Birrul Walidayn (2)

167K 8.2K 45
                                    


Sekar tidak pernah minta untuk dijodohkan dengan Denis, bahkan secuil doapun tak pernah dia utarakan kepada Sang Pemilik Hati untuk menjodohkannya dengan pria itu . Sudah cukup pria itu merusak semua masa-masa indahnya dulu.

Peristiwa perjodohan ini begitu cepat terjadi, bahkan tak sempat sekar berhenti dan bertanya kepada hatinya yang kini terkoyak-koyak.

Sekar lupa,
lupa bertanya kepada hati, apa kau baik-baik saja?
Dia lupa,
lupa bertanya kepada hati siapkah kau menerima dia kembali?
Dia lupa,
lupa bertanya kepada hati masih adakah goresan-goresan luka dari masa lalu?
Sekar sudah menepis jauh masalah hatinya, walaupun kenyataan dia sangat tersakiti.
tapi apa daya dia juga hanya seorang manusia biasa yang memiliki hati, pasti terselip sakit, sadar maupun tidak.

Sekar hanya tidak ingin menambah dosa dalam kehidupannya lagi, sudah cukup dia tersiksa akan bayang-bayang adzab Allah kepadanya.
Sekar hanya mau lebih baik....
Sekar tidak mau ada per'tunangan'.
walaupun baru secuil dari ilmu agama yang dia ketahui, walaupun dirinya belum melaksanakan banyak perintah-Nya. contohnya saja dia belum berhijab, dia pun belum bisa sepenuhnya menjauh dari hingar bingar kehidupan dunianya, yah dia akui itu. Tapi dia berjanji kepada dirinya sendiri dia akan berubah tapi perlahan sesuai dengan ilmu yang dia dapat. toh bukankan "Allah menyukai amalan yang sedikit tapi terus-menerus" itu adalah kalimat Ustadzah Almira ketika dia pertama kali mengikuti kajian,
Di beberapa kali pertemuan kajian yang membahas tentang bagaimana hubungan antara laki-laki dan perempuan yang belum halal, sekar sangat terpukul, dia tak henti-hentinya menitikan air mata mengingat dosa-dosanya, sehingga Sekar yakin dari sinilah dia akan berubah, dari titik ini. Dia berjanji kepada dirinya kemudian kepada Rabbnya, dia tidak akan lagi menjalin hubungan yang tidak ada ikatan halal.

***

"Dek turun gih" Avian kakak laki-laki kedua sekar menghampiri sekar di kamarnya.
"Iya mas, 5 menit lagi Sekar turun"
Setelah mengangguk mengiyakan jawaban Sekar, Avian kemudian berlalu.

Di ruang keluarga sudah sangat ribut ketika Sekar turun beberapa menit kemudian.
Sudah menjadi kebiasaan setiap jum'at-ahad semua keluarga berkumpul untuk makan malam  bersama, tidak ada pengecualian. Itu adalah peraturan lama yang di buat oleh kakek semenjak papanya masih kecil.

Papanya 2 besaudara laki-laki semua. Sekar sendiri 4 bersaudara, Alvaro Pancasakti, Avian Pancasakti, Sekar Ajeng dan yang bungsu Seruni Ajeng. Alvaro dan Avian sudah menikah. Alvaro memiliki 2 anak Kembar perempuan , sedangkan Avian satu anak laki-laki. Dia memiliki 3 sepupu. Yang pertama Fathul yang seumuran denganya, kemudian Alamsayah yang masih SMA dan putri yang masih SMP.
Ruang keluarganya sudah seperti pasar malam. Dia hanya bisa menutupi kedua telinga dengan jari-jari putihnya.

"Aunti mau endong" Raja keponakannya yang baru dua tahun berlari menghampirinya

"Hehe mau endong? Yaudah sini aunti endong" Sekar baru saja mau memeluk menggendonya tiba-tiba saudara iparnya sudah datang menghampiri

"Eh nggak usah Sekar, biar nanti mbak saja yang gendong Raja, sana, kakek sudah menunggu di meja makan"

"Baik mbak" Sekar mengiyakan sambil memandang Raja penuh kasih sayang

"Raja sayang, nanti habis makan baru kita main yah nak" Raja mengangguk mengiyakan

***

Tidak ada perbincangan apapun ketika makan malam sudah dimulai, yang terdengar hanya suara pergulatan antara sendok dan piring serta suara keponakan-keponakan yang ribut minta di suapin sama bunda-bunda mereka.

