Part 18

18.1K 591 9
                                    

Lama menunggu HP ku bergetar. Tubuhku seperti berduri. Kulihat pak Ikbal menelponku.
"Ada apa?" Tanyaku sebelum mengangkat. Aku tersenyum karena mungkin pak ikbal cemburu.
Kuangkat telp dari pak Ikbal dengan senyuman.
"Hallo..." Jawabku menerima telp dari pak Ikbal.
"Malam malam sebaiknya gunain buat belajar..." Jawabnya tiba tiba dengan nada tinggi padaku.
"Loh..." Jawabku dengan tersenyum, ternyata benar pak Ikbal cemburu hahaha. Ternyata untuk membuatnya bicara harus buat dia cemburu.
"Bukan buat mikirin mantan. Mantan itu cuma masa lalu dan buang ditempat sampah..." Lanjut pak Ikbal.
"Mr.Baper marah....?" Tanyaku dengan senyum tertahan.
"Saya gak marah...." Jawab pak Ikbal ditelp.
"Marah... saya tahu kok..." Gumamku menggoda pak Ikbal yang sedang marah.
"SAYA GAK MARAH TITIK" Ucap pak Ikbal langsung menutup telpnya.
"Aihhh.... Mr.Baper... Mr.Baper..." Ucap ku mengeleng gelengkan kepalaku. "Kalau gak marah kenapa nada suaramu tinggi seperti orang takut kehilangan... hehehe" Lanjutku.
Aku berbaring dikasurku dengan mendengarkan lantunan musik dihandphone ku. Suara piano dan terompet sangat nyaman ku dengarkan. Seperti musik jaman dulu. Lagu berjudul Dream dari Baekhyun dan Suzy. Aku harap hubungan ku dengan Mr.Baper tak hanya mimpi tapi bisa jadi kenyataan. Walaupun dunia akan menentangnya aku gak peduli. Mr.Baper aku cinta kamu. Manataku mulai menutup perlahan tapi pasti dengan sebuah senyuman.
~~~
Pagi hari aku sudah siap siap untuk kekampusku. Aku keluar kamar. Kulihat Yusron dan Moge sedang tidur disopa tanpa sehelai pakaian. "Emh... emh... perang disofa..? Kapan ya aku sama Mr.Baper..? Hemmmm... Gimana cara mendesah Mr.Baper nanti...?" Gumamku saat melihat Yusron dan Moge.
Kulangkahkan kaki keluar ada Ibrahim sedang mencuci sebuah motor. Entah motor siapa?. Kuhampiri Ibrahim.
"Motor siapa nie...?" Tanyaku pada Ibrahim
"Motor gua... dong... Don..." Jawab Ibrahim dengan bangga.
"Dari...?" Tanyaku kembali.
"Ruslan... hehehe" Jawabnya dengan senyum.
"Seriusan him?" Tanyaku dengan ekspresi kaget.
"Serius lah... masa bohong... dia ngasih... katanya jangan jadi Lelaki dipinggir jalan lagi mending jadi tukang ojek aja..." Jawab Ibrahim dengan senyum.
"Hah.." Kagetku menepuk jidat. Hebat juga si Ruslan saking cintanya kali ya. "Terus lo mau jadi tukang ojek...?" Tanyaku kembali.
"Enggak lah... ngapain... cape abis bensin... panas... aduh... gak gue banget..." Jawab si Ruslan polos atau bego.
"Hadeh... terus... si Ruslan gimana?" Tanyaku semakin kepo.
"Ya gak apa apa... kalau gak mau gak maksa... dia bakalan cari kerja yang lain.." Jawab Ibrahim dengan senyum padaku.
"Emmhhh bagus deh... kalau gitu..." Gumamku. "Eh... anter gue kekampus..." Lanjutku.
"Ogah... liat tuh bensinnya belum diisi... dodon..." Seru Ibrahim dengan menunjukan ukuran bensin di motornya. Setelah dilihat memang benar gak ada ni motor bener bener baru.
"ya udah gue pamit... kampus dulu ya... bilangin mommy..." Seruku dengan senyum dan menaikan alis.
"Siap ade kecil..." Jawab Ibrahim.
Aku menaiki taxi biasa. Ditaxi kukirimkan sebuah pesan pada pak Ikbal.
"Pagi"
Namun seperti biasa tak ada balasan. Entah apa yang pak Ikbal sedang lakukan. Mungkin sibuk banget.
Sampai dikampus aku tak melihat Pak Ikbal. Bahkan diruangannya tadi kulihat tak ada. Tumben bukannya hari ini jam pelajaran pertama pak Ikbal. Tapi kenapa belum datang.
