kembali menikmati makanannya.

Jam istirahat sudah berakhir namun guru yang akan mengajar kami tidak kunjung masuk kelas. Hampir semua siswa mulai gelisah namun kegelisahan itu hilang ketika si ketua kelas datang.

"Pak Ryuji tidak masuk, jadi sekarang kita punya jam kosong!" teriak si ketua kelas, Rei dengan senangnya. Seketika seisi kelas bersorak gembira.

Aku hanya menghela napas berat dan mengalihkan pandanganku ke pemandangan luar jendela di sampingku. Mataku tertuju pada sebuah kursi taman di bawah pohon, seketika bayangan Kei terlintas di kepalaku. Sontak aku kaget.

"Hei Kai, kenapa?" Kiyo datang seraya melambaikan tangannya di depan wajahku. Aku menggeleng.

"Tidak ada apa-apa kok," jawabku lalu kembali mengalihkan pandanganku ke kursi tadi. Kiyo ikut memandangi kursi taman itu.

"Kamu masih memikirkan dia, Kai?" tanya Kiyo perlahan kemudian ia duduk di hadapanku.

"Tidak lagi,"

"Kamu bohong kan? Kamu masih menyukainya kan, Kai?"

Sepertinya hanya Kiyo yang bisa menebak perasaanku. Gadis ini tergolong gadis yang sangat peka, bahkan saat anak terpintar di kelas kami galau karena nilai rendah ia mengetahuinya.

"Aku tahu dia cinta pertamamu Kai, nama panggilan kalian juga mirip. Tapi, diakan sudah meninggalkanmu, untuk apa kamu terus-terusan memikirkannya? Ini cuma akan menyiksamu, Kai," ujar Kiyo seraya menatap mataku dalam.

Aku dapat merasakan jantungku sedikit sakit saat mendengar perkatannya. Aku juga tahu yang dia katakan itu benar. Tapi, tidak semudah itu bagiku untuk melupakannya.

"Tapi Kiyo, bagaimana kalau ia datang kembali kepadaku?" Giliranku yang menatap matanya. Kiyo terlihat kaget dan mengerutkan keningnya.

"Itu tidak mungkin Kai, sudahlah ayo move on!" Bujuk Kiyo dengan riangnya.

Gadis ini memang gadis yang ceria, sepertinya sangat tidak cocok jika ia bergaul denganku yang suka galau ini. Tapi karena kami sudah berteman sejak SMP, apa boleh buat?

"Oke Kai, dengarkan aku," Kiyo memegang kedua bahuku dan membuat mata kami terkunci satu sama lain. "Kei sudah bahagia, kamu juga harus bahagia dong. Sekarang jangan pikirin dia lagi ya, kan ada aku yang siap menemani hari-harimu!"

Kiyo tersenyum senang sampai matanya menyipit. Senyumannya seolah menghipnotisku sehingga tanpa sadar aku ikut tersenyum.

"Nanti kita pulang bareng ya Kai, sekalian temenin aku beli es krim di tempat biasa!" Kiyo mengedip-ngedipkan matanya padaku memohon.

"Kita kan setiap hari pulang bareng, kamu ini gimana sih." Aku tertawa.

***
Siang ini jalanan begitu ramai sama seperti biasanya. Mataku terus bermain ke sana ke sini melihat sekitar sementara Kiyo terus berjalan lurus dan menggandeng tanganku.

"Itu kedainya, ayo cepat Kai!"

Kiyo berlari dengan tangan yang masih menggandeng tanganku. Hampir saja aku jatuh tersungkur karena terkejut.

Kedai es krim ini terletak di pinggir jalan, sangat strategis sekali sehingga banyak pejalan kaki yang singgah untuk membeli es krim. Selain strategis es krimnya juga lezat dan murah.

Sementara Kiyo mengantre es krim, aku memilih untuk berdiri di trotoar dekat zebra cross sambil memandang jalan yang begitu ramai. Kendaraan terus berlalu lalang di hadapanku dan bergantian dengan penyebrang jalan.

Seketika mataku menangkap sebuah model rambut yang sangat akrab di mataku. Rambut coklat terang dengan sebagian rambut jatuh menutupi dahi dan sedikit rambut bandel yang berdiri di atas kepalanya. Tubuh tinggi dan bahu lebar itu juga tak asing lagi di mataku. Ia mengenakan baju putih lengan panjang dan celana gelap.

Mataku membulat ketika kusadari ia juga menatapku dari seberang sana. Dapat kulihat dari kejauhan, ia tersenyum padaku. Senyum indah yang membuatku bahagia dan aku mendapatkannya kembali. Kedua tangannya terbuka seolah menanti untuk disambut.

Aku tersenyum bahagia dan tanpa sadar air mataku mengalir bebas di pipi. Kulangkahkan kakiku untuk mengejarnya di seberang sana.

"Kei.." lirihku bahagia.

.
.

"KAI AWAS!!"

Dapat kudengar suara Kiyo berteriak sebelum tubuhku menjadi ringan. Aku dapat merasakan tubuhku terbang entah kemana tapi aku tak dapat melihat senyuman Kei.

Kei, kamu dimana?

Saat ini tubuhku sudah mendarat di tempat yang keras. Kepala dan seluruh badanku sakit sekali sampai tidak bisa kugerakkan sedikitpun. Namun aku bersyukur aku masih dapat melihat walau kabur.

Kulihat banyak orang mengelilingiku, ada apa ini? Aku melihat Kiyo yang sedari tadi menangis dan berteriak sambil mengguncang tubuhku. Kamu kenapa Kiyo?

Kei?
Kulihat Kei menerobos kerumunan orang lalu berjongkok di sampingku. Wajahnya begitu manis begitu juga dengan senyumnya. Ia memegang tangan kananku dan mengusap rambutku. Aku tersenyum dan menangis.

Kugerakkan tanganku sebisa mungkin untuk menyentuh wajahnya. Kei yang sadar aku tak bisa melakukan itu dengan perlahan menyentuhkan pipinya ke tangan kananku.

Dari kejauhan aku dapat mendengar suara sirine ambulans yang mendekat namun aku tetap terpaku pada suara Kei.

"Aku menyayangimu, Kai,"

"Aku juga, Kei"

Lalu Kei mengangkat tubuhku dan membawaku menjauhi kerumunan. Tapi sebelum itu dapat kulihat petugas ambulans sedang mengangkat tubuhku yang lain. []

***
An absurd story wkwkw
tapi saya malah baper sendiri😂

The Book Of MindworldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang