Gadis Tanpa Bakat (2)

68 7 2
                                    

"Aku mengerti apa yang kaurasakan, Reika," lirihnya.

Jam pulang sekolah telah tiba, semua murid yang ada di sekolah Reika mulai berhamburan pulang walau ada sebagian dri mereka yang tetap tinggal karena alasan ekstrakurikuler. Namun tidak dengan Reika, ia tak berminat mengikuti satu pun ekskul di sekolahnya. Reika menyandang tasnya dengan malas dan segera keluar dari kelas berharap menemukan kebebasan. Bukan kebebasan yang ia temui namun sosok laki-laki yang telah membuatnya kesal sepanjang siang ini, siapa lagi kalau bukan Shane.

"Siang Rei, kau ingin pulang?" tanya Shane diiringi dengan senyum manisnya yang membuat Reika sedikit teralih fokusnya.

"S-seperti yang kau lihat, aku ingin pulang. Tolong menyingkir dari jalanku," ucap Reika sambil menatap kaki jenjang Shane yang menutupi pintu. Shane menggeleng.

"Rei, kau bisa ikut denganku siang ini?" tanya Shane dengan raut wajah serius. Reika mentautkan alis seolah bertanya. Namun tiba-tiba ada seseorang yang menabrak tubuh Reika dari belakang.

"Ugh!" rutuk gadis itu lalu menoleh kebelakang. "Viona?! Apa yang kau lakukan?!"

Viona terkekeh seraya mengangkat tangan kanannya yang berbentuk V dan pandangannya beralih ke Shane. Ia terkejut. "Shane? Sedang apa kau di sini?" tanya Viona sambil menatap Reika dan Shane bergantian. "Apa kalian sudah saling kenal?" tanya Viona penuh selidik.

Reika menggeleng kuat. "Tidak, aku baru bertemu dengannya tadi siang, dan dia ini anak yang menyebalkan," bantah Reika. Sementara Shane hanya tersenyum. "Oh ya, bagaimana kau bisa mengenal Shane, Vio?" kini gantian Reika yang curiga pada Viona.

Namun Viona hanya tertawa renyah. "Shane ini tetanggaku," jawab Viona. "Omong-omong kenapa kau datang ke kelas kami Shane?" sambungnya.

"Aku ingin mengajak Reika berkunjung ke rumah, kuharap dia bisa mempelajari sesuatu di sana, apa kau mau ikut?" kata Shane dengan wajah sumringah. Viona menepuk pundak Shane. "Tentu saja Shane, aku akan menemani Reika dan menjenguk kakakmu," ujar Viona lalu tersenyum.

Kemudian Shane dan Viona berjalan mendahului Reika, gadis ini masih tidak mengerti dengan sahabatnya dan seorang teman barunya. Shane tiba-tiba mengajak Reika untuk berkunjung kerumahnya padahal mereka baru saling mengenal, sedangkan Vio berkata kalau ia akan menjenguk kakak Shane. Apakah Shane mempunyai kakak yang sedang terkena penyakit? Reika masih bingung dengan itu semua, namun ia memilih untuk bungkam dan menunggu kepastiannya sebentar lagi.

"Viona, pakai saja kemampuan teleportasimu, aku tidak ingin lama-lama," ujar Reika ketus. Reika masih iri dengan kemampuan yang dimiliki sahabatnya itu. Sangat praktis untuk digunakan pada saat-saat mendesak.

"Ayo, pegang tanganku," ucap Viona sambil mengulur kedua tangannya. Shane menyambut tangan kiri Viona dengan riang sedangkan Reika sedikit tidak ikhlas. "Baiklah, teleportasi!" ucap Viona lalu tubuh mereka bertiga seperti terhisap oleh udara lalu menghilang.

Wussh.

Kini mereka bertiga telah berdiri di depan sebuah rumah yang memiliki halaman yang luas. Rumah Shane dan disebelahnya berdiri kokoh rumah Viona. Reika memandang kagum rumah Shane, rumah yang tidak terlalu besar namun cukup indah. Reika terlonjak kaget begitu melihat suatu bayangan transparan membentuk tubuh seorang wanita dan berdiri di depan mereka bertiga.

"Selamat datang, Shane anakku, Viona dan..," wanita itu terdiam sejanak lalu memandang kea rah Shane. "Reika, teman baruku." sahutnya. Wanita itu manggut-manggut lalu mengajak ketiga anak muda ini memasuki rumahnya.

"Omong-omong, kenapa kau mengajakku ke rumahmu, Shane?" tanya Reika ragu-ragu. Shane menatap Reika lalu tersenyum. "Aku ingin memberimu semangat hidup, dan Reika, aku senang sekali kau sudah menyebut namaku," ujar Shane setengah tertawa, sementara Viona terkekeh melihat Reika dan Reika hanya tertunduk malu.

The Book Of MindworldWhere stories live. Discover now