Aku memasuki kelas. Kudenger anak anak berbisik bisik. Bukan berbisik tentang ku tapi tentang pak Ikbal. Entah apa yang sedang mereka bicarakan intinya pasti ada apa apa denga pak Ikbal. Mungkin dia sakit dan sekarang dirumahnya. Aku tak bertanya pada anak anak coz dominan mereka tukang gosip gak jelas. Apa lagi kudengar mereka membicarakan pak Ikbal hengkang dari kampus. Itu benar benar gak masuk akal. Intinya pulang ngampus aku akan kerumahnya.
Detik jam terasa lama berputar. Padahal aku sangat kuatir sekali dengan Pak Ikbal dosen cintaku. Andai bisa kuputar pake jari itu jam sudah kuputar.
Waktu menunjukan pukul 4 sore jam kuliah pun ahirnya selesai. Dengan cepat aku membereskan buku ku dan langsung pergi keluar dari kampus menuju rumah pak Ikbal.
Perjalanan menuju rumah pak ikbal terasa lama. Laju taxi yang kencang terasa lambat entah kenapa. Hatiku benar benar gelisah. Aku mencoba menelpon pak Ikbal berkali kali. Namun tak diangkat angkat. Sebenernya ada apa? Apa dia sakit? Gak gak mungkin.
Aku pun sampai dirumah pak Ikbal. Ku ketuk pintu pak Ikbal dengan kencang. beberapa kali ku ketuk tapi pak Ikbal tida keluar keluar. Kutelp kembali Pak Ikbal sambil mengetuk. Tapi tetap saja telp tak diangkat pintu pun tak dibuka. Baru kusadari lampu dirumahnya mati. menandakan pak ikbal tak ada dirumah.
"Kemana pak Ikbal...?" Tanyaku seorang diri didepan rumah pak Ikbal. Aku putuskan pulang kekosan dengan merasa kecewa. Di kosan aku kepikiran dengan ucapan anak anak kemaren kalau pak Ikbal akan dipindah tugaskan mengajar kekampus lain. Hatika gelisah tak menentu sekarang. Aku tak bisa tidur. Susu sudah 4 gelas ku minum tapi tetap saja tak bisa tidur. Diotakku hanya ada pak Ikbal.
Pagi kembali datang tapi aku belum tidur sejam pun. Aku segera siap siap kekampus.
"Don... sarapan dulu..." Seru Yusron.
"gak.." Jawabku singkat tanpa senyum karena banyak pikiran sekarang. Aku langsung cabut kekampus.
Sampai dikampus gosip pak Ikbal hengkang makin merebak. Dadakku terasa sakit. Ditengah kebingungan kulihat Ruslan. Dengan cepat kuhampiri Ruslan.
"Rus pak Ikbal beneran... keluar...?" Tanyaku dengan wajah gelisah tak menentu.
Ruslan hanya menanggukan kepalanya. Mengisyaratkan iya pak ikbal akan hengkang. Tubuhku terasa lemas. mendengar kenyataan aku akan ditinggal Pak Ikbal.
"Sabar ya Don...!!" Gumam Ruslan. Aku hanya menanggukan kepalaku. Lalu pergi kebelakang. Aku pergi ketaman kampus untuk diam dan merenung. Jam kuliah tak aku masuki. Karena pasti aku kurang fokus jadi lebih baik aku tak masuk.
Waktu menunjukan pukul 5 sore aku sudah lama terdiam. Aku putuskan untuk pulang dengan hati yang hancur. Sebelum pulang aku melihat ruangan pak Ikbal. Kulihat ada pak Ikbal sedang mengunci ruangan. Aku yang melihatnya dari ujung koridor. Tak lama ia melihatku lalu tersenyum padaku. 'Hem... aku yakin dia pasti senang karena tak akan ada yang mengganggunya lagi di kampus baru' Gumamku dalam hati dengan meneteskan air mata. Aku buang muka saat melihat pak Ikbal lalu berlari pulang. kudengar pak Ikbal memanggil manggil namaku.
"Doni..." Panggil pak Ikbal
"Don..." Panggil kembali tapi tak aku tanggapi. Aku berlari dengan cepat. Aku kecewa kenapa dia tidak bilang padaku. Malah aku denger dari orang lain. Hiks hiks...
Dalam perjalanan pulang aku putuskan untuk tidak pulang kekosan. Aku pergi ke supermarket membeli minuman dingin. Lalu duduk diluar supermarket yang telah disediakan.
Malam datang tapi aku masih tetap duduk didepan supermarket, dengan mengeluarkan air mata.
Tak lama ada seseorang menepuk pundakku.
"Disini ternyata..." Gumamnya. Aku yang kaget membalikkan tubuhku untuk menatapnya.
"Mr.Baper...."
...
..
.
To Be Continue

Lelaki dipinggir Jalan (boyxboy)Where stories live. Discover now