Are you ok?

145K 6.3K 56
                                    

Denis POV

Naik jabatan dari seorang manejer keuangan menjadi seorang direktur keuangan itu Bukanlah hal  yang mudah, apalagi naik jabatana secara tiba-tiba tanpa ada persiapan apapun. Mungkin bagi sebagian orang itu adalah hal yang sangat menggiurkan tapi tidak dengan diriku, aku tidak perduli dengan budget-nya tapi kinerja kerja yang membuat pusing.  itulah yang terjadi padaku, sejak papa siuman aku langsung di tarik dari perusahaan tempatku bekerja ke perusahaan kakek, dan menempatkanku sebagai direktur keuangan di salah satu perusahaan manufaktur milik keluarga. 

Butiran keringat kecil membasahi wajahku, AC begitu dingin tapi aku masih berkeringat, mempelajari semua dokumen-dokumen ini sangat menguras otak, ini sudah hampir 1 bulan dan aku baru mempelajari setengah dari isi-isi dokumen itu, belum lagi sambil belajar aku di tuntut untuk langsung bekerja. Sepertinya aku harus menghubungi Rasyid, aku membutuhkan cekatan dalam bekerjanya saat ini. biarlah nanti dia kubayar dari sebagian gajiku hitung-hitung melepas kangen juga dengan anak itu.

"Denis ingat kita berangkat jam 11 malam "
Mas Avian masuk tiba-tiba membuatku terkejut

"Loh kok jadi malam lagi mas, kemarin katanya sore"

"Menghindari macet den, dan ternyata aku ada meeting nanti sore dengan bagian pemasaran, lagian meeting di sanakan besok pagi baru mulai, kamu hanya perlu menyiapkan bahannya saja dari sini" jelasnya kepadaku

"Baik Mas" aku mengguk paham. Kemudian Mas Avian permisi dan keluar dari ruanganku.

***

Aku melaksanakan sholat magrib di salah satu masjid dalam perjalanan pulang, sedikit miris saja melihat kondisi masjid kurang terurus dengan jama'ah yang sangat sedikit, akh manusia terlalu sibuk dengan keduniaan sampai melupakan kewajiban. Padahal hidup ini hakikatnya sementara, tidak ada yang menjamin satu menit atau satu jam kedepan kita masih bernafas.

Aku harus banyak bersyukur karena jiwaku belum terpisahkan oleh jasad saat dulu masih terjebak dalam hitam dunia.

Aku duduk di teras masjid memakai sepatu usai sholat magrib. Hp pintarku yang baru saja aku nyalakan sebab sebelum sholat aku matikan langsung bergetar ada pesan masuk. Mungkin dari Mas Avian mengingatkanku kembali. Batinku.

Tapi ternyata bukan, itu dari seseorang yang sudah aku anggap adik sendiri, Affand. Untuk apa dia SMS malam-malam begini, lagian ini belum jadwal kajian atau belajar Al quran. Tanyaku bingung. Dengan cepat kugeser kata open pada smsnya.

"Assalamualaikum,

maaf bang, sms ku ini mungkin akan menimbulkan murka abah, tapi aku tidak tau harus bagaimana lagi.
Mbak Reina sakit sudah lama. Dan dia tidak mau di rawat dirumah sakit. Sekali lagi maaf mas aku harus menyampaikan ini tapi mbak ku sakit semenjak mas membatalkan rencana khitbah itu.
Syukran, semoga bang Denis sehat selalu"

Aku termenung beberapa saat. Betapa bejat dan brenseknya diriku, bagaimana bisa aku memberi harapan palsu lalu mengabaikan wanita sebaik Reina, Ya Allah. Keluhku dalam diam.
aku harus melakukan sesuatu.

Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang