Part 28

16.5K 545 8
                                    

"Iya aku masih sayang terus kenapa hah?" Tanya Pak Ikbal dengan teriak didalam yang membuat jantung ku berdebar kencang. Lututku terasa lemas. Hingga bruk... aku jatuh kelantai. Aku benar benar tak percaya dengan apa yang kedengar. "Mr.Baper..." Gumamku dengan merasa sedih. Dan air mata mengalir dari mataku.
Tak lama seseorang menyentuh pundakku.
"Maaf..." Ucap seseorang yang memegang pundakku. Kuusap air mataku dengan tanganku. Lalu kulihat seseorang itu. Orang dengan pakaian hitam putih, terpang pang sebuah nama. Seorang pelayan diapartemen. "Anda tidak apa apa?" Tanya sang pelayan dengan menatapku yang sedang menangis. Aku menggelengkan kepalaku dan terdiam. Suara dari ruangan Mr.Baper tak terdengar. Air mataku semakin mengalir. "Anda mau masuk ruangan ini...?" Tanya sang pelayan kembali padaku. Aku kembali menggelengkan kepalaku. "Permisi..." Gumamku saat kudengar sebuah langkah kaki dari dalam ruangan yang akan keluar. Aku pun berjalan dengan cepat. Dan benar saja apa yang kurasa. Kulihat Pak Ikbal keluar, namun tak melihatku. Dia bertanya pada pelayan yang berdiri didepannya. Aku dengan cepat menghampiri liv apartemen untuk turun, agar tidak bertemu dengan Pak Ikbal. Namun liv nya lama untuk terbuka. Aku sudah panik karena Pak Ikbal makin dekat padaku. Aku menggesan kedua kuku ku karena gugup. Tak lama liv terbuka aku segera masuk, dan ku tekan lantai 1. Kulihat Pak Ikbal berjalan kearahku. Aku menutup wajahku dan membalikkan tubuhku. Liv pun tertutup dan mulai kebawah. Aku tak menyangka akan terjadi seperti ini. "Ini alasan mu Mr. Baper tak pernah menyatakan cinta. Karena kau masih suka wanita." Gumamku dengan menangis didalam liv. Tak lama pintu liv terbuka, aku langsung berlari dari mall. Berlari dengan kencang agar Pak Ikbal tak melihatku.
Lelah aku berlari, aku duduk disebuah halte bus dengan barang bawaanku hadiah untuk Pak Ikbal. Kutatap hadiah hadiah yang ku beli, "Apa harus keberikan ini... sementara hatiku sedang hancur?" Gumamku bertanya pada diriku sendiri. Aku menstop taxi, ku naiki dan langsung pulang menuju kosan. "Aku masih sayang???" Ucapan Pak Ikbal itu selalu berputar dikepalaku. Aku menatap keluar jendela. Tak lama aku sampai dikosanku. Kulihat tak ada siapa pun dirumah kosan. Aku langsung masuk kekamarku. Ku banting hadiahku, "ah......" Gumamku didalam kamar. Aku duduk diranjang ku dengan menatap foto Pak Ikbal. "Mr.Baper..." Gumamku dengan sendu. Tak lama ponselku bergetar ada panggilan dari Mr.Baper Ikbal. Tak ku angkat telp nya. Karena aku sedang patah hati. Aku merebahkan tubuhku dikasurku, entah apa yang harus kulalukan sekarang aku bungung. Tak lama Handphone ku kembali berdering. Tapi tetap tak kuangkat.
Handphone terus terusan berdering, sementara aku hanya berfikir. Lama berfikir, aku baru tersadar. Bahwa apa yang aku lakukan sekarang adalah salah. Aku tidak boleh diam seperti ini. Aku tersenyum sinis. "Tak ada yang boleh merebut Mr.Baper dariku apalagi wanita jalan itu. Cih...." Gumamku dengan menatap layar ponsel yang tetap berdering. Aku menarik nafasku, lalu mengangkat telp dari Pak Ikbal dengan mengusap air mata dan mencoba tegar.
Telephone :
"Hallo... Mr.Baper..." Jawabku dengan berpura pura tak terjadi apa apa.