"Sekar" panggil kakeknya setelah beberapa lama mereka sibuk dengan makanan mereka masing-masing.

"Iya kek"

"Gimana Denis" Sekar sudah tau hal ini yang akan di bicarakan di waktu makan malam. dia pun tak keberatan karena memang itupula yang ingin dia sampaikan kepada kakeknya.

Sekar mengatur pernafasan, menyusun kata-kata yang sebaik mungkin, dengan harapan keluarga besarnya mau mengerti

"Kek, sekar memang sudah kenal lama dengan Denis, dan kalian juga semua juga sudah tau kalau Sekar pernah pacaran dengan Denis kurang lebih 4 Tahun" Sekar menghentikan kalimatnya sebentar untuk mengatur nafasnya lagi sambil memandang seluruh keluarganya. Sebelumnya dia tidak pernah bicara seserius ini.
lalu dia melanjutkan kalimatnya

"Tapi itu tidak membuat serta merta Sekar suka sama Denis lagi. Pun, begitu juga dengan Denis. Kami sudah lama berpisah, banyak ketidakcocokan yang terjadi antara Sekar dan Denis.

Memang beberapa hari yang lalu Sekar bilang tidak mau tunangan dan langsung menikah, Sekar pikir itu akan lebih baik. Tapi Sekar salah. Kami tidak cocok. dia diam sebentar dan melanjutkannya lagi
"Sekar minta maaf Kek, Papa, Mama dan semuanya, Sekar nggak mau nikah sama Denis lagi. Maaf" dia menutup pembicaraan dengan kata maaf dan tertunduk sembari menanti tanggapan dari keluarganya.
Tapi semuanya diam, tidak ada yang berani berbicara, bahkan untuk menggerakan sendokpun tak ada yang berani, semuanya menunggu kakeknya untuk memulai, karena beliau yang dari awal mengatur segala perjodohan Sekar.

Tapi beliau pun diam tanpa kata.
Hingga beliau berdiri meninggalkan meja makan keluarga yang besar itu semuanya tetap diam. Mereka semua mengerti kakek sedang marah. Dan Sekar sangat sadar dengan hal itu.

***

Setelah makan malam Sekar langsung menuju ke kamarnya di ikuti oleh Mamanya.

"Sekar, kamu tau kan konsekuensi dari perkataan kamu tadi?" Mamanya berbicara lembut sambil memegang jari jemari Sekar. Naluri seorang ibu tau betul jika anaknya sekarang sedang terpukul, dia curiga ada yang sedang di sembunyikan oleh Sekar sehingga berani mengambil keputusan senekat itu.
"Aku tau ma, aku sudah memikirkannya matang-matang, hiks" dia sudah terisak sambil memeluk mamanya
"Aku siap ma, aku siap di kirim ke jerman lagi, asal jangan coret nama Sekar dari daftar keluarga ini saja"
"Baiklah kamu tenang ya sayang, nanti mama coba bicara sama papa kamu biar dia yang nanti sampaikan sama kakek"

"Tidak!"
Mama dan Sekar sangat kaget seketika mendengar teriakan yang datang dari arah pintu.

"Kamu, tetap terima perjodohan ini, atau kamu, saya hapus dari daftar keluarga" kakeknya sudah berdiri di sana dengan wajah yang berapi-api.

"Minggu depan kalian tetap akan menikah" lanjut sang kakek lalu meninggalkan Sekar dan Mamanya yang masih terpaku dengan serentetan kalimat kakeknya barusan.

Apakah ini bagian dari ujian atau hukuman ya Rabb?
Atukah ini konsekuensi dari Birrul Walidaiyn?

Yang ingin dia lakukan sekarang hanya menangis. Menangis sejadi-jadinya dalam dekapan Ilahi.
"Aku mau sholat ma"

TBC

Hijrah CintaOnde histórias criam vida. Descubra agora