Pilihan Hati

131K 6.7K 99
                                    


Sekar Pov

Aku mengacak semua berkas-berkas di kamar denis.

Ya Tuhan.

Mahluk satu ini

Dari semua berkas ini tak ada satupun tanda tangannya.

Ck, Rangga si pengacara brensek itu, semua tawaran yang ku berikan agar dia mau membujuk denis untuk membatalkan surat perjanjian kontrak itu tak ada satupun dia terima. Semuanya di tolak mentah-mentah, tak habis fikir aku. Di kasi makan apa sama denis sampai setianya tahan bating begitu.

Sudah tiga kali kami bertemu membicarakan hal ini, hasilnya tetap nihil. dia masih tetap pada pendiriannya. Padahal aku tidak memintanya memalsukan surat itu, aku hanya menyuruhnya memohon pada denis agar mau membatalkan suratnya, apa susahnya sih. Padahal bukannya mereka bersahabat.

Keadaan ini memaksaku untuk bertindak lebib jauh lagi. Aku menyerah pada Rangga, masalah ini sepertinya harus aku sendiri yang bertindak.

Ku rebahkan badan ku di atas kasur denis.

lelah membongkar berkas-berkas lama di dalam lemarinya.

Empuk.

Akh suami ku tercintah, bagaimana rasanya menghabiskan malam bersama mu di sini.

Oh tidak tidak

Apa yang sedang ku pikirkan ini?

Fokus sekar fokus.

Sepertinya tingkat interaksi ku dengan seruni harus di minimaliskan, kalau tidak otak ku akan terus tertular virus aneh-anehnya.

Di mana lagi harus ku cari tanda tangannya. Rumah bunda? Jangan sekar jangan, nanti di kira aku mau menguras harta denis gara-gara cari tanda tangannya.

Badanku terus berguling menjamah setiap sudut tempat tidur lebar itu.

Pikir sekar pikir, di mana lagi.

Aha!

Aku tau di mana itu.

Bodohnya aku, sampai tidak tefikir dari kemarin-kemarin.

***

Senyumku tersungging lebar saat ini aku tengah berdiri di depan gedung 30 lantai, Menjulang tinggi membela angkasa.

Hari ini, Aku memakai rok A line panjang hitam di padukan Blazer biru toska serta jilbab menutupi dada senada, jilbab ku memang belum syar'i tapi aku selalu berharap suatu hari nanti bisa ku sempurnakan hijab ku se syar'i mungkin.

Ku lenggangkan kaki beralaskan high heels hitam memasuki gedung itu, satpam yang lalau lalang di depan gedung terlihat kaget serta merta langsung berlari kecil ke arah ku, aku hanya melambai tangan tanda 'tak usah repot-repot'.

Aku sudah berada di dalam gedung, kutarik sedalam-dalam nafas kemudian hembus perlahan, mengobati rasa rindu bersibuk-sibuk ria saat masih single dulu.

Ada beberapa orang langsung menyapa ramah pada ku, juga beberapa pegawai laki-laki menghampiri ku hendak menyalami, dengan cepat ku tanggupkan tangan ku di dada seopan mungkin agar mereka tak tersinggung

Senyum ku sedikit memudar Sadar, aku belum minta izin keluar rumah dari denis, Ah! lebih tepatnya aku memang tidak pernah menjalankan misi menjadi istri sholehah itu. Tidak, dulu aku tidak mengirim pesan ke denis saat ingin menemui rangga. Aku tak berani, dia pasti sangat Shock jika terima sms ku itu, jadi kuputuskan nantilah saat pernikahan kami tidak di atas lembaran kertas kontrak lagi.

Hijrah CintaWhere stories live. Discover now