"Lama banget angkat telphonenya" Gumam Pak Ikbal dengan marah marah padaku.
"Maaf tadi lagi ke toilet... terus mandi... terus makan... terus...." Ucapku yang tak lama Pak Ikbal memotong ucapanku. "Kebanyakan terus... sekarang kerumah ku cepat." Ucap Pak Ikbal dengan langsung menutup telpnya. "Haah...." Aku kembali menarik nafasku. "Sekarang apa lagi yang akan terjadi.?" Tanya ku dalam hati. Aku langsung mengambil mantel ku dan hadiah hadiahku untuk dibawa kerumah Pak Ikbal. Aku keluar dari kosan, lalu kembali menyetop taxi. 'Aku tak mau kalah... dari wanita itu... aku cowo aku kuat aku bisa dapatka Mr.Baper semangat Doni semangat...' Ucapku dalam hati mensuport diriku sendiri ditaxi.
Beberapa menit kemudian aku sampai didekat rumah Pak Ikbal. Kulihat Pak Ikbal baru sampai rumah dan turun dari mobil langsung memasuki rumah. Dibelakang Pak Ikbal kulihat wanita itu mengikuti. Aku yang masih berada didalam taxi hanya diam dan menyuruh sang supir berhenti dulu. Tak lama Pak Ikbal kembali keluar kulihat wajahnya penuh amarah yang membuatku tersenyum didalam taxi. "Apa aku jahat ya??? Bodo lah..." Gumamku sementara sang supir memberi ku kode entah kode apa tak ku pedulikan. Wanita itu memohon mohon dengan tanganya. Tapi Pak Ikbal tak peduli, Pak Ikbal seperti manusia sombong dan angkuh sekarang. Wajah sih toh wanita itu emang malaikat berkepala setan. Wajah cantik tapi hati busuk. Lama berdebat Pak Ikbal kembali masuk kedalam dengan marah. Sementara wanita itu terlihat sedih, namun tunggu ketika dimembalikkan badannya dia tersenyum sinis. Seolah menyimpan sebuah rencana tersembunyi. Tapi apa?, Aku menyuruh supir taxi itu maja dan berhenti tepat didepan rumah Pak Ikbal yang masih ada wanita itu dengan senyum sinisnya. Sampai didepan rumah Pak Ikbal aku melihat kurs dan "hah..." aku kaget jumlahnya 400.000 ribu. "Eh... pak ini kurs kagak salah masa naik taxi 400.000 ribu sih?" Tanyaku dengan mengambil uang. "Tadi saya udah kasih kode tapi mas... nya malah sibuk liat drama didepan.. mas..." Jawabny dengan senyum padaku. "Alah.... nie nie... saya gak mau naik taxi anda lagi..." Jawabku dengan ketus. Sang supir hanya tersenyum melihat penderitaanku. Aku pun turun dari taxi dengan wajah serius dan mencoba angkuh didepan wanita itu agar terlihat punya harga diri. Aku tersenyum sinis pada wanita itu. Siwanita pun tersenyum padaku, padahal tadi dia tersenyum sinis.
"Maaf kamu siapa ya?" Tanya ku pada wanita itu, pura pura gak tau akting. "Saya tiffany calon istrinya yang punya rumah ini..." Ucapnya PD padaku. Aku menatapnya sinis, 'wanita gak tau malu nihhh...' Ucapku dalam hati. "Setau saya... Pak Ikbal gak punya calon istri yang ada mantan. Jangan ngaku ngaku mbak..." Gumamku dengan angkuh. "Oh... anda sudah tahu. Iya saya mantannya tapi saya mau balikan dan minta maaf..." Jawabnya lembut padaku. "Balikan???? Waw.... Gak tau malu...." Jawabku kelepasan ngomong. "Saya gak peduli..." Jawabnya tiba tiba sinis. Dan ini lah sifat setannya mulai keluar. "Kamu gak akan peduli karena kamu gak tau malu... dan gak punya harga diri..." Jawabku dengan tegas. "Harga diri??" Tanyanya padaku. "Iya harga diri..." Jawabku tanpa senyum sedikitpun. "Apa lelaki dipinggir jalan seperti mu punya harga diri...?" Tanya padaku dengan menyebutku pelacur. "Saya.. saya...." Jawabki agak gugup. "Saya memang lelaki dipinggir jalankan....? Heh..." Ucap wanita itu dengan tersenyum. Gak gue gak mau kalah gue harus menang debat dengan wanita ini. "Masih ngomong harga diri... lelaki dipinggir jalan... juga..." Jawabnya dengan menyepelakan dan memegang pundakku. "Jangan nyentuh gue... dengan tangan hina lo... jalang..." Ucapku dengan emosi. "Sok harga diri lo... padahal harga diri lo murah..." Jawab tiffany. "Saya memang lelaki dipinggit jalan. Tapi saya punya harga diri. Setiap pria yang bermalam dengan ku membayar dengan harga mahal. Anda???" Tanyaku dengan senis sekarang. Tiffany terdiam menatapku. "Anda bermalam dengan kekasih pria anda gratis.... free... keperawanan hilang... haha.... setidaknya saya lebih bernilai dibanding anda jalang." Ucapku dengan menskak mate tiffany. Dia hanya terdiam tak menjawab pertanyaanku. "Satu hal yang lo harus tau. Pria punya harga diri... jangan menginjak injak pria atau anda yang akan diinjak..." Ucapku dengan pergi meninggalkannya. Dia menatapku dengan tajam aku pun kembali menatapnya dengan tajam.
Aku masuk kegerbang rumah Pak Ikbal. Lalu masuk kerumah Pak Ikbal. Saat masuk kulihat Pak Ikbal berdiri didekat pintu, tak lama tersenyum padaku. Aku mendekati Pak Ikbal dengan wajah mencoba tenang. Agar dia gak nanya kok lama, padahal abis perang dunia ke 7 ama mantannya. "Kok senyum...?" Tanyaku yang aneh melihat Pak Ikbal tersenyum. Tak lama Pak Ikbal memelukku dengan erat. "Kenapa Mr.Baper...?" Tanyaku kembali. "Aku senang melihat calon istriku ribut dengan mantan istriku..." Jawabnya dengan menatapku dan tersenyum. "Hem..... " Jawabku dengan bingung. "Kamu gak apa apa kan?" Tanya Pak Ikbal padaku tiba tiba. "Emang kenapa?" Tanyaku makin bingung. "Tadi siang kamu kemana?" Tanya pak Ikbal tanpa menjawab pertanyaanku. "Tadi kemall... belanja... kenapa?" Jawabku dengan bertanya. Pak Ikbal menarikku kekursi. "Tadi siang aku menerima pesan... kau ada bersama... tiffany... dan menyuruhku keapartemannya" ucap Pak Ikbal dengan menggenggam tanganku erat. "Terus..." Ucapku yang penasaran juga dengan yang terjadi setelah aku pergi tadi. "Lalu aku pergi keapartemennya dengan cepat. Saat sampai diapartemennya aku bertanya kau dimana dia tak menjawab. Dia malah bertanya apa aku masih punya rasa padanya" Cerita Pak Ikbal dengan serius padaku. "Lalu jawaban Pak Ikbal?" Tanyaku yang pura pura tak tahu. Padahal tau Pak Ikbal masih suka wanita itu. "Aku menjawab masih suka...." Jawab Pak Ikbal yang membuatku agak terdiam. "Tapi rasa itu kini sudah diganti dengan orang lain yang lebih baik... sekarang" Jawab Pak Ikbal yang membuatku sedikit senyun sekarang karena aku yakin orang itu adalah aku. "Dan ketika aku tau kau tak disana aku segera pergi dan menelpon mu berkali kali." Lanjut cerita Pak Ikbal. "Wanita itu mengejarku sampai depan rumah tadi..." Lanjut sedikit Pak Ikbal. "Emh....." Jawabku dengan aku tersenyum sedikit lega karena Pak Ikbal tak menyukai wanita itu. "Terus Mr.Baper suka sama siapa? Sekarang?" Tanyaku dengan sedikit penasaran. Pak Ikbal menatapku dengan tajam dan menggenggam tanganku erat. "Aku suka...."
...
..
.
To Be Continue

Lelaki dipinggir Jalan (boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang